bab 13||jujur

223 9 1
                                    

Saat ini di kamar lia. Kedua gadis yg tak lain tak bukan lia dan fia tengah ber video call dengan sahabat nya. Layar laptop itu menampilkan wajah gadis cantik dengan kaca mata bulat bertengger manis di hidungnya

"Kalian tau ga, selama aku di sini si zidan tu ga berentinya gombalin aku. Kesel banget tau, ini jantung rasa mau copot tiap di gombalin padahal wajahnya tengil banget" curhat gadis yg wajahnya kini terpampang di layar sedangkan fia dan lia tertawa mendengar curhatan sahabatnya itu.

"Cia perasaan sebelum aku pergi zidan ga setengil itu deh. Tapi denger denger sih dia mantan pak boy" ujar lia dengan menerawang kejadian di bandara dan ketika di uks bersama zidan.

"Fuckboy ane bukan pak boy. Kamu pikir kang parkir di indoapril depan?" Sahut fia yg ada di sebelahnya membuat cia yg di seberang menatap aneh keduanya.

"Fia, emang di ausli ada indoapril ya??" Pertanyaan polos cia mengundang tawa lia juga fia.

"Aihhh kalian malah ketawa sih kan aku malu" cia menutupi pipinya berpura pura malu.

"Ya ampun ciaa.. imuutttnya itu loohh masih kalah sama ane hahaha" ledek fia membuat wajah cia kesal. Namun malah terlihat menggemaskan buat fia dan lia.

"Ciiaa jadi adik ane yaak." Ajak lia dengan tangan yg di rentang kan membuat reflek fia yg di sebelahnya memundurkan badan nya takut kena tangan mungil lia.

"Afal mau ane kemana in hmm?" Tanya cia di seberang sana. Lia nampak berpikir dengan menaruh telunjuknya di dagu.

"Ane bosen sama afal yg di rumah paman terus mending cia aja yg jadi adik ane mau kaannn" bujuk lia dengan wajah memelasnya.

"Jangan mau an. Cia tuh nanti beban tau. Nanti abis makanan ane di makan cia. Dia kan doyan makan" ledek fia membuat cia semakin kesal dengan sahabatnya itu.

"Fia aja an jadi adik kamu" sahut fia sedangkan lia menatap fia dengan ekspresi aneh

"Fia kan udah tua, pantesnya jadi kaka ane sama cia" hal itu membuat fia memberenggut kesal. Sedangkan cia tertawa di seberang sana

Memang benar fia paling tua dan paling dewasa di antara ketiganya. Umur mereka sama tapi hanya berbeda bulan yg urutan nya itu fia, lia, baru cia. Cia yg lahir 2. Bulan setelah lia membuatnya terlihat paling muda di antara ketiganya. Sedangkan fia yg lahir 3 bulan lebih dulu dari lia membuatnya paling tua dan dewasa di antara ketiganya.

Nasib mereka yg sama yaitu selalu menjadi angin adalah takdir. Dan takdir mempertemukan mereka di satu sekolah yg sama saat di SMP yaitu di inggris, Dan setelah SMA lia dan cia pulang ke indonesia tempat di mana mereka lahir, begitupun fia yg pulang ke ausli karna ia tinggal bersama nenek dan kakek nya.

"An. Aku boleh ajak eva call bareng ga. Soalnya kasian dia ga dapet kabar dari kamu?" Ujar cia namun di balas gelengan oleh lia. Yg terlihat dari layar laptop cia.

"Jangan cia nanti nia tau lagi kalo kamu sahabat aku. Kan aku bilang cia diem aja jangan bilang apa apa tentang aku atau keluarga aku. Anggep aja g kenal" ujar lia.

"Bener ci. Selesein dulu tugas kamu buat gantiin posisi ane di sana. Lagian ane ga keberatan. Kalian sama, dan aku yakin nia pasti ga akan merasa kesepian setelah ada kamu" jelas fia bijak.

"Iya juga. Ya udah cia ada janji sama nia mau temenin dia ke mall. Cia tutup ya dadah ane dadah fia" pamit cia.

"Dadaah ciiaa" sahut lia dan fia bersamaan membuat keduanya tertawa setelah telepon di matikan.

"Ya udah an aku kayaknya mau pulang deh. Besok kita pergi nonton deh mau kan?" Lia hanya mengangguk, walau tak rela fia pulang.

"Ya udah aku pulang nya ane"

"Emm fia tunggu" langkah fia pun terhenti ketika lia memanggilnya.

"Ke sini dulu aku mau nanya serius sell" kali ini fia menurut karna lia memanggil nya dengan sella bukan lagi fia. Fia pun mendudukan diri di tepi ranjang.

"Mau ngomong apa an?" Tanya fia sedangkan lia tengah menatap fia intes. Tengah merangkai kata kata untuk ia lontarkan pada fia.

"Kamu mau jujur kan sell sama aku?" Fia mengangguk sebagai respon. Dan menatap lekat lia yg ada di depannya

"Kamu ada rasa suka sama lio?" Sontak fia menegang mendengar pertanyaan lia.

"Kamu ga bisa bohongi aku sell. Kita berteman bukan sehari, sudah 3 tahun kita berteman. Walau akhir akhir ini kita jauh tapi aku tau kamu sell" fia menunduk lalu mendongak menarik nafasnya dalam.

"Aku ga ada rasa suka sama bang lio. Aku anggep dia abang aku" jawab fia sedikit ragu membuat lia tertawa renyah.

"Jawab yg jujur sella!" Perkataan lia yg terdengar seperti perintah membuatnya tak dapat berkutik.

"Huhhh.. iya an aku ada rasa suka sama bang lio tapi aku berusaha menepisnya karna bang lio cuma milik kamu an" jawab fia menatap sendu lia. Sedangkan lia puas dengan. Jawaban fia pun memegang tangan fia sembari tersenyum manis.

"Kamu berhak mencintai seseorang sell. Aku ga melarang kamu suka sama lio. Tapi aku minta coba dekati hatimu. Dengarkan kata hatimu. Rasa apa yg ada di diri kamu kepada lio. Aku fine jika kamu suka. Tapi coba tanyakan lagi lebih dekat pada hatimu itu, rasa itu sekedar suka karna cinta atau dalam artian lain" fia mengangguk mendengar penjelasan lia, lalu memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Akan aku coba an. Makasih ya atas saran nya. Aku pulang ane"

"Iya hati hati fia di jalan ini udah siang, kadang jalan macet," fia mengangguk sebagai respon dan melangkah keluar kamar lia. lia tersenyum manis kala punggung fia menjauh.

"Aku tau fi. Kamu menyukai lio. Tapi aku masih berharap rasa suka itu hanya sekedar rasa suka yg akan hilang. Karna jujur aku sanggat mencintai lio. Tapi jika rasa suka yg kamu miliki itu menuju cinta insyaallah aku sebagai sahabatmu siap melepaskan lio untuk kamu fia."

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang