bab 27||kembalinya peran

37 3 0
                                    


Setelah 1 minggu lia mengurung diri di rumah sebab traumanya sedikit mengganggu, kini lia telah sembuh. Tak ada yg tau alasan lia mengurung di rumah, selama itu pula. Lio selalu ada di sisi nya psikolog yg dulu pernah menangani lia pun ikut turut menenangkan lia. Sebab setiap pukul 3 sore lia akan berteriak histeris memanggil bunda vella.

"Lia sedang apa kau?" Tanya laura psikolog yg menangani lia.

"Lia mau sekolah bibi" ujar lia menatap laura yg duduk di depan nya.

"Besok kamu bisa sekolah. Tapi ingat ya lia, kamu harus bisa berdamai dengan masa lalumu" lia mengangguk sembari tersenyum senang tak lama lio datang dengan membawa nampan berisi makan siang lia.

"Lio sudah datang, bibi keluar ya" laura pun keluar dan kini lio yg ada di depan nya dengan menatap lia lekat.

"Apaan sih re" lia meraup wajah lio membuat lio terkekeh.

"Nih makan dulu, besok kamu sekolah hmm?" Lia mengangguk sembari melahap makanan nya.

"Re besok jangan anterin aku ya. Aku bawa mobil sendiri aja" ujar lia.

"Ga kamu harus aku anter" lia menghela nafasnya lalu berhenti makan.

"Ya udah boleh, tapi harus hati hati" putus lio. Karna jika tidak lio ijinkan pasti lia akan mogok makan.

"Asiikk makasih reval" ujar lia mengecup pipi lio lalu kembali memakan makanan nya.

"Kenapa ga di sini?" Tanya lio menunjuk bibirnya.

"Nunggu sah reval" ujar lia lalu tertawa.

"Iya deh. Abisin makanan nya. Aku ada urusan di kantor" lia mengangguk.

Lio pun berdiri mencium pucuk kepala lia dengan sayang, lia menutup matanya merasakan kehangatan yg lio salurkan. Setelah beberapa detik lio melepas kecupan lalu berjalan pergi dengan sesekali menengok lia yg menatapnya dengan tersenyum.

Esok paginya...

Lia kini siap dengan seragam nya, berdiri di depan cermin full body menatap pantulan dirinya. Rambut lurus panjang terurai indah dengan bando merah di kepalanya juga menyisahkan beberapa helai rambut di samping wajah dengan liptin tipis yg ia kenakan kini kecantikan nya berkali kali lipat.

"Okey. Yook lia kita goo scool, hihi" ujar lia lalu cekikikan merasa lucu dengan dirinya sendiri.

Dengan anggun ia menuruni tangga menuju meja makan. Di sana sudah terdapat zaufal juga leon ayahnya. Mungkin sang bunda ada di dapur.

"Pagi semua" sapa lia dengan senyum cerianya.

"Anak bunda udah sekolah aja." Benar memang. Wanita parau baya itu datang dari dapur dengan piring nasi goreng yg penuh.

"Ini buat beby nya bunda" ujar angel memberi piring itu pada lia. Membuat sang empu bersorak senang.

"Bun punya ku manna?"

"Punya ayah mana?" Ujar zaufal dan leon bebarengan.

"Ambil sendiri di wajan" sahut angel membuat keduanya melongo. Lia menatap aneh mereka. Apa yg ia lewatkan tadi?

"Kenapa si bun? Biasanya juga udah stay di sini kok makanan nya." Ujar lia karna bingung.

"Tanya sama ayah dan adikmu" ujar angel cuek. Mata lia terarah pada zaufal namun dia menghindar menuju dapur begitu juga dengan leon, karna tak mau pusing ia pun melanjutkan makan dan pergi sekolah.

Skiip

Di sekolah kini lia kembali tak di hiraukan. Dengan jalan yg menunduk ia masuk ke kelas yg tampak ramai itu, dengan seketika kelas sepi membuat lia ikut terhenti

"Lia lo kemana aja?" Teriak cia dan eva bersamaan" sedangkan di ujung tempat duduk linda dan seorang gadis menatap sinis lia.

"Gue ga kemana mana kok nia. Cia" ujar lia tersenyum kecil. Kelas kembali ramai seperti biasa. Lia pun duduk di samping eva dan cia duduk di belakangnya bersama dea.

"Li lo harus hati hati ya" ujar dea lirih, lia mengangguk sembari tersenyum. Dea benar ia harus hati hati, tanpa sengaja ia melihat smrik gadis yg duduk di sebelah linda. Hal itu membuatnya harus lebih berhati hati untuk kedepanya.

Jam pelajaran telah terlewatkan. Kini 4 gadis cantik itu tengah berjalan menuju kantin, komentar komentar para murid pun terdengar, yap mereka adalah lia, eva, cia, dan dea.

Wiih putri sekolah itu.

Iya liat deh jalan mereka ber3 anggun banget.

Gue juga mau jadi temen nya salah satu.

Eva cantik banget

Cia juga imut banget weeh

Duh dea badnya berdamage anj.

Begitulah mereka membicarakan eva, cia, dan dea. Lia tersenyum kecut kala kini kehadiran nya mulai tak di anggap kembali. Dengan wajah lelaah nya ia menjektikan jari nya di bawah. Mata yg awalnya hitam pekat kini berumah menjadi sebiru lautan.

"Lia lo..." ucapan dea terhenti kala melihat retina lia yg berubah.

"Liaa" panggil dea sekali lagi. Lia yg merasa terpanggil menoleh.

"Iya?"

"Kenapa dea?" Tanya lia polos.

"Mana lia?" Tanya cia membuat eva langsung menoleh ke arah dea dan lia yg tengah saling pandang.

"Lia, dea ayo aku laper nih" dea mengangguk mengikuti langkah lia yg sudah duluan di tarik cia. Sedangkan eva masih terbengong sampai dea menghampiri.

"Mata lia..." ucapan eva terpotong dea.

"Iya gue tau, mungkin lia capek, dan si dia gantiin, tapi lo tenang aja ini ga akan lama. Nanti selesai makan mungkin lia kembali" ujar dea menarik eva menyusul cia dan lia yg sudah jalan terlebih dahulu.

Sampai di kantin mereka duduk, cia memesan makanan sendiri. Lia menatap sekeliling dengan tenang, hanya diam melihat interaksi para murid hingga makanan pun datang.

Mereka makan dengan tenang, tanpa mengeluarkan suara, lia memakan bakso itu sangat pelan, entah apa yg ia lakukan.

"Kita diam"ujar dea lirih pada eva dan cia membuat keduanya hanya diam ketika hendak ingin bertanya pada lia.

Gadis itu, lia selesai memakan baksonya lalu eva berdiri di ikuti yg lain membuat lia ikut berdiri dan ikut pergi menuju kelas. Sampai di kelas lia ambruk pingsan, panik? Dea justru malah membiarkan lia bangun sendiri, ia bahkan mengangkat tangan nya untuk memberi isyarat agar tetap di tempat.

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang