bab 9||pergi?

84 8 0
                                    


Jam istirahat baru saja berbunyi, para murid pun berbondong bondong menuju kantin. Begitupun dengan 2 gadis ini, siapa lagi kalau bukan eva dan lia. Mereka menuju kantin dengan berjalan santai sembari sesekali tertawa karna lolucon yg lia lontarkan. Sampai di kantin meja benar benar penuh, hal itu membuat lia mengeluh dan eva mencebikan bibirnya.

"Eva sini gabung aja dari pada berdiri sendiri di situ" ujar fahmi yg ada di meja tak jauh dari eva dan lia. Eva menatap lia lalu menarik lia menuju meja fahmi ddk.

Pletak

Jitakan kasar itu mendarat di kepala fahmi, fahmi meringis pelan merasakan kepalanya nyut nyutan. Lalu mendongak melihat siapa pelaku jitakan itu. Sedangkan eva si pelaku menatap sinis fahmi.

"Mata lo buta ya" tanya eva tak santai sedangkan fahmi menyirit bingung.

"Mata gue masih normal kok" ujar fahmi polos. Abar mengeram geram pada kepolosan fahmi.

"Lo bilang apa tadi. Gue berdiri sendiri. Terus lo anggep apa dia hehh.." ujarnya menarik lia untuk lebih mendekat di sampingnya. Sedangkan lia tersenyum manis melihat kebingungan fahmi.

"Sejak kapan lo ada di sini fia" ujar fahmi membuat lia terkekeh sedangkan eva makin mengeram kesal.

"Nama nya lia bodoh. LIA bukan fia" fahmi mengangguk mengerti dengan wajah yg masih bingung.

"Udah nia. Nia duduk aja di sini bolehkan nia duduk di sini" ujar lia di angguki fahmi ddk.

"Nia duduk ya nanti biar aku yg pesenin" eva akhirnya menurut dan duduk.

Lia pergi menuju kedai makanan, lalu 5 menit kemudian seorang gadis berkaca mata bulat membawa nampan berisi bakso dan segelas oranye jus.

"Maaf. Eva. Tadi aku di mintai tolong sama temen nya kamu buat anter makanan sama minuman ini" ujar gadis itu eva menyirit.

"Terus di mana lia?" Gadis itu menggeleng lalu pamit undur diri. Eva menatap nampan itu dan menemukan sebuah note kecil

To nia.

Nia makan dulu ya udah aku pesenin. Nia makan aja dengan tenang, jangan ada pikiran buat cari aku. Aku makan juga kok. Karna tadi yg di panggil nia jadi aku ngerasa ga enak buat ikut gabung, di makan ya baksonya nianya amel

Dari sahabatmu
Amelia

"Gara gara lo sih. Amel ga mau ikut makan sama gue. Kalo mag amel kambuh lo yg gue seret ke depan ayah bundanya, puass!" ujar eva hendak pergi namun tangan nya di tahan zidan.

"Makan dulu. Kasian lia yg udah pesenin" eva akhirnya duduk kembali. Tanpa di sadari abar pergi entah kemana.

***

Sedangkan di taman belakang lia tengah duduk dengan seorang pria mahasiswa di bangku taman itu. Lia duduk dengan tenang sembari bersandar di bahu pria itu.

"Kamu kenapa hmm?" Tanya pria itu melihat gadis kecilnya itu murung.

"Lia cape abang" gumam nya lalu beberapa detik kemudian terdengar isak tangis lia. Pria itu, lio. Mengelus lembut surai lia.

"Lia cape kenapa hmm?" Lia mendongak menatap lio.

"Lia cape di anggap angin abang. Lia cape nahan sesak ini sendiri. Lia juga pengen kaya nia. Mereka selalu sadar setiap langkah nia. Tapi mereka ga sadar akan keberadaan lia. Sakit abang di sini sakit" ujar lia di sela tangisan nya sembari memegangi dadanya.

"Lia liat abang. Besok lia sama abang bakal pulang ke rumah mama mau ya lia sekolah di sana aja abang yakin di sana lia ga akan merasa jadi angin lagi" lia mengangguk dan memeluk lio.

Tanpa mereka sadari seorang pria mendengar percakapan mereka. Tentulah ia terkejut. Setelah nya pria itu, abar pergi menuju kelas. Lia pun pamit pada lio untuk kembali ke kelas karna bell sudah berbunyi.

Skiipp..

Keesokannya eva datang sendiri di kelas yg ramai ini ia tak menemukan sahabatnya. Hingga bel masuk berbunyi. Namun lia belum juga menunjukkan dirinya. Eva sedikit kwatir, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menelvon nya. Berhubung hari ini free class.

Panggilan pertama tak di angkat
Panggilan kedua pun sama
Hingga panggilan ke tiga baru panggilan itu tersambung.

"Halo am lo ga berangkat kenapa?"

"Iya nia, aku mau... emmm"

"Amel lo di mana kedengeran beirisk banget?"

"Nia nanti lia telpon lagi ya papayy"

Tuutt... tuutt... tuutt

Panggilan pun terputus sepihak eva mengerutkan kening. Kemudian abar tiba tiba menggebrak meja membuat kelas ramai itu mendadak hening.

"Famelia pergi" ujar abar dingin. Eva menegang di tempat.

"Ini semua karna kalian. Kalian ga pernah anggep gadis itu ada"

Deg.

Bukan hanya satu dua tapi hampir 1 kelas terkejut mendengar ucapan abar. Eva meneteskan airmatanya. Abar pun pergi di susul zidan. Eva pun ikut pergi keluar kelas mereka kabur dari kelas untuk menyusul lia. Edgar fahmi dan lainya menatap mereka bertiga sendu.

"Abar zidan gue ikut yaa" abar mengangguk. Zidan pun menggandeng lembut eva dan menuju motornya. Motor milik abar juga zidan itu melesat menuju bandara.

Di sepanjang jalan eva berdoa agar bisa mencegah lia pergi. Abar, dan zidan mengendarai motor dengan cepat. Hingga beberapa saat kemudian mereka sampai di bandara. Buru buru abar, zidan juga eva berlari mengitari bandara hingga pandangan nya jatuh pada sosok mungil yg tengah di rangkul pemuda tampan dengan 2 koper besar di sampingnya.

"Ameell" teriak eva membuat gadis mungil itu yg ternyata lia menoleh dan terkejut melihat eva, abar, juga zidan dengan seragam sekolah masih melekat di tubuhnya.

"Ka-kalian kenapa kesini?" Tanya lia gagap. Lio memegang pundak lia sedangkan eva dengan air matanya menggenggam tangan lia.

"Amel ga boleh ninggalin nia. Amel mau kemana? Katanya kita sahabat. Amel ga akan pergi kan. Nia bakal marahi murid yg ga anggep amel. Nia janji amel tapi tolong jangan pergi" ujarnya di selingi tangisan.

"Iya an lo ga boleh pergi. Masih ada kita di sini buat lo kita mohon jangan pergi ya" sahut abar lia pun menatap abar yg menatapnya memohon dengan mata sedikit berair.

"Ayolah lia lo ga bisa pergi tinggalin kita. Kita bakal lakuin apa aja asal lo ga pergi kita mohon" tambah zidan yg menatap lia dengan memohon. Lia pun tersenyum melihat betapa simpatiknya mereka.

"Nia, abar, zidan. Aku pergi cuma sebentar kok. Nanti kalo waktunya pulang aku janji bakal pulang buat nemuin kalian bertiga" ujar lia.

"Tapi kita ga mau lo pergi am" ujar eva masih menahan lia.

"Heyy... nia masih bisa video call jadi ga papa yaah. Oke amel janji bakal pulang. Kalian jangan sedih. Nia juga ga boleh nangis, amel pasti pulang. Amel cuma mau nenangin diri aja nia. Amel cape, amel butuh ketenangan. Nia, abar, zidan paham kan" mereka bertiga mengangguk membuat senyum lia makin lebar.

"Jadi ga papa yaa nia, abar, zidan. Lia tinggal. Lia janji bakal pulang"

"Janji ya am lo bakal pulang" lia menganggukan kepalanya mantap.

"Kalian tenang aja. Lia bukan tipikal orang ingkar janji jadi percaya lia pasti kembali" eva mengangguk mendengar ucapan lio. Akhirnya mereka bertiga membiarkan lia pergi dengan rasa sedih mereka menyaksikan pesawat itu lepas landas. Setelahnya eva mengembangkan senyum.

'Gue tau lo kuat, gue tau lo pasti kembali, jadi bersenang senanglah gue seneng kalo lo seneng semoga lo bener bener kembali buat nemuin gue. Gue ikhlas' batin eva lalu mereka bertiga kembali ke rumah masing masing, karna percuma juga kalau ke sekolah bisa bisa mereka kena hukum.

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang