bab 17||daniel

78 6 5
                                    

Hari rabu yg cerah ini siswa pelita bangsa di pulangkan cepat. Lia, cia, serta eva tengah merencanakan nongkrong di caffe. Abar dan zidan tak bisa ikut karna ada urusan dengan edgar dkk. Kini ketiganya ada di dalam mobil eva dengan sang pemilik yg menyetir, lia di samping kemudi, dan cia di kursi penumpang.

"Kita mau ke caffe mana, ni?" Tanya cia menongolkan kepalanya di antara 2 kursi di depan nya itu.

"Gue bukan nini lu enak aja" serkas eva tak terima ketika cia memanggilnya ni'

"Loh kan aku panggil kamu nia, ni. Jadi apa lagi kalo ga ni?" Tanya cia mulai gencar menjahili eva.

"Panggil gue 'ya' kek" sahut eva dengan wajah kesal sedangkan cia dan lia sudah cekikikan sendiri.

"Ga bisa ni. Kata nia ga pake Y tau" ceplos lia ikut ikutan

"Lia ihhh" eva memberenggut kesal membuat lia tertawa makin lebar begitu juga cia. Diam diam eva ikut menyungging senyum melirik ke 2 sahabatnya yg tengah tertawa puas karna dapat menjahilinya.

"Ke aurora caffe aja yuk nia. Kemarin malam, afal ajakin aku kesana seru kalo malem, pasti siang gini ga kalah seru" eva mengangguk melajukan mobilnya menuju caffe rekomendasi lia.

Caffe baru yg baru saja diresmikan minggu minggu ini menjadi kejaran para remaja, sampai pasangan muda mudi, bahkan para orang tua dan anak kecil, selain tempatnya yg nyaman, caffe itu juga berada dekat dengan pantai ancol, dengan lantai yg di buat bertingkat 3 dengan 1 lantai di jadikan roftoop yg juga terdapat beberapa meja kursi khusus untuk acara spesial, dengan pemandangan pantai ancol yg memadai, menjadi sebuah daya tarik sendiri.

Kini mereka sudah sampai di caffe tersebut, sebelum ke sini mereka menyempatkan ke mall untuk membeli baju dan berganti seragam,

sultan mah lain ya guys, ganti bajunya ga di rumah tapi di mall (>_<)

Tepat di lantai 3 di dekat kaca yg langsung menyuguhkan pemandangan pantai yg indah adalah pilihan eva yg di sepakati ketiganya. Menu menu lezat rekomendasi cia menjadi pilihan mereka mengisi perut sembari memandang indah pantai ancol itu.

"Am kata danu lusa ada tanding basket ya?" Ujar eva mengganti topik pembicaraan

"Loh kata indah basket nya ga jadi lusa" sahut cia, lia menatap keduanya bingung karna ia baru masuk senin kemarin.

"Aku ga tau nia, cia. Kan aku baru masuk senin" ujar lia membuat eva dan cia saling pandang lalu ketiganya sama sama tertawa

Mereka lama bercerita dengan riang tanpa terasa waktu mulai malam. Akhirnya mereka sepakat pulang dengan menuju rumah cia terlebih dahulu, karna rumah lia dan eva berbeda arah dengan rumah cia.

"Kita anter cia dulu ya. Nanti baru Gue anter lo am" kedua sahabat eva mengangguk saja, terserah sang sopir.

Eva pun menjalankan mobilnya menuju rumah cia. Setelah15 menit mereka sampai di pekarangan rumah cia yg besarnya sama dengan rumah lia. Kadang eva berpikir bagaimana bisa mereka di abaikan dan di anggap angin padahal mereka keturunan holangkaya.

"Kalian mau mampir gak?" Tanya cia lewat kaca jendela samping lia, setelah turun dari mobil.

"Enggak ci, lain kali aja kita main udah malem nih" ujar eva di angguki lia.

"Iya ci, kamu tidur aja istirahat, selamat malam" setelah lia mengucapkan itu mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumah cia.

Setelah 10 menit berkendara dari rumah cia mereka di panikkan oleh gedoran kaca dari seorang pengendara motor. Lia kaget sedangkan eva panik dan menginjak pedal gas begitu saja. Walau sudah cepat tapi motor itu masih mengejar mereka, bahkan lebih cepat dan tibalah saat motor itu menyalip dan berhenti di depan mobil, secara spontan eva menginjak rem mendadak membuat tubuh kedua gadis di dalam mobil itu terhunyung ke depan. Eva tak apa apa karna ia bisa menyeimbangkan nya. Sedangkan lia terlihat dahinya memerah karna menyentuh dasbord tanpa sengaja.

"Maaf am biar gue yg urus ini orang" setelah mengucapkan itu eva keluar, bahkan belum sempat lia menahan nya.

"Lo apa apan sebenernya sih mau buat kita celaka?" Ujar eva penuh emosi. Si pengendara tersenyum miring di balik helm nya. Karna ini malam jadi tak terlalu terlihat jelas. tapi, lia yg di dalam mobil melihat dengan teliti jika si pengendara itu bisa di pastikan seorang pria.

"See, tidak orang tuanya anaknya pun bisa"eva menegang kala mendengar suara itu. Pria itu membuka helm dan menampakan wajah nya yg membuat eva berdiri kaku, smrik yg menghiasi wajah tampan nya kini terlihat mengerikan bak iblis.

"L-lo... mau apa lo" eva mencoba agar tak terlihat lemah dengan berjalan mundur ketika pria itu maju.

"Heeyy jangan mundur cantik, kamu benar benar sangat cantik malam ini" ujar pria itu memegang tangan lia dan mencengkeramnya kuat.

"Le-lepasin daniel" pekikan eva membuat lia menoleh pada kedua orang yg berada di depan mobil.

"Ga akan. Sebelum mereka merasakan menjadi gue yg kehilangan satu satunya keluarga gue" ujar daniel dengan tatapan berubah menjadi seperti punya hasrat membunuh. 

Tanpa eva ketahui daniel mengeluarkan sebilah pisau dari balik punggungnya sedangkan eva masih berusaha melepas cengkeraman tangan daniel yg menyakitkan.

"Bokap lo cuman di penjara niel. Keluarga lo banyak, gue juga keluarga lo" ujar eva dengan air mata yg kini mengalir deras.

"Keluarga macam apa yg rela jeblosin keluarganya sendiri ke penjara ha!"  sentak daniel lalu melayangkan pisau itu tepat mengarah ke perut eva.

Jleeb

Sreet

Tanpa di duga seseorang memeluk eva dan membuat eva selamat. Namun eva justru panik ketika tubuh seorang gadis dengan drees putih yg kini di lumuri cairan berwarna merah itu terjatuh. Tepat saat di mana abar dan zidan sampai dan langsung membogem wajah daniel yg mematung.

"Amel bangun. Am bangun am, gue mohon bertahan am. Kita kerumah sakit ya, kita kerumah sakit ya am" ucap eva menepuk nepuk pipi lia.

"Sa-sakit... a-aku... uhuk uhuk.. ma-u tidur ni-aa.." ujar lia dengan berbatuk darah hal itu membuat eva makin kwatir. Zidan menyerahkan daniel ke pihak polisi yg sengaja ia bawa saat lia mengabari kalau ada orang yg mencegatnya dan berlaku kasar pada eva.

"Jangan bicara lia. Itu pasti menyakitkan" ujar zidan yg kini sudah membopong tubuh lia menuju mobil eva.

"Sakiit... aa-ku mau... haaahhhh ti-dur ya... nia" eva diam menangis melihat lia kini berlumuran darah. Mobil tengah melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah Sakit dengan zidan yg menyetir dan abar membawa motornya karna tadi kebetulan ia hanya membawa 1 motor.

"Bertahan amel gue mohon. Buat gue lo bertahan jangan pejemin mata lo" rintih an lia semakin menjadi. Tangan lia yg berlumuran darah terangkat menyentuh wajah cantik eva, eva hanya terdiam dalam tangisan nya membiarkan wajahnya kotor oleh darah lia.

"Ja-ngan... haaahhhh nangiss... nia... jelek hhhh" ujar lia lirih dengan tertawa lirih, eva menggeleng menatap lia sendu.

"Dan cepetan dan lama banget sih lo" teriak eva zidan tak mempermasalahkan nya karna ini ungret dan bukan waktunya menghadapi emosional seorang eva.

"Niiaa... haaahhh.... aku...  tidur dulu ya... amel... ngantuk" ujar lia terbata bata menahan sakit belum sempat eva menjawab lia jatuh pingsan duluan, tepat saat itu mobil eva sampai di rumah sakit.

Lia langsung di larikan ke IGD lalu dengan cepat eva mengotak atik handpone nya untuk mengabari angel dan leon. Setelah mengabari kedua orangtua lia. Eva terduduk di kursi depan ruang IGD, ia tak memperdulikan keadaan nya sekarang yg ia perdulikan adahlah lia yg ada di dalan saa.

Abar dan zidan prihatin melihat tampilan eva, rambut acak acakan, wajah bekas darah, baju lusuh dengan banyak darah dan kakinya sudah tanpa alas. Abar duduk di samping eva dan menariknya kepelukan. Tepat saat itu eva menangis keras.

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang