(SPIN OFF HIJRAHCCHIATO)
Kembali ke negara asalnya tidak pernah ada dalam rencana Jingga. Setidaknya, sebelum ia bisa berdamai dengan keluarga besar sang ayah. Namun, permintaan seorang sahabat kala kuliah sulit untuk ditolak.
Akan tetapi, keputusan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keesokkan harinya, Jingga duduk murung dalam ruang kerja miliknya di rumah sakit. Raiden duduk di hadapannya sambil mengamati perubahan sikap wanita itu. Raiden berhasil berdiskusi dengan Kalani pada malam sebelumnya, sehingga pengunduran diri Jingga bisa dibatalkan.
"Kenapa?" tanya Jingga yang sadar sedang diawasi oleh Raiden.
Raiden menggelengkan kepala. Senyum simpul menghiasi wajahnya. "Lu yakin rencana tadi malam bakal berhasil?"
"Memangnya kenapa? Kamu sendiri yang ngasih ide sama aku."
"Kalo pada akhirnya," Raiden mencondongkan wajahnya, hingga ia bisa melihat jelas bulu mata Jingga. "gue suka sama lu gimana?"
Jingga mendongkak. Netranya berkedip beberapa kali. Ia terkejut saat menyadari jarak antara wajahnya dengan Raiden. Ini pertama kali seorang pria berada begitu dekat dengannya.
Raiden tergelak, lalu menyandarkan dirinya lagi pada kursi. "Becanda, Jingga."
Jingga mengembuskan napasnya, lalu kembali menyelesaikan pekerjaannya. "Kita 'kan cuma berpura-pura di depan enin. Kalau beliau gak ada ya biasa aja. Ya 'kan?"
Raiden mengamati Jingga lagi dengan seksama. "Yakin enin lu bakal percaya? Maksud gue, beliau gak bakal nyuruh kita nikah 'kan?"
"Ya enggaklah! Hanya buat enin membatalkan perjodohan aku aja. Gak lebih." Jingga meletakkan gawainya. "Don't worry."
Senyum simpul menghiasi wajah Raiden. Kali ini Jingga memerhatikan dengan curiga.
"Kamu kenapa sih? Kayak ada apa gitu," tebak Jingga.
"Maksud lu?"
"Ya ... enggak tau. Kamu keliatan seneng dengan rencana ini."
Raiden terbahak. "Bukan. Lucu aja."
"Lucu di sebelah mana-nya?"
"Lu gak ... lu udah tau dengan siapa enin ngejodohin lu?"
Jingga menggeleng. "Feeling, kayaknya aku bakal gak suka sama dia."
"Jangan mengandalkan feeling. Mungkin, calon tunangan lu jauh dari perkiraan lu."
"Aku tau enin bagaimana. Jadi, kemungkinan calonku menyebalkan itu seratus persen."