Katanya, pelukan itu adalah obat terbaik.
Saat berada di kantor, bohong kalau Jaemin tidak pernah merasa kesulitan. Di umurnya yang sudah cukup matang ini, kadang dia merasa sulit beradaptasi dengan rekan kerjanya yang masih muda. Jaemin bahkan sering disindir karena lebih dekat dengan pimpinan perusahaan di kantornya. Namun, dia memilih abai saja karena enggan menambah fikirannya.
Walau begitu, Jaemin kadang sebal juga dengan mereka yang terang-terangan berulah. Lihatlah, baju Jaemin kotor bukan main karena terkena percikan air hujan yang menggenang. Jaemin hafal sekali itu mobil siapa.
"Loh, Narendra?"
Ketika dia masuk ke kantor, salah satu HRD menegur penampilannya. Sudah menjadi kewajiban untuk setiap karyawan tetap atau magang agar menjaga penampilan.
"Kamu bawa baju ganti, gak?"
Jaemin hanya diam, dia sedang mencari solusi terbaik, otaknya sedang berfikir keras. HRD yang melihat raut kebingungan Jaemin langsung saja memahami hal tersebut.
"Saya ada bawa baju ganti di mobil. Agak kebesaran, mungkin. Pakai itu aja, ya? Hari ini kita ada rapat mingguan sama tim. Jangan sampai saya kena omel juga nantinya. Ini kunci mobilnya, kamu gak keberatan ambil sendiri, kan?"
Hendery Gunawan, salah satu tim HRD itu segera saja memberikan kunci mobilnya untuk Jaemin.
"Terima kasih Pak Guna untuk bantuannya."
"Santai," ujar Hendery.
Itu bukan hanya kesialan yang menyapa Jaemin di pagi hari. Saat siang hari, dia merasakan kepalanya begitu pusing karena diminta mengurus berkas. Logan datang ke ruangan karyawan magang dan meminta Jaemin menemaninya bermain. Alhasil, Jaemin mengurus berkas dengan menggandeng Logan.
"Aduh..."
"Astaga, Logan!!!" Jaemin tak sengaja meninggikan suaranya karena terkejut saat Logan tersandung kakinya sendiri dan menyebabkan keningnya menabrak ujung meja.
"Sayang.... Di mana yang sakit, hm?" Jaemin langsung menggendong Logan dan memeriksa kening anak itu yang berdarah.
"Ayah... Mau Ayah..."
Hari itu Jaemin begitu merasa lelah luar biasa. Sejak pagi sampai sore, dia merasa menjalani hari yang begitu panjang.
"Maafkan saya, Pak Reno. Saya benar-benar lalai."
Jeno hanya diam saja dan meminta Jaemin untuk kembali bekerja. Hari itu juga Jeno dibuat pusing dengan grafik perusahaan yang menurun akibat kejahilan beberapa oknum yang merusak barang produksinya.
"Sekali lagi maafkan saya, Pak."
"Narendra, kembali ke tempat kamu bekerja," Jeno bahkan tak memandang ke arah Jaemin sama sekali. Dia sibuk menenangkan Logan yang masih rewel dan pekerjaannya yang menumpuk. Belum lagi pertengkarannya dengan Bubu kemarin yang membuat emosinya tak karuan.
Jaemin membasuh wajahnya di wastafel. Saat dia memandang ke arah cermin di hadapannya. Jaemin mendesah lelah. Dia sangat merasa bersalah pada Jeno karena secara tak sengaja membuat Logan terluka.
"Sial!" umpat Jaemin.
"Hei, kenapa mengumpat cantik?"
Rupanya Jaemin tak sadar bahwa ada orang lain di toilet itu selain dirinya. Jaemin membungkukkan badannya karena ternyata dia adalah salah satu tamu dari Jeno. Jaemin merasa aneh saja kenapa dia menggunakan toilet karyawan. Padahal dia bisa saja menggunakan toilet khusus tamu yang ada di lantai empat.
"Harimu buruk, ya?" ujar pria itu lalu mencuci tangannya.
"Hanya, sedikit lelah saja. Saya permisi, Pak."

KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Fanfiction"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.