AXIS 7

2.1K 204 8
                                    

Keesokkan harinya, Jingga duduk murung dalam ruang kerja miliknya di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokkan harinya, Jingga duduk murung dalam ruang kerja miliknya di rumah sakit. Raiden duduk di hadapannya sambil mengamati perubahan sikap wanita itu. Raiden berhasil berdiskusi dengan Kalani pada malam sebelumnya, sehingga pengunduran diri Jingga bisa dibatalkan.

"Kenapa?" tanya Jingga yang sadar sedang diawasi oleh Raiden.

Raiden menggelengkan kepala. Senyum simpul menghiasi wajahnya. "Lu yakin rencana tadi malam bakal berhasil?"

"Memangnya kenapa? Kamu sendiri yang ngasih ide sama aku."

"Kalo pada akhirnya," Raiden mencondongkan wajahnya, hingga ia bisa melihat jelas bulu mata Jingga. "gue suka sama lu gimana?"

Jingga mendongkak. Netranya berkedip beberapa kali. Ia terkejut saat menyadari jarak antara wajahnya dengan Raiden. Ini pertama kali seorang pria berada begitu dekat dengannya.

Raiden tergelak, lalu menyandarkan dirinya lagi pada kursi. "Becanda, Jingga."

Jingga mengembuskan napasnya, lalu kembali menyelesaikan pekerjaannya. "Kita 'kan cuma berpura-pura di depan enin. Kalau beliau gak ada ya biasa aja. Ya 'kan?"

Raiden mengamati Jingga lagi dengan seksama. "Yakin enin lu bakal percaya? Maksud gue, beliau gak bakal nyuruh kita nikah 'kan?"

"Ya enggaklah! Hanya buat enin membatalkan perjodohan aku aja. Gak lebih." Jingga meletakkan gawainya. "Don't worry."

Senyum simpul menghiasi wajah Raiden. Kali ini Jingga memerhatikan dengan curiga.

"Kamu kenapa sih? Kayak ada apa gitu," tebak Jingga.

"Maksud lu?"

"Ya ... enggak tau. Kamu keliatan seneng dengan rencana ini."

Raiden terbahak. "Bukan. Lucu aja."

"Lucu di sebelah mana-nya?"

"Lu gak ... lu udah tau dengan siapa enin ngejodohin lu?"

Jingga menggeleng. "Feeling, kayaknya aku bakal gak suka sama dia."

"Jangan mengandalkan feeling. Mungkin, calon tunangan lu jauh dari perkiraan lu."

"Aku tau enin bagaimana. Jadi, kemungkinan calonku menyebalkan itu seratus persen."

Raiden terkekeh. "Udah ngelakuin penelitian kayaknya. Hasilnya sampe seratus persen."

"Bayanganku, calonku itu gak beda jauh sama dokter van der Berg. Meskipun beliau akan lebih payah. Mungkin juga membosankan."

"Kalau ternyata kayak gue, gimana?"

Kali ini Jingga yang tergelak. "Enggak mungkin. Tau gak kenapa aku pilih kamu? Kamu itu tipe pria yang bakal dihindari sama enin.

"Pokoknya, apa yang aku sukai, pasti enin gak suka."

"Secara gak langsung ... lu suka gue maksudnya?"

Displacement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang