bab 3||tentang lio

111 7 0
                                    


Lia sudah selesai mengerjakan tugasnya. Ia bergegas menuju ke kantin karna perutnya mulai melilit. Ia juga punya mag, namun lia tak menceritakan pada eva. Kepalanya mulai pusing, tadi ia hanya meminum susu kotak yg eva belikan tidak dengan rotinya karna saat akan memakan nya roti itu hilang entah kemana. Namun di jalan mendadak pandangan nya memburam dan..

Bruuuk...

Lia pun tumbang di lantai. Tak ada yg menyadari itu, kebetulan eva akan kembali ke kelas. Namun di jalan ia melihat seluet gadis berbaring di lantai koridor. Saat ia memperhatikan wajahnya, eva panik setengah mati. Bagaimana mungkin ada gadis pingsan di tengah koridor yg ramai tak ada satu pun yg menolong nya. Eva pun menggoyangkan tubuh lemah lia.

"Ada yg bisa bantu gue ga?" Teriak eva dengan wajah panik dan air mata yg sudah membanjiri pipinya.

"Kenapa eva" ujar 2 pria teman sekelasnya, roby dan zidan.

"Bodoh angkatin dia bawa ke uks" zidan pun menggendong lia ala bridal style lalu membawanya ke uks dengan di ikuti eva di belakangnya.

"Lo bisa jagain bentar kan. Gue mau beli bubur. Jangan di tinggal ya dia bener bener di anggap angin, kalo lo sampe anggep dia ga berguna bilang sekarang" zidan hanya mengangguk, lalu eva pun pergi menuju kantin.

Zidan menatap lekat wajah lia yg pucat. Tangan nya terulur menyingkap rambut yg menutupi wajahnya.

"Sebenrnya lo cantik. Tapi kenapa mereka anggap lo angin," gumam zidan sembari menatap wajah lia.

"Seneng rasanya ada yg muji cantik" zidan sontak terkejut saat mata lia terbuka dan lia berkata seperti itu sembari terkekeh. Lia mencoba duduk sembari memegangi perutnya yg nyeri

"Jangan duduk lo masih lemes" ujar zidan. Lia hanya tersenyum manis.

"Aku udah biasa apa apa sendiri dari aku kecil. Jadi ga masalah."

"Kenapa lo sampe pingsan di koridor" tanya zidan.

"Aku belum makan mungkin efek karna mag kambuh juga. Makasih ya udah bantuin aku. Aku pikir bakal bangun di situ lagi" ujar lia sembari terkekeh.

"Gimana bisa lo ketawa saat tak ada yg memperdulikan lo"

"Aku bisa ketawa kapan aja" sahut lia masih dengan senyum manis nya.

"Emm.. nama kamu zidan kan" zidan mengangguk mendengar pertanyaan lia.

"Aku lia. Aku akan balas kebaikan kamu ini. Makasih ya" zidan tak menjawab karna terpotong eva datang.

"Lo udah bangun am, Nih lo makan dulu. Kenapa bisa pingsan. Lo punya mag kenapa ga bilang" lagi lagi lia terkekeh mendengar perhatian eva.

"Iya nia. Aku punya mag, tapi ga papa kok ini kan makan" lia pun melahap bubur itu hingga tandas.

"Kalian kembali ke kelas aja biar aku di sini sendiri. Lagian ini udah masuk" ujar lia menyuruh zidan dan eva yg sendari tadi menemaninya.

"Masa lo sendiri di sini" sanggah eva.

"Ga papa nia. Aku bisa sendiri kok aku cuma mau tidur, sekarang ke kelas yaa" eva meluruh ia mengangguk dan mengajak zidan ke kelas. Zidan pun pergi mengikuti eva dengan tatapan yg sulit di artikan.

'Ternyata ga semua manusia menganggapku angin. Mereka benar benar menganggapku ada.' Gumam lia lalu merebahkan dirinya di ranjang uks dan tertidur.

Skiipp...

Lia mengerjapkan matanya saat merasa tidurnya terusik. Saat membuka mata awal yg ia lihat adalah wajah lio yg ada di depan nya dengan tangan lio yg mengelus pipinya lembut. Lia mendudukan diri  dengan bantuan lio.

"Kok udah di rumah bang" tanya lia ketika mengedarkan pandangan nya melihat ini di kamar lio.

"Iya abang bawa kamu kayaknya kamu tidur pules banget makanya abang gendong ke kamar." Ujar lio, lia mengangguk saja.

"Mag kamu kambuh? Bukan nya tadi pagi udah sarapan?" Lia menggeleng sembari cengengesan.

"Bukan nya bunda bikinin senwic ya pagi tadi buat bekel?" Lia tampak mengangguk lalu memeluk pinggang lio sembari mencurutkan bibirnya.

"Lia liat anak kecil di jalan kelaperan jadi lia kasih makanan lia ke anak itu. Ga papa kan" ujar lia lalu mendongak melihat ekspresi lio. Lio hanya menghembuskan nafasnya panjang.

"Siapa yg nolongin kamu hmm?"

"Nia bang, nia minta tolong zidan buat gendong aku." Lia melepaskan pelukan nya lalu menatap lio lembut.

"Syukurlah. Lain kali harus sarapan abang pastiin mag kamu ga akan kambuh lagi" ujar lio mengelus surai hitam legam lia. Ia bersyukur gadis kecilnya itu ada yg menolongnya. Lio tau apa yg gadis kecilnya itu lalui setiap harinya.

"Abang... lia laper, pengen masakan abang" ujar lia sembari menyatukan jari telunjuknya dengan mata kucingnya.

Tangan lio terulur untuk mencubit pipi lia gemas lalu terkekeh singkat.

"Ayoo abang bikinin bubur ayam" lia bersorak dan berhamburan ke punggung lio. Dengan senang hati pria itu menggendong lia melewati tangga hingga dapur. Di dapur lio mendudukan lia di meja party. Lia mengalungkan tangan nya ke leher lio yg ada di depan nya juga menghadapnya.

"Abang ganteng banget sih" puji lia tanpa malu sedangkan lio mencubit gemas hidung lia.

(Aku dan lio sangatlah akrab walau kami bukan saudara kandung, iya kita bukan lah adik kaka maka dari itu autor menulis gadis kecilku bukan adiku)

Lio pun mulai dengan lihay membuatkan bubur ayam untuk gadis kecilnya itu. 30 menit berlalu bubur ayam dengan porsi 2 mangkuk pun jadi lengkap dengan daun bawang, ayam, serta kacang goreng nya. Lio pun menaruh 2 mangkuk itu ke meja makan dan menghampiri lia yg masih duduk di meja party.

"Abang lamaaa" lia merengek membuat lio terkekeh. Lio pun mendekat menghadap lia, lia Melingkarkan tangan nya ke leher lio.

"Kamu pikir delivery order. Pencet 15 menit nyampe hmm?" Lia cengengesan lalu memekik saat lio menggendongnya menuju meja makan dan mendudukan lia di kursi meja makan menyodorkan salah satu bubur tersebut pada lia.

"Waahhh ini pedes kan bang" lio menggeleng, enak saja pedas, mag dia saja kambuh.

"Yaah kok nda pedes siih"

"Mag kamu aja kambuh lia. Udah makan aja mau di suapin hmm"lia menggeleng lalu menyuapkan bubur itu ke mulutnya.

"Abang aak" lia menyodorkan sendok berisi bubur tersebut lalu di terima dengan senang hati oleh lio.

"Waahh lagi makan bubur ga ajak ajak" ujar wanita parau baya yg baru saja datang bersama suaminya.

"Jangan minta bunda ini spesial buatan bang lio" ujar lia menutupi mangkui buburnya lalu memakan nya dengan cepat.

"Pelan pelan lia nanti kesedek" ujar pria parau baya yg duduk di samping istrinya berhadapan langsung dengan lia dan lio.

"Uhuk... uhuk" benar saja lia tersedak dengan cekatan lio menuangkan air dan memberikan nya kepada lia. Lia pun meminum nya hingga tandas.

"Tuh kan. Ati ati makanya" tambah leon sedangkan lia cengengesan saja.

Leon dan angel menatap lio yg tengah mengelus lembut surai hitam legam lia sayang. Mereka tersenyum senang akhirnya putrinya itu bisa bahagia walau sering di anggap angin.

(Aku di dalam keluarga adalah putri, namun jika aku masuk ke dalam cerita orang lain aku akan menjadi figuran, dan itu sudah biasa untuku ini)

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang