AXIS 12

1.8K 190 13
                                    

"Apa ini?" protes Jingga ketika melihat Kalani menyodorkan dua rangkap kertas keesokan harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ini?" protes Jingga ketika melihat Kalani menyodorkan dua rangkap kertas keesokan harinya.

"Ambil. Tanda tangan."

Jingga mendengkus. "In your dream! Saya tidak mau menjual harga diri saya pada sebuah perjanjian yang hanya menguntungkan Anda."

"Baca dulu."

"Anda pikir saya akan menandatanganinya setelah membaca isinya?" sahut Jingga dengan nada tinggi. "Jangan berharap, Kalani van der Berg!"

"Apa mau Anda?"

"Anda bertanggungjawab menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu pada semua orang," jawab Jingga.

"Kenapa saya?"

"Bagi orang-orang di luaran sana, saya hanya debu yang beterbangan. Tak berarti dibandingkan dengan Anda, Dokter Kalani van der Berg yang terhormat," jawab Jingga. "Mereka tidak akan mendengarkan saya. Lagipula ...."

Jingga meneguk salivanya. "Intinya, Anda harus bertanggungjawab menjelaskan. Bukan dengan menawarkan perjanjian pernikahan yang konyol itu!"

Kalani mendengkus kasar. "Konyol?"

"Iya. Hanya orang konyol saja yang memiliki ide seperti itu," sahut Jingga. "Bergaullah! Jatuh cinta, dan rasakan bagaimana Anda dipermainkan."

Kalani menarik tipis bibirnya, disertai tatapan mengejek. "Anda yang konyol."

"Saya? Konyol?" Suara Jingga naik satu oktaf. "Dengar, sa-"

"Rencana dengan Kamandaka?"

Jingga bergeming. Lidahnya mendadak kaku mendengar pernyataan Kalani yang di luar dugaan.

"Lalu diminta menikah?"

"I-itu ... tidak mungkin."

Senyum sinis tercetak di wajah Kalani. "Berani bertaruh?"

"Saya rasa pembicaraan kita cukup sampai di sini!" Tanpa mengucapkan salam, Jingga bergegas meninggalkan kantor Kalani. Ia tidak memikirkan kemungkinan yang baru saja Kalani katakan.

Sementara itu, Kalani berdiri menghadap kaca jendela besar yang menampakkan keindahan ibukota. Surat perjanjian dua rangkap itu masih berada dalam genggamannya. Jangan tanya apa perasaan Kalani saat ini karena dia memang tidak pernah memercayai perasaan cinta. Baginya, semua bisa diselesaikan dengan logika.

Bagaimana pun juga, Kalani harus bisa membujuk Jingga untuk menikahinya. Reputasi sebagai dokter sekaligus public figure sempurna tanpa cela, tidak boleh tercoreng hanya karena sebuah kesalahpahaman yang menjadi skandal. Terlebih lagi, apabila masyarakat tau ia menolong Jingga. Orang lain akan mendapatkan pujian, tetapi tidak berlaku dengannya. Bisa jadi akan lebih banyak rumor bahkan spekulasi mengenai hubungan mereka.

Reputasi itu dibangun sekian tahun dengan susah payah. Jadi, ia akan memastikan bahwa hal itu tidak akan terjadi, bagaimana pun caranya.

Tiba-tiba saja Kalani teringat nasihat daddy-nya mengenai pernikahan beberapa tahun ke belakang. Saat itu ia dan adiknya baru saja kembali ke tanah air. Sang ayah mengamanahi perusahaan yang sesuai dengn kemampuan mereka. Adiknya di bidang hospitality, sementara Kalani di bidang kesehatan.

Displacement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang