Stay

4.4K 466 2
                                    

I will take all of your past and future

....

Jaemin itu kalau sudah mengerjakan sesuatu, pasti dia akan sulit membagi fokusnya. Iya, hal itu memang lumrah terjadi pada laki-laki. Saat dia harus mengurus laporan magangnya, dia tidak sempat untuk menghubungi Jeno. Kekasihnya itu juga tidak berbagi kabar dengannya. Jaemin hanya tahu kalau Jeno belum pulang selama tiga hari.

"Na, laporan magang kamu sampai mana? Revisian sampai mana?"

"Ada beberapa dokumentasi yang masih harus diedit. Mungkin nanti mau sekalian ke kampus buat minta tanda tangan."

"Oh, ya sudah. Kalau perlu bantuan, tanya aja. Siapa tahu aku bisa bantu."

"Iya, terima kasih, Pak David."

Selama tiga hari itu, Jaemin bahkan merasa badannya luar biasa lelah. Dia kelalahan secara fisik dan psikis. Tentu saja, dia memikirkan tentang Jeno. Walau dia terlihat tenang dari luar, isi kepalanya sedang runyam saat ini. Namun, dia berusaha tetap tenang, dia tidak mau terbawa sisi emosionalnya. Tidak saat dia harus bekerja, itu adalah sifat professional yang dia latih selama bertahun-tahun. Dunia kerja itu kejam, jangan sampai dia mengacaukan urusan pribadi dan urusan pekerjaan.

"Narendra?"

Jaemin terkejut bukan main saat Dean, mantan kekasihnya menawarinya untuk pulang. Jaemin tidak akan menolak hal itu karena dia juga sangat lelah. Tadinya dia ingin memasan ojek online, tapi Dean lebih dulu datang.

"Kamu sekarang tinggal di mana?"

Apa Jaemin harus menjawab jujur?

"Aku tinggal sama Reno, Kak."

"Reno?"

"Dia pacar aku."

"Oh," jawab Dean singkat. 

Tidak ada percakapan selanjutnya. Namun, semua keheningan itu hilang ketika suara perut Jaemin berbunyi.

Keduanya terkekeh karenanya. Dean mengusak rambut halus Jaemin lalu mengajak Jaemin untuk makan terlebih dahulu.

"Kita makan dulu ya. Kamu mau makan di angkringan biasanya, gak?"

"Boleh, aku juga udah lama gak ke sana."

Selama makan bersama, mereka sesekali berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Dean juga menceritakan keadaan Minju yang sedang hamil. Jaemin sesekali menceritakan tentang Jeno.

"Is he treats you well?"

Jaemin tersenyum, "Of course, no doubt" jawab Jaemin.

"Glad to heard that."

Jaemin langsung membereskan rumah selepas dia sampai. Logan sudah tidur sejak satu jam yang lalu. Kini tinggal Jaemin yang sedang membereskan beberapa bagian dari laporan magangnya.

Ketika pukul sepuluh malam, suara mobil terdengar. Jaemin menduga bahwa itu adalah Jeno. Benar saja, lelaki itu pulang dengan wajah lelah luar biasa.

"Mau mandi atau makan dulu?"

"Mandi dulu deh. Dek, tolong bikinin teh jahe ya? Badanku meriang."

Walaupun mereka masih terlibat perbedaan pendapat, tapi keduanya tetap saling berbagi perhatian. 

Jaemin memijit sedikit kepalanya yang luar biasa sakit. Hal itu rupanya disadari oleh Jeno.

"Dek, kamu kenapa?"

"Kepalaku sakit banget, Mas."

"Sudah minum obat belum?"

"Sudah tadi, aku habis makan langsung minum obat."

"Ya sudah ayo istirahat aja."

Jeno membawa tehnya ke dalam kamar mereka, Jaemin masih sesekali mendesis karena sakit di kepalanya. Jeno membantu kekasihnya itu untuk meringankan sakitnya. Dia memijiti kepala Jaemin dengan lembut.

"Mas...."

"Nanti aja ya, dek. Nanti pasti bakalan kita obrolin. Sekarang istirahat aja dulu. Gak bagus buat membicarakan hal itu saat hati dan kepala kita masih panas. Aku tahu ini bukan saatnya. Kamu faham kan maksud aku?"

"Iya, aku cuma mau minta peluk, kok."

Jeno tersenyum mendengarnya. Dia segera membawa kekasihnya itu ke dalam pelukannya. Badan Jaemin memang sedikit hangat, sepertinya dia memang demam.

"Ditinggal tiga hari aja kamu sakit," omel Jeno seperti mengomeli Logan.

"Ya, aku kan kangen sama kamu."

"Niatnya aku mau 'main' sama kamu setelah tiga hari gak dapat jatah, tapi ya sudahlah. Kamu lagi sakit gini, penting istirahat aja."

"Nanti deh kalau aku sudah sembuh, aku kasih service baru. Aku mau kasih kamu kejutan."

Mereka sama-sama lelaki, tentu saja kadang mereka ingin mencoba hal baru dalam masalah hubungan seperti ini. 

"Mas..."

"Hm?" 

Jeno menyahut dengan mata terpejam, tapi dia masih sadar, belum tidur.

"Apapun yang terjadi, jangan sampai pisah. Kamu pasti sudah tahu kalau sejak awal aku menerima kamu, aku sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi. I take all of your past and future. Jadi, jangan pernah ragu sama perasaan aku sama kamu."

"I know. Let's sleep. I am sorry for doubting you, darl."

Sebenarnya, Jeno hanya takut jika dia akan kehilangan Jaemin di sisinya. Secara tidak langsung, Jaemin sudah menjadi sandaran untuk Jeno. Selama tiga hari ini dia benar-benar merenungi sikapnya. Dia sadar bahwa Jeno harus mengontrol tempramennya agar tidak menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Dia sudah pernah kehilangan Karina karena sikapnya ini, dia tidak mau kehilangan Jaemin juga. 

"Please, stay with me."

Malam itu satu tetes air mata turun di mata Jeno. Dia seperti seorang anak kecil yang ketakutan dan menangisi seseorang yang akan meninggalkannya. Hanya di sisi Jaemin saja, Jeno mengeluarkan sisi terapuh dalam dirinya. Hanya Jaemin yang mampu membangunkan sisi terlemah Jeno.

"Please stay with me at my worst," bisik Jeno di telinga Jaemin.

"I am here for you as always."

....

Love has no gender

hi, bye... 

At My Worst 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang