Sempurna

5.1K 517 4
                                    


Semoga hari ini adalah hari bahagia.

...

"Kamu kenapa sih batu banget? Apa gak lihat anak kamu juga perlu waktu kamu? Aku gak masalah sama kerjaan kamu, Rin. Aku cuma minta waktu kamu buat Logan, dia anak kamu juga."

"Ren, gak usah ngatur-ngatur aku. Kamu bukan siapa-siapa lagi. Kamu gak berhak atas apapun dari aku, aku bisa urus Logan dengan caraku," balas Karina.

Jaemin yang tadinya membeli bahan-bahan membuat kue seketika terkejut dengan keributan yang terjadi.

Kedua orang itu bahkan tidak menyadari Logan yang bersembunyi di bawah meja sambil memeluk robot Optimus Prime miliknya.

"Ayo ikut kak Naren."

Logan langsung menurut, dia membenamkan wajahnya di ceruk leher Jaemin. Karina dan Jeno yang baru menyadari sikap mereka langsung terdiam.

"Lihat! Anak kamu sampai ketakutan, Ren."

"Jadi ini semua salah aku?"

Mereka kembali berdebat sedangkan Jaemin memutar tayangan bus biru kesukaan Logan.

"Mama... Ayah.... Hiks..."

Akhirnya anak itu menangis ketakutan karena pertengkaran kedua orang tuanya.

Niat awal Karina kemari tentu ingin menjemput Logan setelah kepulangan nya dari Paris. Namun, saat melihat Logan yang mengalami demam dan Jeno yang masih tidur karena kelelahan lembur seketika emosinya meluap.

Jaemin memang saat itu ingin membuatkan kue untuk Logan terkejut bukan main dengan pertengkaran sepasang mantan suami istri itu di ruang keluarga.

"Kak Naren di sini, kalau ada apa-apa nanti pasti kak Naren bantu. Sekarang Logan mau apa?"

"Logan mau... Logan mau Ayah sama Mama gak marah-marah."

Logan menangis lagi, kali ini dia menangis begitu nyaring saat terdengar pecahan kaya dari luar. Jaemin segera menaruh Logan di kasur dan mengecek keadaan. Betapa dia terkejut karena mendapati vas bunga dan beberapa benda berserakan.

"Kamu gak becus ngurus anak, Rin. Kamu fikir Logan gak perlu Mamanya? Logan itu perlu kamu, bukan uang. Aku bakalan banting tulang buat hidupin kalian, tapi kamu sama sekali gak pernah hargain usaha kerasku."

"And you think you are better than me?"

Karina menunjuk Jeno tepat di wajahnya.

"Kamu benar-benar brengsek, Ren. Kamu gak pernah tahu betapa capeknya aku ngurusin Logan. Aku yang hamil, lahirin dia, ngurus dia hampir 24/7 dan kamu gak pernah ada waktu buat kami saat itu. Saat aku juga mau raih mimpi aku, kamu cap aku sebagai Ibu yang buruk di saat kamu sendiri gak punya waktu luang buat keluargamu."

Jeno hampir melayangkan pukulannya ke arah Karina yang terus menunjuk wajahnya.

"Pukul aja aku! Kamu gak pernah berubah."

"Fuck!"

"Reno!" Peringat Jaemin.

Jaemin segera memeluk Karina yang hampir terkena pukulan Jeno. Wanita itu menangis karena terlalu emosi sekaligus ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat di dalam pelukan Jaemin.

"Ayah! Mama! Jangan marah-marah," teriak Logan sambil memeluk kaki Ayahnya. Dia juga ikut menangis kencang .

"Maafin Ayah..." Jeno berlutut di depan anaknya dan memeluk Logan yang masih menangis.

Hari itu adalah kali pertama untuk Jaemin melihat seorang sebuah keluarga hancur di depan matanya.

....
"How about your feeling?"

Jaemin mengolesi tangan Jeno yang terluka dengan salep obat.

"Aku seorang ayah dan suami yang buruk," ujar Jeno tanpa membalas pertanyaan Jaemin.

"You are."

Jeno semakin menundukkan wajahnya. Saat ini mereka cuma berdua di rumah Jeno. Karina sudah pulang dijemput Ayahnya sedangkan Logan dititipkan di rumah Bubu untuk bermain dengan David.

"Aku gak bisa kasih keluarga yang utuh buat Logan. Aku gagal jadi seorang laki-laki."

Jaemin faham tentang maksud Jeno. Dia juga seorang laki-laki. Dia faham bagaimana hancurnya harga diri lelaki ketika dia gagal melindungi orang-orang yang dicintainya.

"Aku mencoba buat nurutin semua permintaan Rina, tapi dia merasa selalu kurang. Sedangkan aku gak bisa kasih dia semua waktu yang aku punya, aku juga harus kerja."

"Waktu dia minta perceraian, aku mencoba ngalah lagi. Ternyata dia begitu yakin mau cerai. Dia bilang aku gak bisa kasih kebahagiaan ke dia. Ya, aku mengakuinya. Aku gak bisa kasih kebahagiaan yang dia mau. Dia juga berhak dan benar karena memang itu fakta kalo aku sibuk dan gak bisa atur waktu aku buat keluarga."

Jaemin tetap mendengarkan keluh kesah Jeno dengan tangan yang tertaut.

"Aku tahu kalau aku terlalu sibuk kerja, aku terlalu sibuk sama duniaku sendiri. Aku susah memahami keinginan Rina. Dia juga gak pernah mau aku atur karena dia pengen hidup sesuai kemauan dia. Selagi keputusan dia gak merugikan orang lain, dia fikir itu gak apa-apa, tapi aku keberatan sama pola fikir dia yang begitu. Aku seorang suami dan dia tanggung jawab aku, aku gak bisa biarin dia begitu."

"Aku tahu kalau masalah ini mungkin kecil di mata orang lain, tapi kami yang menjalaninya. Aku bisa apa waktu istriku nangis di depanku minta pisah sama aku? She tell me to leave her and I'll make it easy. Aku tahu kalau hubungan kita sudah terlalu toxic dan gak bagus buat dipertahanin. Kalau perpisahan jadi alasan dia buat bahagia, aku rela sakit demi hal itu."

"Cuma perpisahan yang bisa aku kasih supaya dia bisa bahagia."

"Apa kamu perlu saran?" tanya Jaemin sambil memeluk Jeno dari samping. Dia mengelus dada Jeno dengan lembut dan membuat pria itu sedikit lebih tenang.

"Kamu juga seorang suami. Kamu pasti tahu gimana perasanku, bukan?"

"Aku mencoba memahami kamu, Mas."

Hati Jeno kembali berdesir ketika Jaemin memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.

"Kamu juga harus mendengarkan dari kedua belah pihak. Logan juga terluka, aku fikir kalian perlu kasih Logan pengertian. Minta maaf ke Logan juga sesuatu yang bagus. Dia bakalan faham bagaimana dunia bekerja. Dia bakalan faham kalau kedua orang tuanya menjalani fase pendewasaan ke arah yang lebih baik."

Jeno menarik dagu Jaemin dan membawa bibir itu ke arah bibirnya. Mereka sejenak berbagi kehangatan lewat afeksi sentuhan bibir. Setelah Jeno merasa lebih baik, dia melepaskan pagutannya.

"Kamu pasti kecewa karena lihat aku hampir nampar perempuan. Sedangkan kamu adalah sosok yang paling menjaga perempuan."

"Aku memang kecewa sama kamu, Mas."

"Kamu sudah lihat salah satu kekurangan aku, kamu lihat salah satu sisi terburuk aku. Aku berharap kamu bisa tetap di samping aku dan melihat prosesku buat berubah ke arah yang lebih baik. Would you stay with me, Jaemin Narendra?"

Jaemin tersenyum, dia mengecup sudut bibir Jeno lalu berkata, "I Will."

Sejatinya... Kesempurnaan bukan dilahirkan, tetapi diciptakan dari sebuah kekurangan yang diubah menjadi keindahan.

At My Worst 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang