AXIS 40

1.6K 181 5
                                    


Kalani tidak ingat kapan terakhir kali ia berbincang berdua dengan adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalani tidak ingat kapan terakhir kali ia berbincang berdua dengan adiknya. Mungkin tiga bulan lalu sebelum ia menikah? Atau hampir 2,5 tahun yang lalu, saat Byan meminta bantuan Kalani untuk menyembunyikan identitas aslinya dari Agnes.

Mobil Kalani terparkir di depan sebuah bangunan apartemen yang belum berpenghuni di kawasan sektor 8. Lokasi restorannya berada di rooftop. Bangunan ini berseberangan dengan Oriona Suite Hotel.

Kalani memasuki lobi apartemen yang tampak bergaya industrial. Ornamen besi dan kayu pinus berwarna kecokelatan mendominasi ruangan. Belum banyak tempat duduk atau hiasan diletakkan di sana. Bahkan beberapa area masih tampak setengah jadi.

Rencananya, apartemen ini akan mulai dipasarkan 6 bulan lagi. Akan tetapi, area restoran yang terletak di atap gedung sudah beroperasi. Meskipun harus membuat reservasi terlebih dahulu.

Kalani memasuki lift yang langsung menuju atap apartemen. 40 lantai harus dilalui untuk mencapai tujuannya. Ia mendongkak menatap langit-langit lift yang berkilauan, layaknya gemintang bertaburan di langit malam. Kalani tersenyum puas.

Pintu lift terbuka dan nampaklah sebuah lorong—sekitar 5 meter—dengan ujung berpintu ganda. Seorang pegawai mengangguk memberi hormat. "Goedenavond, Meneer Kalani van der Berg. Welkom bij Oriona Nachts Garden." Ia lalu membukakan pintu untuk Kalani.

Angin malam berembus sepoi-sepoi saat pintu ganda terbuka. Meskipun di kelilingi jendela besar anti peluru, pada bagian atas jendela terdapat celah yang memungkinkan angin memberikan suhu dingin. Layaknya pendingin udara. Sementara langit-langitnya berupa kaca yang menampakan indahnya gemintang.

Sofa berlengan tampak menghiasi sudut ruangan. Tanaman rindang dan lampu gantung berjajar rapi. Alunan musik klasik menambah kesan hangat dan romantis restoran yang belum genap tiga bulan berdiri ini.

Kalani menelusuri restoran. Tidak ada pengunjung lain, selain pria dan wanita yang sedang duduk di sofa sudut. Ia berjalan mendekati mereka, seraya menatap layar ponselnya. Mentari menghubungi beberapa kali. Namun, tidak ada nama Jingga di daftar panggilan tak terjawabnya.

Kalani mendongkak dan terkejut melihat pemandangan di hadapannya. Semburat kemerahan tampak di ujung kedua telinganya. Segera ia memalingkan wajah lalu berdeham.

Byan segera menghentikan kegiatannya, lalu tersenyum lebar. "Hallo, Broer! Ga hier zitten. Duduk sini."

"Nee. Tidak."

"Waarom? Kenapa?"

"Pacaran di rumah sana!"

Adiknya tergelak. "Ada yang cemburu sama kita, Nez."

"Cemburu? Apa itu?"

Byan tergelak. "Googling sana!"

"Gue pikir lu sama Jingga, Aqlan," sahut Agnes.

Displacement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang