28. marah

5.1K 684 39
                                    






o0o

Ditengah malam pukul 00.05 Zafar terbangun dari tidur nya.

Ditatapnya sang Adek yang masih terlelap disamping nya. Mendadak Zafar merasa rindu dengan Papa nya. Padahal baru kemarin tidur bersama.

Tak perduli, Zafar melangkah kan kaki nya menuju kamar Ervian. Zafar tak bisa menahan lagi rasa rindunya.

Lagian Zafar juga kasian dengan Papa nya. Sudah duda plus nggak ada teman tidur pula.

Ceklek.

"Pa..?"

Tapi panggilan dari Zafar tak mendapat respon apapun. Dikeheningan itu hanya terdengar dengkuran halus yang Zafar yakini berasal dari Papa nya.

Zafar mendekat ke ranjang tempat dimana Ervian tidur. Menaiki ranjang itu dengan perlahan. Ketika sudah, Zafar memandangi wajah Papa nya dengan serius sebelum akhirnya menaruh wajahnya dileher sang Papa, dan memeluk tubuh sang Papa dengan erat layaknya guling.

Ervian sedikit terganggu dengan pergerakan disamping nya. Apalagi terpaan nafas yang mengakibatkan leher Ervian terasa geli.

Mata tajam itu mengerjap dan mengumpulkan kesadaran nya.

"Baby?"

"Eh? Maaf udah bangunin Papa" sesal Zafar.

"Tidak masalah"

"Ada apa hm?" lanjut Ervian pelan dan sedikit serak.

"Nggak apa apa"

"Yasudah tidur lagi" ucap Ervian menyamankan posisi putranya dan mengelus punggung kecil itu.

Tapi semua yang dilakukan Ervian itu tak berefek apapun pada Zafar. Nyatanya wajah Zafar semakin ditenggelamkan pada perpotongan leher Ervian.

"Tidur Baby"

"Nggak ngantuk" gumam Zafar.

"Papa..."

"Hm?"

"Indonesia. Zaf pengen ke Indonesia"

"Tidak"

"Papa..."

"Baby Zaf" tekan Ervian agar Zafar berhenti meminta pulang ke Indonesia.

"Kenapa?" tanya Zafar melepas pelukannya lalu menatap wajah Ervian.

"Disana panas"

"Dan disini dingin Papa. Zaf nggak suka"

"Papa lebih tidak suka dirimu kepanasan Baby"

"Apa salahnya? Panas itu menyehatkan Papa"

"Menjawab?" datar nan dingin suara Ervian.

Entahlah, Ervian berkali kali dibuat heran dengan putra ketiganya. Pintar sekali dalam mendebat.

"Kan Aku cuma kasih alasan biar Papa izinin Aku ke Indonesia"

"Tidak. Papa tidak suka dengan negara itu"

"Yaudah kalo nggak usah, biar Aku aja yang kesana. Papa disini aja, lagian Papa nggak suka Indonesia nggak usah ngajak ngajak Aku" sebal Zafar.

"Papa tidak perduli. Apapun yang Papa tidak sukai, anak anak Papa harus ikut tidak menyukai nya!" tegas Ervian kini mencengkram pergelangan tangan Zafar yang sedari tadi dirinya elus.

"Papa egois" ujar Zafar tak suka.

"Ya itulah Papa"

"Papa~

ZAFAR ZYANDRU (END) ||Belum Revisi||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang