bab 31||menjenguk

45 4 0
                                    

Kondisi viona kini mulai membaik, setelah 1 bulan ini benar benar di pantau oleh laura dan kelvin. Kelvin ini kaka dari angel. Dia juga seorang psikiater, laura kenal angel juga karna dekat dengan kelvin.

Jika kalian tanya kenapa tidak kelvin saja, jawaban nya. Lia tidak mau. Setiap kelvin yg menanganinya, kondisi nya dulu makin memburuk. Hingga kelvin memanggil laura.

Kelvin adalah seorang duda. Ia bercerai dengan istrinya dulu, hak asuh anak mereka jatuh pada mantan istrinya. Mereka berpisah di karenakan, mantan istri kelvin masih mencintai orang di masa lalunya . Tentunya kelvin sebagai psikiater tau dan dapat membaca gerakan orang.

Sedangkan laura ini dia sempat menikah namun malam setelah ia menikah suaminya kecelakaan yg menyebabkan suaminya meninggal. Sejak saat itu, laura trauma akan menikah. Kelvin pun sama ia tak ingin menikah lagi.

Oke back topik...

Kini laura duduk di depan viona sembari menyuapi bubur pada gadis itu yg menatap kosong balkon kamar lia. Tak lama bi imah datang memberi tau kalau ada seseorang yg ingin menemui viona.

Laura menyirit lalu berpamitan keluar pada viona walau tidak viona jawab. Di ruang tamu, ia melihat pria parau baya duduk dengan santai membuatnya menyirit bingung.

"Ada apa anda ingin bertemu viona tuan?" Pertanyaan laura saat ia baru duduk di single sofa.

"Tidak ada, saya dengar vio mengalami depresi, saat vio di kirim ke luar negri dia meminta saya untuk melakukan sesuatu agar nona famelia tidak menjadi pusat perhatian. Dengan itu saya menutupi aura dia. Namun mendengar nona viona depresi saya berniat membicarakan hal ini saya urung kan." Ujar pria parau baya itu panjang lebar. Laura sempat kaget pasalnya ia tak menyangka pada viona yg melakukan ini.

"Apa anda bisa mengembalikan aura ponakan ku?" Suara bariton milik kelvin mengalihkan pandangan keduanya. Pria itu mengangguk.

"Saya bisa melakukan nya dengan imbalan aura lain." Laura berpikir sejenak lalu menatap kelvin yg juga menatapnya.

"Om..." viona gadis itu ternyata kini sudah berdiri di samping kelvin.

"Saya siap buat menukar aura saya dengan famelia om" ujar viona mantap.

"Baiklah. Setelah famelia bangun dari koma saya pastikan auranya telah kembali, kalau begitu saya permisi... vio jaga dirimu" viona mengangguk menatap punggung pria parau baya itu sampai menghilang di balik pintu.

"Paman... tante bisa vio jenguk lia?" Laura menatap kelvin sejenak dan mendapati kelvin yg mengangguk ragu.

"Ya sudah... ayo kita ke rumah sakit. Tapi apa kamu yakin kamu sudah baikan?" Viona mengangguk mantap. Lalu menggandeng lengan laura juga kelvin.

"Ayo berangkat" mereka pun pergi menuju rumah sakit tempat di mana lia di rawat.

Sampai di loby. Viona menghela nafasnya, menatap sekitar mengikuti langkah laura dan kelvin yg kini ia gandeng lengan keduanya. Kelvin tersenyum tipis saat menyadari viona mencoba tenang walau hatinya cemas... laura juga menatap kwatir pada gadis yg ada di antara ia dan kelvin.

"Kita sampai" ujar kelvin berhenti di depan ruang rawat lia.

"Di dalam... ada siapa aja paman?" Tanya viona menatap kelvin.

"Ada aunty, juga paman leon. Mungkin juga lio" ujar kelvin. Viona mengangguk singkat sebelum menekan knop pintu dan terbuka menampakan pemandangan gadis cantik terbaring lemah dengan alat alat yg ia tak tau menempel di badan nya. Terlihat lio menatap lia sedih. Di sofa angel tengah memainkan ponsel dan leon yg sibuk dengan laptopnya, hening, yg pertama ia rasakan dingin.

"Lau...." belum sempat angel melanjutkan perkataan nya, laura menempelkan telunjuk di bibirnya, pertanda diam.

Viona mendekati brangkar lia. Bunyi alat monitor itu terdengar di telinganya. Lio menyingkir kala kelvin memberi kode melewati mata.

Viona berdiri di samping ranjang lia menggenggam lembut tangan dingin itu, secara bersamaan ia melihat airmata lia menetes walau mata itu tertutup.

"Bangun lia. Gue minta maaf" tak ada sahutan diam... lia hanya terus mengeluarkan air matanya. Kala tetes air mata viona jatuh ke tangan nya.

Viona memejamkan matanya lalu menghembuskan nafasnya. Menghalau rasa sesak di dadanya.

"Gue janji setelah lo bangun gue bakal ga muncul lagi di hadapan lo. Tapi gue minta lo bangun ya, jangan buat gue jadi merasa makin bersalah karna lo ga bangun bangun" ujar viona dengan senyum yg terpati di wajahnya. Seolah lia melihat senyum itu, tangan lia bergerak dan viona merasakan itu. Sempat terkejut tapi tak ayal rasa senang menyelimutinya kala lia merespon ucapan nya.

Setelah itu mereka yg ada di dalam ruangan kembali sibuk dengan kegiatan nya.Begitu juga viona yg terus berceloteh di samping lia dengan sesekali termenung. Sedangkan lio tengah mengobrol santai bersama leon dan kelvin. Begitu juga dengan angel dan laura yg membicarakan keadaan viona.

Hingga sore pun tiba.

Viona sudah lebih baik sekarang, namun ia masing sering melamun menatap jendela, kaca, atau apa pun yg tembus pandang ke arah luar. Entah apa yg di pikirkan gadis itu.

Seperti sekarang, viona menatap jendela ruang rawat lia yg langsung tertuju pada taman rumah sakit. Pikiran nya melayang. Tangan nya terus menggenggam lia.

Gadis itu masih setia dengan objek yg di pandang, 3 orang gadis kecil dengan salah satunya memakai pakaian rumah sakit. Tak lama seorang gadis kecil seumuran nya datang dengan 2 wanita parau baya. Gadis itu hendak menghampiri gadis berpakaian pasien itu. Namun di dahului 2 wanita parau baya itu yg memeluk sayang gadis yg berpakaian pasien itu.

Pikiran nya kembali berputar pada memory beberapa tahun lalu. Tepat di mana ia menusuk lia, lalu beralih saat vella menyelamatkan lia, dan kejadian di kamar lia bulan lalu. Semua bagai kaset rusak, bayangan itu tak berhenti berputar. Matanya memanas hingga akhirnya ia pingsan dengan jatuh bertumpu tangan lia yg hanya diam.

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang