Di uks eva tengah menangis tersedu sedu, sedangkan zidan tengah mengompres pipi eva yg merah dan lebam. Tak lama lia datang dengan wajah panik di ikuti abar di belakangnya."Niaa kamu ga papa kan sakit banget ya" eva menggeleng lalu memeluk lia erat dan di sambut tak kalah erat dari lia.
"Gue ga papa. Lo ga kenapa napa kan am. Tangan lo merah kenapa?" Lia menggeleng dan menyembunyikan tangan nya di belakang punggung.
"Aku ga kenapa napa. Zidan minta tolong lagi ya obatin eva. Aku mau ijin sama guru kelas." Zidan mengangguk kembali mengompres pipi eva sedangkan lia berjalan dan berhenti di depan abar.
"Kamu ga mau masuk gitu, tanyain sama temen mu itu tamparan aku buat otak dia kembali berfungsi gak" ujar lia lalu keluar menuju kelas di susul abar.
Lia berjalan cepat, sedangkan abar berlari kecil untuk mencegat jalan lia.
"Tunggu lia" lia menoleh saat pergelangan tangan nya di cekal abar.
"Apa lagi sih?. Udah puas bikin nia terluka hah" lia masih emosi hingga ia berkata sedemikian rupa pada abar. Abar menunduk menggenggam tangan lia.
"Maaf" gumam nya lia menggeleng lalu melepas paksa tangan nya.
"Kamu minta maaf??. Sama nia karna dia yg menjadi korban" setelah mengucapkan itu lia berlari menuju kelas untuk meminta ijin tidak mengikuti kelas.
Setelah ijin lia menuju uks dengan kantong berisi bubur ayam yg tadi ia beli di kantin. Pintu terbuka dan menampakan 3 human yg ada di uks dengan eva yg tertidur.
"Kalian masih di sini ngapain?" Ujar lia lirih karna takut mengganggu eva yg tengah tidur.
"Nungguin eva" sahut zidan sembari memainkan handphone nya.
"Nungguin lo" ujar abar yg duduk di samping zidan. Sontak zidan menoleh dan lia mengerjapkan matanya polos.
"Bukan nya kita nung-...." ucapan zidan terpotong oleh abar
"Kita nungguin lia dateng" zidan sontak menatap lia yg berdiri dekat ranjang eva dengan pandangan bingung mengarah pada keduanya.
"Eh.. iya li kita nunggu lo" lia mengangguk dan duduk di depan zidan menaruh kresek yg tadi ia bawa.
"Kalian makan dulu camilan nya. Aku cuma beli camilan, makasih ya udah jagain eva" zidan mengangguk sembari mengeluarkan potato dari dalam kresek tadi.
Lia pun menyenderkan badan nya di senderan kursi menoleh sebentar pada eva yg tertidur pulas. Kepalanya pusing karna ia terlalu emosi, dan badan nya juga lelah karna ia bolak balik tadi. Lia memijat kepalanya dan memejamkan matanya.
Zidan dan abar menatap kasihan pada lia yg terlihat pucat, zidan melihat jam ternyata sudah melewati jam istirahat, dan ia tau betul kalau lia belum makan sama sekali. Zidan mendekat dan menyodorkan potato yg tengah ia makan. Lia menoleh menatap zidan.
"Lo belum makan nanti mag lo kambuh" lia menggeleng lalu kembali ke aktifitas awal. Zidan bingung harus bagaimana agar lia makan wajahnya sudah pucat tak tau seberapa sakit kepala yg lia rasakan saat ini.
"Semua karna lo abar" abar terdiam saat dirinya di salahkan zidan. Memang benar adanya ini salahnya. Jadi ia tak bisa mengelak.
Skiipp
1 minggu kemudian
Lia berjalan sendiri di koridor sekolah, pandangan nya menyeluruh menatap mereka yg tengah sibuk dengan aktifitasnya sendiri, tiba tiba suara bisik bisik pun terdengar.
'Eva cantik beut deh'
'Gue sebagai cewe insekyur deh sama dia'
'Duuh jadi pengen bawa pelaminan'
'Ngimpi lo'
Lia mengedarkan pandangan ke arah gadis yg kini berjalan dengan senyum indahnya ke arah dirinya.
"Pagi ameell" sapa eva membuat lia menyngging senyum manisnya.
"Pagii niaa. Kekelas bareng?" Nia tampak mengangguk, mereka pun menuju kelas dengan berjalan beriringan.
'Eh siapa cewek itu'
'Iya gue baru liat tu cewek di sekolah'
'Emm pernah liat tapi lupa gue di mana'
'Kayaknya kalo ga salah tuh di kelas X ipa2 deh sekelas sama eva'
'Tapi gue jarang liat loh dia anak baru kali'
'Seneng ya bisa bareng sama eva'
Lia terkekeh mendengar bisikan murid murid sekolah nya itu, sedangkan eva malah menatap sendu lia.
"Lo masih bisa ketawa saat mereka ga nyadari keberadaan lo ya"ujar eva membuat langkah lia terhenti lalu menatap eva yg ikut berhenti 1 langkah. Di depan nya.
"Aku ketawa karna merasa lucu nia. Aku ada tapi baru saat ini mereka menyadari itu" ujar lia kembali berjalan dengan terkekeh lagi. Eva mengikuti langkah lia dan menarik pergelangan lia dan memeluknya.
"Hiks... gimana bisa lo ketawa... hikss... saat mereka ga menyadari keberadaan lo amel"ujar eva dengan air mata yg mengalir.
"Nia masih pagi masa nangis, ayok ke kelas jangan nangis malu tuh di liatin" ujar lia menarik eva ke kelas.
"Am, jawab gue. Gimana bisa lo ketawa saat mereka ga menyadari keberadaan lo" seru eva membuat kelas yg awalnya ramai pun hening seketika. Lia hanya tersenyum manis kepada eva.
"Amel jawab gue" serkas eva membuat lia menghela nafasnya. Dan kembali tersenyum.
"aku bisa ketawa kapan aja niaa." Eva tak puas dengan jawaban lia pun mengeluarkan jurus memohon nya. Sedangkan lia terkekeh melihat tingkah eva.
"Nia, ini hidup aku, aku akan jadi tokoh utama, di kehidupan aku sendiri, aku juga akan jadi figuran di kehidupan mereka, dan itu ga masalah buat aku. Satu yg kamu tau nia, cerita mereka berbeda dengan cerita kita" jelas lia dengan senyum manisnya yg tak pernah luntur. Seisi kelas yg mendengar ucapan lia menatap lia lekat. Benar mereka melupakan sosok itu. Namun ada juga yg berpikiran lain.
"Tapi am, ini ga manusiawi, saat lo pingsan ga ada yg perduli, saat lo jadi korban ga ada yg mentingin perasaan lo" ujar eva.
"Nia, aku sudah mendapat kebahagiaan ku, aku ga akan merebut kebahagiaan mereka. Aku sudah menjadi ratu di keluargaku, dan aku sudah menjadi pemeran utama untuk alur ceritaku sendiri. Di alur ceritaku mereka juga figuran begitu pula di alur cerita mereka aku figuran. Kita jalan masing masing nia" jelas lia eva menghembuskan nafasnya dan ikut tersenyum tipis.
"Lo sahabat gue mulai sekarang" lia hanya terkekeh mendengar kalimat tersebut. Bukan permintaan melainkan pernyataan.
"Nia tau kan arti sahabat?" Eva terdiam sesaat lalu menyengir tanpa dosa.
"Sahabat itu selalu ada saat sedih bahagia juga terpuruk. Kita sebagai sahabat harus saling melengkapi. Kita bersahabat yg artinya akan selalu terbuka. Nia ga boleh bohongi aku tentang perasaan nia. Kalo nia sedih bilang sedih, kalo nia terpuruk bilang aja terpuruk, karna sahabat akan selalu ada saat susah, sedih, bahagia bersama nia paham kan" eva mengangguk.
"Jadi kita sahabat"lia mengangguk mereka pun tertawa bersama melupakan apa yg baru saja mereka bicarakan.
Saat itu, di kelas X ipa2, di saksikan seluruh penghuni kelas, dengan rasa bahagia, aku dan nia menjalin persahabatan. Awal persahabatan dimana hari itu adalah sebuah kebahagiaan kami menjalin persahabatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
peran FIGURAN (END/TAMAT)
Novela JuvenilJudul: peran figuran Di kisahkan seorang gadis yg berperan sebagai figuran atau pelengkap yg berteman dengan seorang gadis most wented grill yg dapat di kenal populer. Kisah bagaimana di perlakukan bagai angin yg tak terlihat, dan di jadikan alat un...