End?

4.7K 441 2
                                    


Demam yang diderita Jaemin ternyata membawanya harus beristirahat total selama seminggu lebih. Dia terkena typus. Selama seminggu ini juga Logan dan Jeno terus kelabakan mengurus diri sendiri. Padahal sebelum bertemu Jaemin tiga bulan yang lalu, Jeno masih sanggup mengurus dia dan Logan.

"Susah banget ga ada kamu di rumah, dek. Selalu ada yang kurang, gak ada yang aku lihat pas bangun tidur, gak ada yang aku pelukin. Cepet sembuh dong," ujar Jeno.

"Aku cuma sakit seminggu aja berasa ditinggal setahun."

"Ya gimana dong, aku memang gak bisa tanpa kamu."

Jaemin hanya menganggukkan kepalanya.

"Iya, aku ngerti."

"Kok cuma gitu,"protes Jeno lagi.

"Terus kamu maunya gimana, Mas?" Lama-lama Jaemin gemas juga dengan tingkah Jeno. Hanya di depan Jaemin saja Jeno akan mengeluarkan sifat kekanak-kanakannya.

"Makanya kita nikah deh, sayang. Mau ya?"

Apakah ini saat yang tepat membicarakannya?

"Mas... Tentang pernikahan, kayaknya aku belum siap, Mas."

Jeno diam saja. Sebenarnya dia sudah tahu Jaemin akan menjawab seperti ini karena melihat dari sikap lelaki manis itu selama ini. Namun, saat mendengarnya langsung, kenapa dia masih saja terluka.

"Mas... Menikah itu bukan cuma tentang aku dan kamu, tapi juga tentang keluarga kita. Kita bakalan menyatukan dua keluarga yang berbeda dari segala hal, Mas. Kamu pasti sudah tahu itu karena masing-masing dari kita sudah pernah berumah tangga."

"Oke, aku bakalan lebih sering ngenalin keluarga aku ke kamu dan juga sebaliknya. Terus apalagi?"

Jeno belajar banyak dari rumah tangganya yang kandas dulu, dia harus sabar dan melakukan komunikasi dua arah dengan pasangannya agar tidak terjadi perpecahan.

"Mas, aku baru tiga bulan kenal sama kamu. Kamu baru kenal sedikit tentang diri aku, Mas. Ada banyak mimpi yang pengen aku raih. Dulu aku menikah muda dan menghabiskan masa mudaku buat orang lain. Saat ini, kalau aku gak ketemu kamu, aku mau fokus sama mimpiku yang tertunda, Mas. Aku masih mau ngejar mimpi aku itu, Mas. Sekarang aku tanya, apa kamu siap dampingi aku raih mimpi aku itu?"

Jeno tertegun. Ingatannya seketika kembali dibawa ketika rumah tangganya hancur bersama Karina karena dia tidak mendukung mimpi istrinya itu. Lalu, kenapa semuanya seolah terulang dengan pemain yang berbeda?

Jaemin... Apakah dia akan sama dengan Karina? Jeno tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"Apa itu artinya waktu yang harunya buat aku harus kamu bagi buat ngejar mimpi kamu? Kalau iya, aku akan belajar buat dukung mimpi kamu, asal kamu gak ninggalin aku."

"Mas, aku sudah pernah bilang, kan? Aku bakalan tetap di sisi kamu apapun yang terjadi. Kita gak menjalani hubungan ini buat senengnya aja, tapi juga perjuangannya."

Jaemin sudah memberinya terlalu banyak kebahagiaan selama ini. Logan juga sudah merasakan kebahagiaan yang diberikan Jaemin. Jeno tidak mau jika dia harus kehilangan seseorang yang berharga hanya karena ketakutannya.

Sepertinya memang benar, dia harus berubah menjadi lebih dewasa untuk kebaikannya sendiri dan Jaemin lah orang yang tepat untuk menerima pengorbanan itu.

"Sayang... Janji sama aku, apapun yang terjadi jangan pernah ucapin kata pisah. Berpisah dari kamu itu mimpi buruk yang paling buruk."

"Semoga semesta merestui kisah cinta kita, Mas Jeno Arreno."

"Amin."

TBC or End?

At My Worst 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang