Di depan ruangan oprasi kini terdapat keluarga besar lia tengah berkumpul di depan ruang operasi, viona gadis itu berlari sembari menenteng paperbag yg ia temukan di kamar lia. Langkahnya hampir sampai kerumunan itu,"Keluarga pasien?" Dokter keluar membuat angel dan leon mendekat. Dengan wajah tenangnya, walau dalam hati mereka cemas akan anak sulungnya itu.
"Peluru itu sudah di ambil, namun kondisi nona famelia kini kritis. Kemungkinan sedikit untuk bisa selamat, kami sudah mengusahan yg terbaik untuk nona famelia, kita perlu berdoa agar nona famelia dapat selamat"
Lari viona terhenti. Dia menegang di tempat memeluk erat paperbag itu menangis dalam diam. Lututnya lemas, tanpa ia sadari ia terjatuh, menyesal atas apa yg ia lakukan. Seluruh pasang mata tertuju pada viona yg menangis menggumamkan kata maaf, terdengar pilu di telinga.
Seorang pria mengulurkan tangan di depan viona, abar. Pria itu berjongkok kala tangan nya tak di sambut.
"Pergi ke dalam, tebus kesalahanmu" ujar nya viona menatap wajah abar yg ada di depan nya. Lalu menatap keluarga besarnya yg menatap kecewa padanya. Dengan bantuan abar, ia berdiri mendekat menuju zergan.
"Papa..." mereka diam tak memperdulikan keberadaan viona.
"Aun-ty" suara nya terbata... namun seolah dirinya bayangan mereka sibuk menangis. Tangisan terdengar di telinga kanan dan kirinya. Abar membawa masuk viona ke ruang operasi.
"Dekati dia, tebus kesalahan mu" bukan mendekat viona malah histeris kala melihat lia yg terpasang Alat alat di tubuh juga selang oksigen yg menutup hidung dan mulutnya.
"Maaff... maaff..." gumaman maaf keluar dari bibir viona yg meringkuk di pojok ruangan.
"Vi..."
"Maaf... jangan deket deket.... maaf... hiks... maaff..." tangis viona pecah kala abar mendekat. Dengan paksa ia memeluk tubuh rapuh viona. Lalu membawanya keluar.
"Maaff... lepas... gue... hikss... maaf" racau viona membuat dokter buru buru menangani viona, seorang suster menyuntikan sesuatu membuat viona pingsan seketika.
"Vio..." angel panik kala viona jatuh ke pelukan abar.
"Sepertinya, dia mengalami gangguan mental. Saya sarankan coba untuk panggil psikiater" ujar januar.
"Makasih nu. Biar nanti kami yg tangani vio. Kamu tolong pantau anak saya" ujar leon di angguki januar.
"Zergan..." panggilan leon membuat pria setengah baya itu menoleh lalu mengangkat bahu acuh, tanda tak mau perduli dengan viona.
"Pah... vio..." ucapan dea terhenti kala zergan memotongnya.
"Saya tidak mau tau soal anak tak tau diri itu... biarkan dia!" Setelah mengatakan hal itu dengan nada dingin. Zergan pergi begitu saja.
"Mas... telepon dokter laura biar ke rumah. Abar ayo bawa ke mobil tante. Kita pulang ke rumah" ujar angel di angguki abar dan leon yg langsung menghubungi laura.
Di kamar lia... seorang gadis tengah duduk dengan pandangan kosong. Di depan nya ada angel dan psikiater laura...
"Lau... aku ke luar... mas leon kabarin katanya lia sudah di pindah ke ruang rawat, kondisinya membaik" ujar angel di angguki laura.
Setelah perginya angel laura kembali menatap viona yg menatap kosong pintu balkon.
"Viona?" Panggil laura lembut. Membuat gadis itu menoleh pada dirinya. Tiba tiba air matanya mengalir, walau wajahnya menatap kosong dan tanpa ekspresi... tapi mata viona mengeluarkan air mata begitu deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
peran FIGURAN (END/TAMAT)
Novela JuvenilJudul: peran figuran Di kisahkan seorang gadis yg berperan sebagai figuran atau pelengkap yg berteman dengan seorang gadis most wented grill yg dapat di kenal populer. Kisah bagaimana di perlakukan bagai angin yg tak terlihat, dan di jadikan alat un...