Sesibuk apapun Jaemin, dia pasti selalu berusaha untuk menanyakan keadaan Logan. Bahkan, dia maish sempat memasak untuk anak itu. Beda sekali dengan Jeno yang notabennya adalah ayah kandung Logan.
"Kamu kok bisa bagi waktu sih, Na? Maksudku kamu juga sibuk, gimana caranya bagi waktu main sama Logan?"
"Saya...
"Aku," koreksi Jeno pada ehem kekasihnya. Mereka sedang berada di mobil menuju ke kantor bersama. Jadi, Jeno masih bisa bersikap santai pada Jaemin.
"Maksudku, aku gak sesibuk kayak kamu, Mas. Kerjaanku beres di kantor, kalau ada laporan juga gak sampai bikin aku begadang."
Hati Jeno masih berdesir kala Jaemin memanggilnya dengan sebutan Mas. Rasanya seperti ada kupu-kupu di perutnya.
"Ajarin aku ya, Na. Maksudku, aku merasa gak bisa jadi Ayah yang baik buat Logan. Waktuku banyak dihabisin di kantor. Aku cuma gak mau Bubu kecewa sama kinerja aku. Dia nitipin perusahaan itu buat aku kelola. Rasanya aku merasa bersalah aja kalau gak bisa lakuin tanggung jawabku sebagai pemimpin."
Iya, perusahaan yang dipimpin oleh Jeno saat ini adalah milik Ayah mereka. Awalnya Taeyong yang memimpin, tetapi semenjak setahun terakhir Jeno yang menggantikan posisi itu karena Taeyong ingin fokus mengurus istrinya yang sakit. Kalau Jeno sendiri baru menyelesaikan pendidikannya di Kanada.
Saat itu Logan tinggal bersama Karina di Indonesia. Jadi, selama kurang lebih dua tahun, Jeno harus berjauhan dengan anaknya.
"Nanti kita omongin lagi sama Logan. Logan maunya kamu kayak apa. Bisa aja selama ini Logan gak membutuhkan kuantitas waktu, tapi kualitas. Logan sebenarnya kalau kelamaan main sama aku juga bosen. Dia lebih seneng main sama teman sebayanya."
"Ya ampun, kamu bahkan ngerti masalah kayak gitu? Aku aja gak kepikiran. Aku fikir selama ini Logan cuma butuh waktu yang lebih banyak sama aku. Ternyata gitu, ya? Ya udah makasih ya, Sayang."
"Iya, sama-sama Mas."
Mereka sudah sampai di parkiran kantor. Jaemin juga sudah mengecek penampilannya lagi.
"Ini makan siangnya, Mas. Aku cuma masak nasi merah, daging asam manis sama tumis buncis aja. Semoga suka, ya."
"Ini udah lebih dari cukup. Makasih ya, Na."
Jaemin cepat-cepat keluar dari mobil ketika Jeno mencondongkan badan ke arahnya.
"Loh, kok kabur?"
"Gak mau sekarang. Nanti aja," bisik Jaemin sambil melangkahkan kakinya kea rah pintu masuk.
"Gemes banget sih pacar."
Niatain Jeno tadi memang ingin memberikan pipi Jaemin kecupan. Eh, ternyata orangnya malah malu.
"Awas aja nanti kamu."
...
Untuk seorang laki-laki, Jaemin itu termasuk lelaki yang memiliki time management yang sangat bagus. Dia akan bangun tidur di jam yang sama setiap hari, menyelesaikan urusan secara efisien dan cepat. Jaemin juga sangat mandiri, mungkin karena dia terbiasa tinggal sendiri. Kemandirian itu tidak lantas membuat adiknya bermalas-malasan. Lihat saja betapa kerjasama mereka di rumah sangat baik.
Untuk urusan memasak, Jaemin memang ahlinya dalam memanjakan lidah. Hal yang lebih gila lagi adalah, dia sangat baik dalam membuat Jeno yang sering lupa makan menjadi makan tepat waktu.
"Mas, makan dulu."
Jaemin bahkan menunggui Jeno yang masih sibuk dengan kertas dan pulpen di tangannya. Dasinya sudah berantakan dan matanya terlihat sangat lelah.
"Kerjaan kamu itu akan selalu ada, Mas. Selesai satu akan ada lagi nanti. Kalau sudah waktunya makan, ya harus makan," omel Jaemin.
"Suapin aja gimana? Aku lagi ribet nih." Jeno bahkan tidak memandang Jaemin sama sekali. Fokusnya masih pada berkas proposal.
"Makan atau aku cekokin ke mulut kamu," ancam Jaemin sambil mengambil sendok.
"Eh, iya sayanng. Iya, ini aku makan."
Jeno dengan cepat meletakkan berkasnya lalu membuka tutup kotak bekal. Baru satu hari mereka resmi menjadi sepasang kekasih, Jeno sudah melihat sisi lain dari Jaemin yang selama ini terlihat sangat santai. Ternyata, Jaemin itu cukup menyeramkan saat dia kesal.
"Kamu sudah makan?"
Jaemin menganggukkan kepalanya. Dia membereskan meja Jeno yang berantakan. Lelaki itu juga membuatkan Jeno teh untuk melepas lelah.
"Aku sudah makan sebelum ke sini. Sepuluh menit lagi waktu makan siang selesai. Aku harus nemenin Pak Lukman buat cek ke pabrik produksi langsung."
"Ya sudah, hati-hati. Makasih sudah nemenin aku makan siang."
Jaemin sedikit terkejut kala Jeno membawanya dalam pelukannya. Itu hanya pelukan singkat karena Jeno mendengar suara ketukan dari pintu.
"Aku pergi dulu," ujar Jaemin sambil merapikan sedikit pakaiannya.
"Iya, nanti tunggu aku di parkiran, kita pulang bareng."
Bunyi ketukan terdengar lagi dan begitu si pengetuk pintu melihat kehadiran Jaemin di dalam ruangan bosnya. Dia terkejut.
"Oh, Sarah. Ada apa?"
"Pak Reno ada pertemuan dengan Pak Agus dari kepala pemasaran perusahaan cabang. Beliau sudah menunggu di ruang rapat."
"Saya segera ke sana."
Rupanya, Sarah adalah salah satu orang yang menaruh banyak rasa penasaran terhadap rekan kerjanya. Dia menanyakan langsung kepada kepala HRD tentang seluk-beluk biodata Jaemin.
"Kenapa sih, Bu Sarah? Memangnya apa yang aneh dari Pak Reno dan si anak magang? Saya juga gak bisa sembarangan kasih biodata karyawan walaupun dia cuma anak magang," ujar Rija.
"Aneh aja saya sama mereka Pak Rija. Sebelumnya kan saya pernah lihat Narendra jalan sama cowok juga."
"Ya terus kenapa kalau dia pernah jalan sama cowok? Memangnya ada yang salah?"
"Kita gak akan tahu siapa yang bakalan menjilat bos, Pak Rija." Sarah rupanya tidak segan mengeluarkan pendapatnya.
"Sarah, inget ini masih di kantor. Urusin aja urusan kerjaan kamu, gak usah ikut campur urusan orang lain yang gak ada sangkut pautnya sama kamu." Pak Rija langsung keluar dari pantry. Kebetulan memang mereka tadi bertemu di pantry.
Sedangkan Jaemin yang tadinya ingin masuk ke pantry langsung mengurungkan niatnya. Dia harus membicarakan ini dengan Jeno nantinya. Apakah lelaki itu ingin hubungan mereka diketahui oleh publik atau tidak karena hubungan antar sesama pria memang masih jarang terjadi.
"Baru hari pertama sudah ada masalah," ujar Jaemin menghela nafas berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Fanfiction"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.