3 bulan kemudian.Sudah 3 bulan seorang gadis berbaring nyaman di hospitalbed, seorang pria dengan setia menjaganya di sisi ranjang. Tangan nya tak pernah lepas dari tangan mungil gadis cantik itu. Pria itu benar benar seperti mayat hidup. Demi menjaga gadisnya ia bahkan tak memperdulikan penampilan nya.
Ruangan sunyi itu hanya terdengar suara monitor dan hembusan nafas kasar dari si pria. Matanya menatap lekat gadisnya utu, tangan nya setia memegang erat gadisnya. Gumaman gumaman tak pernah telat ia lontarkan.
"Honey bangun. Nyenyak sekali tidurmu, apa kamu ga kangen aku hmm?" Pria itu menundukan kepalanya. Tiba tiba ada seseorang yg masuk membuat atensi pria itu teralih
"Lio makan dulu ya nak" ujar angel lembut. Ia datang bersama suaminya dan 4 sahabat lia. Ya gadis di atas hospitalbed itu lia.
"Ga mau bun" lagi lagi pria itu menolak untuk makan.
"Gimana abang mau jagain ane kalo abang aja ga makan dasar egois" cibir cia lalu duduk do sofa yg ada. Sedangkan eva seperti rutinitasnya akan merenung di samping ranjang lia.
"Makan dulu bang. Lo emang mau pas lia bangun ga ngenalin lo karna badan lo kaya kambing penyakitan" sontak mata tajam lio mengarah pada zidan yg berbicara. Lelaki remaja itu hanya nyengir bodoh.
"Makan soon" perintah leon, lio siap membuka mulut untuk menyahuti tapi tak jadi karna leon memotongnya.
"Revalio adhitama" nada peringatan itu terselip di perkataan leon. Membuat lio patuh.
"Niih makan dulu" lio pun memakan makanan nya dengan tak Serela di sofa depan cia sedangkan kursi yg tadi di duduki sudah di tempati eva yg tengah melamun seperti biasa.
"Yah bun ameell..." pekikan eva membuat mereka menuju ranjang lia cepat cepat bahkan cia melemparkan handponenya.
Terlihat mata indah gadis cantik itu terbuka perlahan. Tak lama ia mengerjapkan matanya menatap sekeliling membuat mereka tersenyum haru. Lio buru buru menekan tombol merah di sisi ranjang. Sedangkan leon sibuk bertanya mau apa.
"Putri ayah mau apa? Bakso? Cireng? Seblak?" Sontak geplakan maut dari angel mendarat di punggungnya.
"Anak bunda mau apa hmm" tanya angel lembut.
"A-air" eva buru buru menyerahkan airnya dan langsung di minum hingga tandas oleh lia.
"Buseet tu anak haus bet kayaknya. Waahh kenapa ga segalon sekalian" gumam zidan membuat cia yg di sebelahnya mnecubit pinggang zidan yg membuat pria itu meringis
Tak lama dokter datang memeriksa keadaan lia. Senyum dokter januar merekah dengan lebar.
"Nona lia sudah melewati masa kritisnya, ini semua berkat doa keluarga dan teman dekat sekalian. Bersyukurlah nona lia dapat sadar, nanti akan saya periksa kembali. Kalau gitu saya permisi" januar pun pergi setelah mendapat anggukan angel dan leon.
"Siapa yah itu nama dokternya" tanya lia yg sendari tadi menatap pintu.
"Dokter janu" cetus angel.
"Kenapa emang nya an?" Pertanyaan abar membuat lia menoleh pada pria itu.
"Ganteng buset, gue tidur lama bener jadi ga ada asupan deh" ceplos lia membuat orang yg berada di ruangan melongo kaget dengan perubahan sikap lia.
"Amel ini lo?" Tanya eva spontan.
"Iya nia ini amel kenapa??" Tanya lia dengan wajah polosnya
"Am, gue minta maaf so..." ucapan eva terpotong ketika lia membekap mulut eva.
"Nia ga usah ngomong maaf mulu. Gue cape dengernya"ujar lia mencomot apel utuh yg ada di atas meja.
"Eehhh ini masih kotor" sungut zidan merebut apel itu.
"Ya potongin lah gitu doank juga" sahut lia ngegas.
"Yah anak kita yah" pekik angel membuat atensi semua orang tertuju pada nya. Eh ga kecuali lia yg tengah memakan apel.
"Ssttt bunda diem dulu" leon mendekat pada lia lalu menempelkan punggung tangan nya ke kening lia.
"Panas ga om?" Cetus zidan membuat leon menggeleng.
"Kalian kenapa sih gue bangun bukan nya di sambut dengan senyuman lah ini kebingungan" ujar lia. Tak ada yg menyahuti, semua diam.
"Ane. Kamu inget aku kan?" Tanya cia sedangkan lia mengangguk.
"Lo inget gue gak?" Lanjut zidan di balas anggukan lagi.
"Lo inget kejadian..."
"Gue inget nia"potong lia ketika eva mengungkit kejadian yg membuatnya tidur.
"Re gimana sama fia? Lancar?" Tanya lia, lio yg dari tadi terdiam pun menatap lia.
"Lancar apanya an? Fia ga ada hubungan apa apa lah sama bang lio" ujar cia.
"Tunggu tunggu gue mau nanya. Lo kenal lia udah lama ci?" Cia menegang ketika abar bertanya.
"Iya bar. Gue, cia, sama fia itu sahabat sejak sd. Kita sama sama di anggap angin. Makanya gue temenan sama mereka. Gue suruh cia dateng pas gue pergi itu buat ngembaliin suasana. Nia jadi iblis soalnya" jawab lia santai.
"Re anterin ke kamar mandi yuk kebelet nih udah 4 abad gue ga nabung" lio menggendong lia namun di tahan eva dan cia.
"Ga boleh" sentak keduanya bersamaan.
"Apaan sih kalian. Lagian gue bangun kaga di tanyain mau apa" angel mendekat.
"Anak bunda" gumam nya lalu mencium pipi lia sembari tersenyum.
"Kalo bukan anak bunda artinya ayah selingkuh donk" leon sontak melotot membuat angel dan lia tertawa. Dan tawa itu menular pada seisi ruangan.
"Mana bisa li. Om leon selingkuh kalo lo keluar dari perut tante angel lia"
"Udah lah pusing gue"
"Liiaaa i'm come back" suara gadis itu gadis yg di duga menjadi sepupu lia.
"Deaaa ga usah teriak teriak lo. Suara toa aja labih merdu dari suara lo" sungut lia dea kicep di tempat lalu berlari menyerbu lia memeluknya.
"Deaa pe'a sakit ini infusnya anjir" dea melepas pelukan itu dengan cengengesan sedangkan lia menggerutu sebal.
"Aaaaaa.... gue seneng lia gue balik lagi" pekik dea.
"Paman bibi, lia nya dea udah balik" ujar dea dengan pekikan girang membuat kedua orangtua itu mengangguk.
Berbeda dengan 4 sahabat baru lia
"Deamblung. Lo bikin sobat sobat inces bingung" ujar lia menabok lengan dea keras membuat gadis itu terhunyung dan tanpa sengaja mencium pipi lio yg tepat ada di depan nya.
"Aaaaaaaa deamblung, reval punya gue anjir" pekik lia membuat seisi ruangan tertawa ngakak. Emang receh humor mereka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
peran FIGURAN (END/TAMAT)
Teen FictionJudul: peran figuran Di kisahkan seorang gadis yg berperan sebagai figuran atau pelengkap yg berteman dengan seorang gadis most wented grill yg dapat di kenal populer. Kisah bagaimana di perlakukan bagai angin yg tak terlihat, dan di jadikan alat un...