bab 16||kembali bersekolah

99 7 5
                                    


Setelah hari yg melelahkan kemarin kini lia tengah berdiri di depan gerbang gedung yg menjulang dan banyak orang yg berlalu lalang dengan pakaian yg sama. Terlihat sebuah papan plang di atas gerbang yg tinggi itu 'SMA PELITA BANGSA 1'  kata itu tertulis indah di papan plang tersebut. Ia benar benar merindukan sekolahnya itu.

Dengan langkah pasti ia memasuki area parkiran hingga seluruh mata tertuju padanya. Entah bagaimana bisa seluruh mata itu tertuju pada lia. Padahal dulu ia malah tidak pernah di anggap.

"Ameell lo mulai sekolah sekarang" lia mengangguk sembari tersenyum manis. Kalian pasti sudah menduga siapa yg memanggil lia amel.

"Nia sendirian? Dimana cia?" Eva mengangkat bahunya acuh.

"Ga tau am dari gue berangkat aja belum ada tuh anak" mereka pun berjalan

"Haayy kesayangan ciiaa" ujar cia yg baru saja datang dari arah berlawanan. Di ikuti zidan yg berlari kecil mengejar cia.

"Ci maafin gue elah. Ga sengaja sumpah ciiiaaa" suara zidan menggelegar di koridor untung koridor tak terlalu ramai. Cia yg menjadi tersangka atas teriakan zidan hanya acuh.

"Udah tur nya an?" Tanya cia membuat lia terkekeh geli.

"Tur kemana?" Suara berat nan serak milik abar mengagetkan ketiganya.

"Sorry sorry! Ga niat" ujar abar ketika ia menyadari mengagetkan ketiganya. Sedangkan mereka para ciwi tertawa. Dan melanjutkan langkahnya menuju kelas sembari mengobrol.

"Udah mulai berangkat ini ya lia ke sekolah tercinta" ujar zidan dengan wajah tengilnya.

"Zidan kamu aku tinggal 1 tahun kok makin tengil sih kek cia" ujar lia polos membuat cia melotot kesal lalu mencubit lembut pipi lia.

"Aduh aduhh sakit cia. Nanti pipi aku tambah tembem kan repot" keluh lia karna pipinya sakit. Sedangkan eva tertawa melihat tingkah 2 sahabatnya itu sembari mengelus pipi lia yg tadi di cubit.

"Repot kenapa an. Kan lo jadi tambah imut" ujar abar yg berjalan di samping eva sembari memasukan jemarinya ke saku dengan wajah datar andalan nya.

"Ga bisa bar. Nanti aku susah ngangkat kepala buat liat wajah tampan abar" ujar lia lalu berlari karna malu. Sedangkan eva, cia dan zidan tertawa melihat tingkah lia, tak berbeda jauh abar ikut terkekeh.

"Assalamualaikum" lia masuk ke kelas namun seperti biasa lia tak di perdulikan. Lia berdiri di samping papan tulis hingga 4 sahabatnya masuk.

Saat eva, cia, abar, juga zidan masuk. Atensi seluruh kelas tertuju pada mereka, lia mendengus sebal akan itu. Padahal keempatnya saat masuk tak mengeluarkan suara apa pun.

"Haduh udah takdir aku jadi angin kali ya, cia aja yg selama sama aku sama sama jadi angin eh tiba di sini malah kaya artis" gumam lia yg hanya lia yg dapat mendengar.

"Pagii semua kita ini ada temen baru looh. Eh bukan dia pernah di sini 1 tahun sama kita kalian ingat gak?" Ujar zidan merangkul bahu lia. Lia memamerkan senyuam terbaiknya.

"Cewe ini bukan nya yg awal masuk bantuin eva minta pembalut, tapi abis udah dapet linda udah duluan nolongin eva yg udah banjir" ujar salah satu siswa zidan mengangguk.

"Buku lo bukan nya yg di sobek edgar ya. Iya kan bre" ujar teman sebangku edgar,  edgar yg awalnya menatap ponsel pun mendongak.

"Lo juga yg dulu pingsan di koridor kan?"

"Ehh gue inget dia yg waktu olahraga dulu jatuh iya ga sih?"

"Eh iya yg masuk kelompok isinya cowo semua?"

"Terus yg di cariin eva ternyata di uks"

"Di omelin sama pmr so iye itu kan?"

"Iya yg katanya tangan nya kena pecahan kaca pas jatuh dan harus di jahit sekitar 3 jahitan"

"Dia beneran dapet nilai 0 di mapel olahraga kan"

Lia hampir meneteskan airmatanya ketika mereka mengingat dirinya walau saat saat yg benar benar menyiksa. Zidan mengangguk puas sedangkan senyum lia melebar.

"Jadi ada yg ga kenal dia?" Tanya eva yg kini sudah berada di samping lia. Sunyi, mereka diam.

"Gimana kalo nanti aku traktir kalian di kantin sebagai ucapan terimakasih" ujar lia masih dengan senyum mengembangnya dan mata berairnya.

Sontak seluruh kelas ramai, namun hanya beberapa saat, ketika seorang gadis bertanya dengan lantang.

"Traktir untuk apa? Makasih untuk apa? Selama lo di sini dulu kita lupa ada lo di antara kami. Bahkan kita lupa peran lo Di kelas ini. Kita bahkan ga ada yg perduliin lo saat liat buku lo di robek edgar" gadis itu menjeda kalimatnya untuk menarik nafas.

"Dan kita pura pura ga liat lo pingsan di koridor, kita bahkan ga perduli saat lo jatuh, boro boro nolongin lo malah di caci dan di suruh keluar dari kelompok lo, dan kita diem aja. Tadi ada yg tau kalo lo jatuh dapet luka dan di antara kami hanya acuh seolah tak ada yg terjadi, tadi di antara kalian ada yg bilang lia di omelin anak PMR dan kami diam aja. Kami bahkan tau lo dapet luka jahitan. Sampe akhirnya lo pergi ninggalin kita." Kini gadis itu mendongak dan menghirup udara sebanyak banyaknya lalu menunduk sembari menghembuskan nafasnya.

"Ga ada yg sadar awalnya kalo salah satu anggota kelas kita berkurang, ga ada yg perduli saat guru ngumumin kalo famelia angeleo itu telah pindah, guru pun acuh akan reaksi kita, hingga saat di mana linda mau duduk di samping eva, kejadian di mana eva marah dan menjadi seseorang yang amat emosional. Kita masih biasa aja, tapi kalian apa ga terasa ganjal dengan perubahan eva. Lihat sekarang dia bahkan tak lagi peduli senyum ia kembangkan itu kita tonton" semua mendadak hening, sibuk dengan pikiran masing masing.

"Deandra arystya" pekik lia,  dea tersenyum manis.

"Gue mau nanyak. Kalian semua pantes ga dapet traktiran makan di kantin sama lia, sedangkan kalian sama sekali ga ada saat dia butuh. See, kalian semua harus tau. Tujuan guru mengelompokkan kita dalam 1 ruangan dari banyak nya siswa yg mendaftar untuk membangun solidoritas. Percuma kalian di mata umum solidaritas tinggi, tapi ngelupain 1 anggota yg bahkan berarti untuk kelas ini. Tanpa dia kelas kita ga akan lengkap" kini dea akhirnya duduk, bertepatan ketika guru masuk dan semua pun duduk.

Tapi entah bagaimana ucapan ucapan yg dea lontarkan menyarang di kepala mereka guru yg menjelaskan pun tak mereka dengarkan. Hanya abar, eva, lia, cia, zidan, juga dea yg fokus pada pelajaran. Sedangkan yg lain mereka masih ada di alam bawah sadar. Mata menatap papan tulis kosong pikiran bercabang entah kemana saja.

peran FIGURAN (END/TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang