Ngeteh dulu deh sebelum baca biar gak emossi.
Ngeteh beneran tapi ya, teh sisri.
...
PLAK!!!
"Brengsek kamu ya, Ren. Udah bikin Narendra kecewa sekarang masih berani ngomong kayak gitu?"
Karina marah besar saat mengetahui jika Jeno menyerah untuk menemui Jaemin. Dia sudah mencari ke segala tempat dan menghubungi semua kerabat, tetapi semua memilih bungkam.
"Mama..."
Suara Logan terdengar. Karina dan Jeno langsung merubah mimik mereka. Mereka tidak mau membuat Logan ketakutan dan mencampur urusan pribadi mereka di depan anak itu.
"Iya, sayang? Logan mau apa?" tanya Karina lembut.
Selama tiga bulan ini dia memang hanya tinggal bersama Mamanya, tanpa Ayah dan Popanya.
"Aku mau ketemu sama Popa, kangen."
Aduh, inilah yang menjadi kekhawatiran Karina. Logan sudah terlalu merindukan Jaemin yang tiga bulan menghilang.
"Logan sabar lagi ya, nak. Popa baik-baik aja kok."
Hanya itulah yang bisa Karina sampaikan. Sejujurnya dia juga berharap agar Jaemin segera kembali, bukan hanya Jeno dan Logan yang membutuhkannya. Namun, Karina juga membutuhkan Jaemin sebagai seorang teman bercerita.
Hari itu, Karina harus pergi ke Singapore untuk menghadiri syuting sebuah acara bakat. Jadinya, Jenolah yang mengurus Logan. Dia ikut membeli beberapa buku dongeng untuk anaknya itu.
"Logan mau apalagi? Mau makan apa?"
"Mau yang pedes-pedes, boleh?"
"Sakit perut nanti loh."
"Dikit aja kok. Lagi pengen," rengek Logan.
Ya sudah dari pada anaknya nanti menangis dan rewel lebih baik dituruti saja. Jeno membawa Logan ke sebuah tempat makan seblak langganan dia.
"Bang, nasinya satu porsi ya buat anak saya."
Jangan heran. Ini adalah doktrin Jaemin yang selalu meminta Logan makan nasi. Untung saja dia tidak mencampur nasi dengan kue.
Sesudah selesai dengan makan, mereka pulang ke rumah Jeno yang lama dulu. Namun, saat itu jugalah dia mencium aroma wangi dari arah dapur.
"Oh, jangan bilang kalau..."
Jeno langsung berlari dan...
"Narendra?"
Jeno terdiam di tempatnya, berjarak sepuluh meter dari Jaemin saat ini. Sedangkan Logan? Anaknya itu sudah berlari dan memeluk kaki Jaemin. Dia mengatakan kerinduannya kepada Jaemin selama ini.
"Popa kemana aja? Logan kangen banget," isak Logan.
"Maafin Popa ya, Sayang. Makasih udah sabar nungguin Popa. Popa punya hadiah buat Logan. Ambil di kamar nanti ya."
"Makasih, tapi sekarang mau peluk Popa dulu. Kangen."
Malam itu mereka tidur bertiga. Hanya Logan dan Jaemin yang berbincang dan bertukar rasa rindu. Sedangkan, Jeno? Dia hanya diam dan sesekali menyahuti seperlunya. Begitu Logan sudah tidur, barulah mereka mengobrol.
Jaemin menghisap rokoknya, sama seperti Jeno. Bahkan kali ini ada alkohol yang menemani.
"Aku fikir kamu beneran pergi dan gak mau kembali, Na."
Jeno memulai percakapan mereka. Tangannya masih diam, tidak berani untuk memegang tangan suaminya walau dia sangat ingin mencium dan memeluk lelaki itu.
"Aku juga maunya gitu, tapi kita sudah berkomitmen, kan?"
Jeno tersentak. Apa semua ini hanya karena hal itu?
"Jangan salah faham, aku gak sepengecut itu. Kalau cuma tentang komitmen, aku juga bisa cerai dari kamu kalau kamu udah melanggar hal itu."
"Terus alasan kamu kembali, kenapa?"
Jaemin menghembuskan nafasnya dengan panjang.
"Aku kembali karena... Aku gak mau kalah sama rasa benci aku. Aku memang terluka, tapi rasa cinta aku menang. Aku kembali karena aku cinta sama kamu, Mas."
Jeno langsung menekuk lututnya dan menggapai tangan Jaemin. Dia mengecup tangan itu penuh makna sampai air matanya turun tanpa dia sadari.
"Maafin aku, makasih banyak buat gak pergi."
"Aku juga minta maaf karena balas dendam dengan cara ninggalin kamu tanpa kabar."
Jeno menggelengkan kepalanya.
"Nggak, sayang. Aku meman pantas dapat hukuman itu."
Jeno bangkit dan langsung mengangkat tubuh Jaemin yang selalu dia rindukan. Kaki Jaemin sampai melingkar di pinggang Jeno. Ah, malam ini pasti menjadi malam yang panas untuk keduanya.
"Kamu tinggal ngangkang, biar aku yang puasin kamu, Sayang?"
"Sampai muncrat," pinta Jaemin
Plak
Jaemin melenguh, dia juga merindukan Jeno.
"Sampai kamu lemes karena kebanyakan muncrat."
Berdoa saja semoga mereka tidak lupa mengunci pintu.
...
"Sayang..."
"Popa..."
Jaemin tersenyum, meskipun dia lelah karena menyiapkan sarapan. Namun, dia bahagia karena bisa merasakan hal ini lagi. Sudah lama dia tidak mendengar suara hangat di pagi hari seperti ini saat kedua jagoannya meminta perhatian.
"Ayah... Logan jangan dinakalin. Cepetan bantu dia beres-beres terus sarapan," tegur Jaemin.
Memang kedua orang itu hobbi sekali membuat Jaemin sakit kepala dengan semua tingkahnya.
"Popa... Masa Ayah bilang mau ajak Popa jalan-jalan? Kan kita udah janjian mau nge-date hari ini?" protes Logan.
"Popa kan suaminya Ayah, Ayah lebih berhak dong."
"Tapi kan... Tapi kan aku yang ajak Popa duluan."
Logan sudah hampir terisak, dan Jaemin langsung menggedongnya.
"Mas, anaknya jangan dibikin nangis dong!" kesal Jaemin.
"Sana kamu siapin sarapannya, tinggal pindahin ke meja aja. Aku mau bujukin Logan dulu."
Pagi yang hangat bukan?
Jeno tersenyum melihat Logan yang begitu manja dan Jaemin yang juga meladeni semus sikap Logan dengan hangat.
Ingatkan Jeno untuk memberikan Jaemin jam tangan baru keluaran dari Gucci.
"Logan makan dulu ya, nanti kita siap-siap jalan-jalan bertiga."
"Yes!!!"
Saat Jaemin ingin menggendong Logan ke arah meja makan, suara bel dari depan pintu berbunyi.
Jaemin yang merasa lebih dekat dengan pintu segera saja membuka pintu dan...
Seorang wanita yang dia kenal menyapanya.
"Hai... Reno ada?"
"Ini siapanya, Ayah?" tanya Logan.
Wanita itu tersenyum ramah sambil mengelus perutnya yang membunci dari balik bajunya yang sedikit ketat di bagian perut.
"Aku Sinta..."
"Mau apa kamu ke sini?" tanya Jaemin dengan suara rendahnya.
Sinta... Wanita itu tersenyum sambil mengelus perutnya, lagi...
"Aku datang ke sini karena..."
"Aku hamil...."
...
Oke udha dulu ya kepalaku sakit bgt
kalian jaga kesehatan bubye
![](https://img.wattpad.com/cover/303506141-288-k293612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Hayran Kurgu"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.