AXIS 58

1.6K 180 11
                                    

Jarum jam menunjukan pukul 9 malam saat Kalani keluar dari basemen rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum jam menunjukan pukul 9 malam saat Kalani keluar dari basemen rumah sakit. Beberapa kali menghubungi Jingga, tetapi selalu tersambung pada kotak suara. Ada sedikit kekhawatiran dalam dirinya yang coba untuk ditepiskan. Berulang kali ia meyakini kalau wanita itu baik-baik saja. Bukankah Jingga sudah menandatangani surat pernyataan itu?

Akan tetapi, pria itu tidak langsung menuju apartemen. Kalani melajukan kendaraannya ke arah yang berlawanan. Sektor 8 jadi tujuan. Mungkin saja, ia menemukan Jingga di sana. Di tempat yang sama saat dirinya melihat wanita itu sedang berbincang dengan Raiden.

Dari tempat parkirnya, ia dapat melihat kelenggangan di dalam Amadeus Cafe. Hal ini menguntungkan Kalani. Ia tidak perlu repot-repot memasuki cafe itu, hanya untuk mencari Jingga. Ditunggunya hingga cafe itu tutup, tetapi sosok yang dicari tidak tampak.

Kalani mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Jingga lagi. Akan tetapi, hasilnya sama. Ponsel milik wanita itu tidak aktif. Kalani memilih untuk menyingkir dari kawasan itu.

Ia kembali menyusuri jalanan padat ibukota. Meskipun sudah menjelang tengah malam, tetapi laju kendaraan tampak tidak mengurai sedikit pun. Seolah penduduknya beraktivitas setiap waktu tanpa henti.

Kalani tiba di apartemen tepat saat jarum panjang menunjuk angka 1. Sandal rumah Jingga menjadi hal pertama yang diperhatikan Kalani, saat memasuki griya tawangnya. Ketiadaan sandalnya mengartikan kalau wanita itu sudah aman berada di dalam. Ada sedikit kelegaan dirasa Kalani.

Ia berjalan menuju ruang tengah, dengan harapan lampunya masih menyala. Sayang, hanya keremangan yang ada di sana. Lampu utama padam. Cahaya di ruangan itu hanya berasal dari lampu gedung pencakar langit di sekitarnya.

Kalani berbalik arah menuju kamarnya. Saat tiba di depan pintu kamar Jingga, tangannya terulur untuk mengetuk. Namun, urung. Ia tidak ingin menganggu waktu istirahat Jingga. Mungkin esok hari, ia bisa menyapanya seperti biasa.

Benar saja. Saat semburat kemerahan nampak di langit, Kalani sudah berpakaian rapi berdiri di depan kamar Jingga. Tangannya terulur mengetuk pintu. Sekali, tidak ada jawaban. Kedua kalinya, ia sambil memanggil nama pemilik kamar. Ketiga kali tidak ada jawaban, Kalani membuka pintu kamar Jingga.

Sunyi. Tidak ada tanda-tanda Jingga berada di sana. Kalani berjalan menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya. Namun, tidak ada jawaban. Pintu kamar mandi terbuka dengan mudahnya. Jingga tidak ada di sana.

***
Versi lengkap hanya ada di akun Kwikku Noona

***Versi lengkap hanya ada di akun Kwikku Noona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Displacement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang