18. sakit

7.6K 722 61
                                    

HAPPY READING






o0o

"Mau kemana kamu Zafar?" tanya Ervian yang tengah duduk di ruang keluarga dengan laptop di pangkuannya.

"Bandara"

"Menjemput?"

"Bang Orca"

"Papa tidak mengizinkan"

"Jemput doang elah. Abis itu pulang, janji deh"

"Tidak perlu keluar rumah, karena Orca sudah di jemput oleh suruhan Papa. Sekalian menjemput sepupu dan Kakak Papa"

"Aku pengen nya jemput. Batalin gih"

"..." Zafar tak menjawab ucapannya. Pemuda itu langsung berbalik badan menuju kamarnya tanpa meninggalkan sepatah katapun.

Tatapan Ervian menyendu kala Zafar pergi dari ruangan ini. Ervian rindu dengan putra ketiga nya itu. Sejak kemarin ketika hendak masuk kamar selalu tidak diperbolehkan oleh Zafar.

Sejak dirinya membentak waktu itu, Ervian merasa jika putranya itu tidak pernah keluar kamar. Maka dari itu Ervian menelfon Kakak nya untuk datang kesini membantu membujuk Zafar.

Sebenarnya bisa saja Ervian membujuk Zafar. Tapi laki laki itu terlalu takut jika emosi nya tak terkendali. Ditambah perusahaan nya yang tengah diganggu oleh musuhnya membuat kepala Ervian semakin pening.

"Maafkan Papa. Papa akan segera selesai kan ini, dan Papa akan segera meminta maaf padamu" gumam Ervian sebelum kembali berkutat pada laptopnya.

Beberapa jam kemudian sudah terlewati oleh Zafar hanya dengan berdiam diri di dalam kamar. Berguling kesana kemari, memainkan game sebentar lalu mati kebosanan, melamun memikirkan berbagai hal hal negatif hingga berujung dirinya tertidur lelap karena lelah.

Tok

Tok

Tok

"Abang?" tentu tahu kan siapa yang mengetuk pintu kamar itu?

Zian, pemuda yang mengetuk pintu kamar Zafar. Tapi tak mendapat sahutan dari dalam kamar Abang kembar nya itu.

Ceklek

"Tidur? Enak banget" gumam Zian ketika memasuki kamar Zafar dan mendapati si pemilik kamar tertidur pulas.

"Abang bangun.... Bang?" ujar Zian sedikit pelan sembari mengguncang tubuh Zafar.

"Eunghh"

Dan berhasil, guncangan pelan dari Zian itu membuat Zafar menggeliat pelan dalam tidur nya karena merasa terganggu.

Mata pemuda yang terbaring itu mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang ada dikamar nya.

"Kenapa?" lirih Zafar mengetahui jika ada Zian di kamarnya.

"Orca sudah datang" singkat Zian namun belum ada respon dari Zafar.

"Oh"

Satu

Dua

Tiga

"Orca? Paus atau manusia? Emm?"

"ORCA? BANG ORCA?"

Plakkkkk

Tamparan itu Zian layangkan karena teriakan dari Zafar. Benar benar kencang tamparan itu, sampai sampai membuat pipi Zafar memerah. Rasa sakit itu menjalar diarea wajah nya, apalagi bagian pipi nua terasa panas dan nyeri.

Tapi Zafar tak peduli. Pemuda itu langsung bangkit dan berlari mencari keberadaan Orca. Meninggal kan Zian yang mengepalkan tangan nya.

"Sebentar lagi" gumam nya sembari memejamkan mata dan bibir yang tersenyum tipis.

ZAFAR ZYANDRU (END) ||Belum Revisi||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang