"Kak Naren... Emak...."
Deg
Jaemin merasa seluruh tubuhnya kehilangan kekuatan menopang dirinya sendiri. Suara itu... Suara adiknya yang mengabarkan berita yang mampu meluruhkan seluruh kebahagiaan Jaemin.
"Emak sudah menyusul Bapak," ujar Jisung di seberang telfon.
Air mata seluruhnya begitu deras langsung terjun dari mata cantik Jaemin. Dia sedang berada di Austria dan baru saja kemarin sampai setelah berkeliling ke Swiss, Denmark, Belgia, Finladia dan sekarang Austria. Sudah sekitar dua bulan sejak keberangkatannya dari Strasbourg. Setelah dari Austria, rencananya Jaemin akan kembali ke Indonesia karena Jisung sudah mengabari jika kondisi Ibunya sakit. Namun....
"Emak... Jangan tinggalin Naren," lirihnya.
Lututnya bahkan membentur lantai. Jaemin luluh lantak mendengar kepergian wanita yang paling dia cintai. Ini sama sakitnya saat mendengar kecelakaan pesawat istrinya beberapa tahun lalu. Saat itu Jaemin juga hancur, tetapi ada Ibunya yang memberikan pelukan hangat untuk hatinya yang terluka. Namun kini... Pelukan itu sudah menghilang.
"Hei, Narendra!"
Eric baru saja keluar dari kedai kopi, tadinya dia memesan kopi untuk mereka. Tak disangka bahwa Jeno menelfonnya mengabarkan bahwa dia akan segera ke Indonesia karena Ibu Jaemin meninggal. Eric langsung saja mengecek keadaan Jaemin. Benar saja, lelaki itu sudah bersimpuh di jalan.
"Emak... Hiks... Emak."
"Kita pulang ke Indonesia," ujar Eric.
Perjalanan mereka cukup panjang dan sangat melelahkan, 20 jam menempuh perjalanan, Jaemin dan Eric baru sampai di kampung halaman Jaemin di jam tiga pagi. Jeno sudah ada di sana bersama Jisung sedang menunggu di depan rumah Jaemin.
"Emak..."
Jaemin langsung memeluk tubuh Ibunya yang selalu hangat kini telah mendingin. Wajahnya yang selalu cantik bagi Jaemin kini memucat. Jaemin mengguncang tubuh Ibunya sambil menangis keras.
"Emak, jangan tinggalin Narendra! Narendra gak bisa hidup tanpa Emak. Bawa Narendra, Mak. Jangan tinggalin aku sendiri."
Jeno menenengkan Jaemin berusaha untuk menarik tubuh kekasihnya itu dari tubuh dingin Ibunya Jaemin.
"Lepas, aku mau ikut Emak! Aku gak mau sendiri lagi. Sudah cukup aku hidup selama ini tanpa Bapak. Emak yang bikin aku bertahan hidup selama ini. Kalau Emak pergi, buat apa lagi aku hidup?! Emak bawa Narendra, Mak."
Jaemin kembali memeluk Ibunya kali ini menangis emakin keras. Jeno yang merasa keadaan sudah mulai tak terkendali, terpaksa harus mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk memisahkan Jaemin dari tubuh Ibunya.
"Emak ayo bangun. Emak jangan tinggalin Naren. Kalau Emak gak bangun, Naren yang ikut sama Emak!"
"Narendra!" bentak Jeno.
"Hiks, Emak!"
Kini tak ada lagi Jaemin yang meraung, hanya tersisa isakan lirih yang membuat Jisung juga ikut meneteskan air matanya lagi. Dia sudah berusaha untuk menahannya sedari tadi. Namun, melihat betapa terpukulnya Jaemin kehilangan orang tua satu-satunya untuk mereka, air mata itu kembali menetes.
"Emak..." lirih Jaemin lagi.
Jeno berusaha memisahkan tubuh Jaemin, tetapi saat dia berusaha menarik tangan Jaemin untuk berdiri, kekasihnya itu langsung ambruk ke lantai.
"Astaga, Narendra!"
...
"Jisung, biar aku saja yang memimpin."
KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Fanfic"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.