bab 7||aku bisa ketawa kapan aja

74 7 0
                                    


Eva berlarian di sekitar sekolah mencari sahabatnya itu. Eva sungguh kwatir dengan sahabat satu satunya itu, setelah mendengar ucapan abar pada edgar di kelas membuat eva panik pada sahabatnya itu.

Flassback on

Eva tengah berjalan memasuki kelas namun baru sampai di pintu ia mendengar abar berbicara kepada edgar dengan zidan menjadi pendengar.

"Lo ga bisa gitu aja donk ed, kasian dia. Gimana pun juga dia teman sekelas kita"ujar abar

"Gue ga perduli" sahut edgar acuh.

Braak

Abar menggebrak meja di depan edgar. Edgar hanya melirik abar sinis.

"Dia jatuh karna lo, dia terluka karna lo, bahkan luka di telapak tangan nya lo pegang gue ga bisa bayangin sakitnya kaya apa" uhar abar lalu mengusap wajahnya frustasi.

"Tapi ga tentu dia kena pecahan kaca itu kan" ujar edgar tetap mengelak.

"Udah jelas ed. Pecahan kaca itu ada Di tempat di mana dia jatuh karna lo, dan ada bekas darah juga di pecahan kaca itu dan bangku yg dimana lo seret dia ke bangku itu, dan lagi tangan lo juga kena darahnya bahkan sampe mengering kaya gitu" ujar abar

"Gue ga perduli" abar menggebrak meja sekali lagi dan berucap dingin.

"Ga usah ganggu lia kalau begitu. Lo ga berhak" abar pun berbalik dan netranya bertubrukan dengan eva.

"Lo ga tau seberapa sakitnya dia ed. Lo di anggap angin pun ga mau" ujar zidan berjalan menyusul abar namun malah di kejutkan dengan abar yg menatap eva yg tengah berdiri di depan pintu sembari menutup mulutnya.

Eva terus berlari ucapan abar memenuhi pikiran nya, abar dan zidan mengejar eva di belakang hingga mereka ber 3 berhenti di depan uks. Terdengar samar samar ada perdebatan di dalam lia membuka pintu lirih dan dapat di lihat 2 orang gadis yg salah satunya tengah memasang perban dengan kasar, sedangkan gadis satunya tengah nangis di segukan.

Sontak eva yg melihat gadis yg menangis itu lia pun mendekat, dan menghempaskan tangan anak pmr itu sembari menatap nya tajam.

"Apa hak lo buat Dia nangis. Pmr bukan nya buat orang sakit sembuh ya. Lo malah buat orang sakit makin sakit" ujar eva tajam.

"Pergi" anak pmr itu pun meninggalkan uks ketika mendapat instruksi dari abar.

"Tangan lo. Muka lo pucet banget" gumam eva.

"Nia aku ga papa kok. Nia ga usah kwatir aku baik baik aja ini" ujar lia dengan senyum manisnya. Tanpa sadar abar meneteskan air matanya dan zidan mengalihkan pandangan nya.

"Biar gue obati ya lukanya" lia mengangguk. Eva melepas perban tersebut untuk menggantinya yg baru saat perban terbuka ketiga manusia itu menganga terkejut bagaimana tidak, lukanya itu dalam dan lebar eva menggeleng pelan.

"Amel ini harus di jahit kalo enggak sembuh nya lama" lia menunduk.

"Aku takut jarum nia" cicit nya.

"Ga akan sakit kok an. Kalo di biarin terbuka nanti makin sakit" ujar abar mendekat dan mengelus lembut sekitar luka lia dengan mata sedikit berair.

"Mau ya am buat di jahit kita ke rumah sakit" ujar eva lia mengimbang imbang sebentar lalu matanya tertuju pada abar yg mengelus lembut rambutnya.

"I-ya nia aku mau" abar langsung menggendong lia ala bridal style lia hanya diam di gendongan abar, eva dan zidan meminta ijin pada guru.

abar mendudukan lia di jok belakang motornya dan memasangkan jaket nya di pinggang lia. Jarak mereka sangat dekat lia bahkan dapat merasakan hembusan nafas abar.

"Maaf" gumam abar lia tersenyum manis mereka pun pergi menuju rumah sakit di susul zidan dan eva di belakang.

Sampai di rumah sakit luka lia langsung di tangani kini di ruang rawat lia menatap tangan nya yg di perban ngilu. Sedangkan eva zidan juga abar menatap sendu lia. Abar pun maju mengelus surai hitam legam yg lembut itu.

"Ga papa an nanti bakal sembuh kok"lia mengangguk dengam senyum manisnya yg tak pernah luntur.

"Maafin gue ya am. Gue ga bisa selalu ada buat lo" ujar eva memegang erat tangan kanan lia.

"Ga papa kok nia, ini juga salah aku yg ga hati hati, awalnya aku bingung kenapa bisa sampe sedalam itu lukanya ternyata ada pecahan kaca yg ga sengaja ngegores" ucap lia sembari terkekeh.

"Ameell. Lo tuh lg sakit masih sempat ketawa" ujar eva kesal. Lia malah kembali tertawa melihat ekspresi kesal sahabatnya itu.

"Aku bisa ketawa kapan aja, niaa" ucap lia. Entah sudah berapa kali telinga mereka mendengar kata itu.

"Ayok pulang besok gue jemput ke rumah ya" ujar eva. Lia menggeleng ribut.

"Biar aku berangkat sendiri aja nia"sahut lia.

"Kenapa? lo ga mau kasih tau gue di mana rumah lo?" Lia menggeleng lagi.

"Bukan gitu nia. Aku cuma.... emm cuma pengen berangkat sendiri. Aku juga bisa pulang sendiri kok" eva kekeuh mengantarkan lia

"Ya udah deh ayook" eva tersenyum senang. Mereka ber-4 pun pergi meninggalkan rumah sakit. Menuju rumah lia.

Sampai di rumah lia, eva menganga melihat rumah lia yg begitu besar bahkan dari gerbang menuju pintu utama sangat jauh tak terkira. Abar dan zidan pun sedikit melongo mereka tak menyangka ternyata lia anak keluarga terpandang namun mengapa lia tak pernah mempublikasikannya identitasnya.

"Ini rumah kamu lia" tanya eva ketika mereka sudah turun dari motor masing masing.

"Iya ayok masuk"ajak lia

"Masuk nih ga papa?"tanya zidan membuat lia terkekeh. Mereka pun masuk dan di sambut oleh angel.

"Uluuhh anak bunda satu ini udah pulang. Eh ada temen nya" ujar angel mengecup sayang pipi lia. Eva merasa iri akan itu. Karna mami nya sangat membenci dirinya karna suatu kesalahan.

"Waah siapa ini cantik banget sih" ujar angel mendekat ke arah eva. Ia melihat raut iri di kedua matanya. Ia memikirkan kalau eva ank broken home.

"Nia tante" ujar eva mencium telapak tangan angel.

"Panggil bunda aja biar sama kaya lia" eva tersentuh mendengar itu.

"I-iya bunda" angel tersenyum mendengar panggilan eva.

"Bunda, mereka ini abar, dan zidan."ujar lia memperkenalkan abar juga zidan angel tersenyum namun senyum nya luntur ketika melihat telapak tangan lia yg di perban.

"Lia kenapa sama tangan mu?" Lia tersenyum manis pada sang bunda.

"Ga sengaja jatuh terus kena pecahan kaca deh" ujar nya sedangkan angel menghela nafasnya ketika anak nya itu tersenyum manis padahal ia merasakan sakit. Angel juga lelah bertanya pada lia yg jawaban nya selalu sama.

"Ya sudah ayok makan siang dulu kebetulan bunda masak banyak "ujar angel di angguki keempatnya.

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang