Abar dan zidan prihatin melihat tampilan eva, rambut acak acakan, wajah bekas darah, baju lusuh dengan banyak darah dan kakinya sudah tanpa alas. Abar duduk di samping eva dan menariknya kepelukan. Tepat saat itu eva menangis keras.
______________________Tak lama setelahnya angel dan leon datang dengan wajah panik juga tergesa gesa. Eva mendongak mendapati angel yg berjalan ke arahnya lalu memeluk dirinya.
"Apa yg terjadi pada lia sayang?" Tanya angel dengan nada bergetar karna tangis.
"Ini semua salah nia bun.. hiks... maafin nia.. nia..." eva tak sempat melanjutkan ucapan nya dokter keluar dan angel eva serta leon buru buru menghampirinya.
"Dok bagaimana keadaan putri saya" tanya leon mendesak.
"Sebelum nya kalian tenang dulu. Untung tusukan pisau itu tak terlalu dalam, dan segera di bawa kesini dan bisa kami tangani dengan cepat, tapi pasien sekarang butuh donor darah secepatnya karna pasien banyak mengeluarkan darah, darah yg sama dengan golongan pasien kami sedang tidak menyetoknya..." ucapan dokter terputus ketika leon membogem wajah dokter tersebut membuat sang dokter sedikit tersungkur.
"Bagaimana bisa kalian tidak menyetok darah, rumah sakit macam apa ini" umpatnya yg langsung mendapat tatapan tajam angel. Seketika leon ciut dan mundur. Abar dan zidan yg ada di belakang berusaha menahan tawanya agar tak meledak.
"Dok golongan darah lia apa ya?" Tanya eva pada dokter. Sang dokter menatap gadis itu prihatin dres pink kini sudah banyak bercak darah wajahnya pun sama, kaki yg tak memakai alas juga rambut yg berantakan.
"Golongan darah pasien o kebetulan kami tidak menyetoknya" ujar dokter tetap ramah walau terkena bogeman leon.
"Golongan darah saya juga o dok. Dokter boleh ambil punya saya" ujar eva memegang tangan dokter dengan muka memelas.
"Biar saya aja dok. Golongan darah saya sama, anda bisa mengambilnya" zidan yg sendari tadi memperhatikan kini berkata dengan wajah serius.
"Baiklah mari ikut saya tapi sebelum nya nona apa anda tidak ingin berganti pakaian dulu" ujar dokter itu eva menatap penampilan nya lalu menatap angel yg menatapnya sembari tersenyum lembut .
"Nanti akan suami saya antar dia ke ruangan dokter biar saya suruh ganti baju dulu" dokter tersebut mengangguk dan berjalan pergi di ikuti zidan.
"Ad bawa dres biru saya di mobil" angel menelvon seseorang lalu tak lama seorang pria datang menyerahkan paperbag pada angel, pria itu sempat melirik pada eva lalu kembali setelah memberi hormat pada leon dan angel.
Setelah berganti pakaian kini eva dengan berjalan bersama leon disebelahnya. Eva menunduk merasa suasana makin menyeramkan berjalan bersama leon.
"Apa yg terjadi tadi" suara dingin itu membuat eva merinding. Ia mencoba menyahuti dengan suara tak bergetar.
"Maaf om semua karna saya... saya..."
"Saya tak menyuruhmu memanggil saya om." Leon berhenti dan menatap tajam eva. Eva ikut berhenti sambil menunduk takut.
"Panggil saya ayah. Untuk cerita itu nanti setelah selesai ayah tunggu kamu" ujar leon memeluk eva sayang. Darahnya berdesir ketika pelukan hangat sosok ayah itu ia dapatkan.
"Masuklah dokter janu sudah menunggumu" eva mengangguk dan mulai melangkah masuk ke ruangan tersebut.
Kini eva sudah berada di sisi ranjang di ruang rawat lia. Setelah transaksi darah tadi, lia di nyatakan koma, awalnya sempat kritis setelah siuman beberapa menit, namun hal itu malah membuatnya menjadi koma.
Flassback
Kini di ruangan dimana lia terbaring lemah dokter tengah menanganinya. Mata indah gadis itu terbuka sempurna menatap lampu operasi yg menyala di atasnya.
"Dokter pasien sadar" ucap salah satu suster yg tengah mengecek data di samping ranjang lia. Dokter yg di ketahui bernama januar itu mendekat.
"D-dook" panggil lia lirih dengan nafas sedikit tersendat. Januar mengangguk menatap prihatin gadis cantik ini.
"L-lia... ti-tip mereka.. ya-ng di luar ya" januar kembali mengangguk lia tersenyum tipis di balik alat bantu pernapasan itu.
"Bil-langin... lia.. mau.. tidur dulu" setelah mengucapkan itu lia pingsan bertepatan dengan layar monitor yg berbunyi.
"Jantungnya melemah dok" ujar suster yg tengah berada di depan layar monitor
"Alat kejut jantung" suster dengan sigap memberi alat yg di butuhkan dokter.
3 kali percobaan pun akhirnya detak jantungnya kembali.
"Detak jantungnya kembali normal dok" januar mengangguk lalu mengelap keluh keringatnya sembari menatap lia.
"Syukurlah, Kita akan memindahkan pasien ke ruang VVIP di lantai 3" suster mengangguk dokter pun keluar untuk memberi tau keadaan pasien nya sembari memberi pesan yg tadi di sampaikan sang pasien.
Flassback off
"Amel maafin gue... hiks.. kalo bukan karna gue... lo ga mungkin di sini" ujar eva sembari menunduk dengan tangan memegang tangan lia yg terbebas dari infus. Layar monitor itu terus berbunyi memperlihatkan denyut jantung lia.
Tadi abar dan zidan sudah di suruh leon untuk pulang. Melihat muka zidan yg pucat membuat leon tak tega ketika harus membiarkan dia di sini. Dengan bantuan abar zidan yg awalnya menolak untuk pulang akhirnya mengalah mereka pulang dengan di antar supir yg baru di keluarga leon.
"Gue bodoh am... hikss... gue ga bisa jagain lo... hiks... demi gue.. lo ngorbanin nyawa lo" racaunya terus menerus hingga leon dan angel yg ada di ruangan menatap sendu eva.
"Nda, kamu pulang saja dulu ke rumah, bawa eva sekalian. Biar ayah yg jagain lia di sini" angel menuruti perkataan suaminya, dan melangkahkan kakinya menuju eva yg duduk di sisi ranjang lia.
"Sayang.. pulang dulu yuk ke rumah bunda, besok pagi kita kesini lagi. Ini sudah malam banget, kamu harus istirahat sayang" ujar angel membujuk eva dengan nada lembut.
"Tapi bun..." ucapan nya terpotong oleh leon yg entah sejak kapan berada di sampingnya.
"Lia anak ayah dan bunda, begitu juga kamu nia. Ayah akan menjaga lia bunda akan menjaga mu. Sekarang pulanglah, jika kamu tak bisa tidur sendiri minta temani bunda, dia pasti mau, lia tak akan suka jika kamu sakit karna menunggunya siuman" eva mengangguk patuh lalu berdiri menatap wajah lia sendu.
"Am... gue pulang dulu ya, lo jangan lama lama tidurnya, gue ga kuat nahan rindu ini" eva pun mengecup sayang kening lia lalu keluar di tuntun angel. Setelah keduanya keluar leon menatap wajah putrinya yg tertidur nyenyak di itu.
"Naak... kamu salah, kamu tak di anggap angin. Karna mereka akan mengingatmu setelah ini. Ayah bangga dengan pengorbanan mu nak" ucap leon mengelus sayang tangan lia dan mengecupnya.
"Ayah akan ijinkan kamu tidur kali ini, untuk cerita kejadian ini juga kepulangan mu yg mendadak akan ayah tagih setelah kamu pulih. Maka cepatlah bangun nak, kami akan menunggumu di sini" setelah mengucapkan itu leon berjalan menuju sofa lalu merebahkan diri di sana. Lama kelamaan dirinya tertidur ke alam mimpi yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
peran FIGURAN (END/TAMAT)
JugendliteraturJudul: peran figuran Di kisahkan seorang gadis yg berperan sebagai figuran atau pelengkap yg berteman dengan seorang gadis most wented grill yg dapat di kenal populer. Kisah bagaimana di perlakukan bagai angin yg tak terlihat, dan di jadikan alat un...