Pagi cerah di weekend ini eva tengah menelungkupkan wajahnya di bantal. Dirinya sungguh malas untuk keluar. Di rumah ia sendiri, orang tuanya tengah bekerja seperti biasanya. Di rumah besarnya ini hanya ada dirinya bodyguard dan juga para maid."Haahh... kapan coba gue kumpul sama momyy dan dadyy. Perasaan ni rumah kek ga berpenghuni sial" gumamnya di tengah kegiatan rebahan nya.
"Telvon cia deh suruh nemenin nobar dari pada ngapain gue kek pengangguran gini" eva pun mengambil handpone yg ada di nakas untuk menelvon cia.
Ternyata eva tak hanya menelvon cia ia melakukan video call grup. Tak lama nampak wajah abar, zidan, dan cia yg entah tengah apa dengan mata tak tertuju pada layar.
"Eneng cantik lagi ngapain tuuh. Abang rindu nih" sontak cia menatap layar dan menampakan zidan dengan wajah tengilnya juga eva dan abar yg tengah terkekeh.
"Apaan sih. Kamu tuh dan udah kek om om kurang belaian" sahut cia lalu kembali ke kesibukan nya.
"Kenapa an tumben nelvon?" Suara berat milik abar terdengar di ponsel nya. Eva berpikir lalu menatap ponsel lagi.
"Bar coba ganti panggilan lo jangan an deh, lo udah panggil amel sama kata an terus lo oanggil gue an juga." Komentar eva
"Iya tuh si abar makin kesini makin ga jelas" sahut zidan.
"Iya va sekarang mau apa nih?" Eva teringat niatnya menelpon mereka .
"Kalian ke rumah gue ya. Gue males nih di rumah sendirian. Kita ngedrakor bareng" ajak eva antusias. Abar mengangguk setuju begitupun cia.
"Ada wifi ga va? Gue ga ada kuota" ujar zidan ngelantur.
"Adalah ya kali kaga ga bakal gue ajak kalian ngedrakor bareng dasar human meresahkan" sahut eva geram mengundang tawa cia.
"Dan jemput aku ya di rumah. Soalnya aku ga di bolehin keluar pake mobil, supir juga lagi nganter mama ke pasar" pinta cia membuat zidan mengangguk semangat.
"Siap neng, dandan yg cantik ya abang otw niih" setelah nya zidan pun langsung keluar dari obrolan grup nya membuat eva dan abar geleng geleng sedangkan cia cengo melihat tingkah zidan.
"Ya udah kalian cepetan ya keburu gabut gue makin menjadi nih" abar mengangguk dan keluar dari obrolan grup mereka.
"Ya udah nia, cia tutup ya telepon nya. Mau siap siap dadah niaa" pamit cia
"Daahh ciaa" telepon pun mati.
Setelah menunggu sekitar 1 jam mereka pun akhirnya sampai di rumah eva. Tanpa babibu mereka menuju ke kamar tuan putri dan menemukan eva tengah tertidur pulas bak putri.
"Niaa bangun kok kamu tidur sih katanya mau ngedrakor" eva pun bangun dengan keadaan linglung.
"Gue di mana nih gue di culik ya" racaunya karna nyawanya belum terkumpul
"Ia di culik pangeran kodok" uhar zidan ngaur sembari menunjuk abar.
Plaaak
"Sakit anjir" keluh zidan ketika tangan nya di geplak kasar oleh abar.
"Zidan mah kaya cewe deh. Masa kaya gitu aja sakit." Ejek cia yg kini sudah duduk di ranjang dengan eva yg masih menguap
"Bentar ya guys. Gue mau cuci muka kayaknya ada lem di mata gue" eva pun berjalan menuju kamar mandi.
Setelah 2 jam menonton drama korea kini mereka di landa kegabutan kembali
"Sailaahh. Gabut gue" keluh zidan sembari melempar lemparkan handpone nya ke udara.
"Iya nih gabud banget film nya nguras tenaga gila parah" sahut eva tak kalah heboh.
"Ngapain ya enak nya" cia mencoba berpikir.
"Telvon lia va" intruksi dari abar membuat eva buru buru mengambil laptop.
Dan menaruhnya di antara cia dan dirinya. Abar dan zidan ikut bergabung dengan duduk di belakang cia dan eva.
Panggilan terhubung dan menampakan wajah lia yg ada di pangkuan lio. Eva, zidan, juga abar menyirit bingung kala melihat interaksi mereka, yg mereka ketahui lio dan lia adalah kakak beradik.
"Hayy niiaa... udah ada temen baru jadi amel di lupain niih?" ujar lia dengan sedikit cemberut, eva kelabakan sedangkan cia mencoba menahan tawa ketika lia memanggil dirinya amel.
"Enggak amel. Justru itu gue vicall lo mau ngenalin sahabat baru gue. Niih namanya syakilla armecia"
"Terus amel harus panggil dia siapa?? Syak? Kikil? Atau lala temen nya po?" Ujar lia dengan wajah polos nya namun tidak dengan bibirnya yg mengejek cia.
"Ahahaha... enggak kamu panggil dia cia an" sahut abar yg ada di belakang eva.
"Loh sejak kapan abar di situ? Kok sendiri sih?" Ujar lia jahil, zidan yg tak di anggap keberadaan nya menongolkan wajahnya di antara kepala cia dan eva.
"Gue di anggep apa sialan lo lia" ujar zidan geram sedangkan lia tertawa terbahak bahak di atas pangkuan lio.
"Jangan ketawa keras keras honey" eva, abar dan zidan cengo kala mendengar panggilan lio kepada lia. Benar benar seperti bukan kakak beradik melainkan pasangan kekasih.
"Li. Dia abang lo beneran?" Tanya zidan cia sudah tertawa dalam hati melihat wajah cengo eva dan zidan.
"Kenapa emang zi?" Tanya lia polos. Sedangkan lio yg mendengar jawaban polos gadisnya itu menepuk pelan dahi lia dan bergumam tak jelas.
"Abang sakit. Udah cukup hati aku sakit jangan dahi aku donk" ceplos lia membuat yg mendengar menyirit. Termasuk cia.
"Emang nya ada apa an?" Pertanyaan yg cia lontarkan menyambut tatapan aneh zidan juga eva dan tatapan menelisik abar.
"Lo tau nama nya dari siapa?" Cia panas dingin, sedangkan lia dan lio tak menyadari itu.
"Emm.. tadi kan... abar panggil dia an. Jadi aku ikut panggil an"
"Tapi tadi gue panggil lia, dan tadi lia juga nyebut diri nya sendiri amel. Kenapa lo lebih milih panggil an?" Cia bingung dengan pertanyaan dan pernyataan yg di lontarkan zidan. Mulutnya ini benar benar tidak bisa di kondisikan.
"Niiaaa, kok nia kurusan sih? Nia dayet ya?" Ucap lia membuat atensi mereka teralih dan cia terselamatkan.
"Diet an" seru abar
"Kan di bacanya dayet bar"
"Tapi yg bener itu diet lia"sahut zidan sembari memakan ciki.
"Yg aku tau tuh dayet zidan" seru lia tak mau kalah.
"Kenapa ga dawet sekalian?" Ujar eva yg sudah jengah.
"Waahh dawet enak.. abaangg mau daweett" rengek lia pada lio yg di tanggapi tatapan datar lio.
"Ga ada di sini lia" ucap lio.
"Iya am lo aneh deh. Di ausli emang ada dawet?" Lia berpikir sebentar lalu menggeleng.
"Re bilangin mama ya nanti bikinin dawet buat aku. Pengen niih" ujar lia mengganti panggilan nya membuat lio merasa aneh. Apa lagi kala lia turun dari pangkuan nya dan membawa pergi laptopnya menuju tangga.
"Ane kamu lihat bandana ku tidak. Tadi aku melepasnya" suara gadis itu membuat 4 remaja yg tengah menonton bingung.
"Di kamar aku fia" cia langsung menyadari itu. Namun tidak dengan 3 remaja di sampingnya itu.
"Lia ada apa dengan mu"
"Eh bang lio"
"Hay fi ada barang yg ketinggalan?"
"Iya bang ini bandana aku ketinggalan"
"Oh"
"Ya udah an. Aku pulangya. Bay bang lio"samar samar terdengar percakapan itu dan tak lama menampakan wajah lia yg bersandar di belakang pintu sembari tersenyum manis. Tapi kalau kalian melihat matanya ada kesedihan dan rasa cemburu di matanya.
"Emm niia. Amel tutup dulu ya nanti malam kita lanjutin lagi baayy" panggilan pun terputus sepihak membuat mereka terdiam bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
peran FIGURAN (END/TAMAT)
Fiksi RemajaJudul: peran figuran Di kisahkan seorang gadis yg berperan sebagai figuran atau pelengkap yg berteman dengan seorang gadis most wented grill yg dapat di kenal populer. Kisah bagaimana di perlakukan bagai angin yg tak terlihat, dan di jadikan alat un...