Hari kedua, Galadrik baru saja sampai di parkiran. Tanpa ia sadari ada Alvarios yang juga baru sampai dan memarkirkan motornya di samping Galadrik, tak lama kemudian ada Aksel juga. Mereka hanya diam dan berjalan ke kelas tanpa suara, tujuan yang sama dan perkenalan singkat kemarin sudah cukup untuk mereka.
Berjalan beriringan, Galadrik yang berada di tengah-tengah terlihat lebih dominan. Bahkan tingginya tetap lebih dari yang lain, padahal Alvarios dan Aksel juga terbilang tinggi.
Semakin banyak yang memperhatikan mereka, tentu saja karena ketiganya memiliki wajah yang sangat tampan. Lalu mereka berjalan bersama seakan-akan tengah melakukan adu ketampanan, tentu saja tidak akan di sia-siakan oleh para murid perempuan.
"Waduh, mau dong gabung di circle dewa!" celetuk Bani saat melihat ketiga teman kelasnya jalan beriringan menuju kelas.
"Gak bisa, lo terbanting. Muka pas-pasan," timpal Beni membuat Bani meraup wajah Beni.
"Ngatain diri sendiri," ujar Bani. "Kalau muka gue pas-pasan, muka lo juga."
"Btw, kenalan lah kita. Satu kelas harus jadi teman, kan?" tanya Beni mengulurkan tangannya kearah Alvarios.
Meski berwajah datar, Alvarios tidak lah sombong. "Alvarios," ujarnya menjabat tangan Beni.
"Gue Beni."
"Gue Bani."
"Galadrik."
"Aksel."
"Gue Dilan!"
"Faresta, bisa panggil gue Fares."
Dilan dan Faresta baru saja berlari dan menghampiri mereka dengan berlagak sok dekat, mereka semua saling berkenalan. Si kembar mulai berbicara panjang lebar, Dilan dan Faresta ternyata memiliki sifat yang sama dan mereka sangat suka bercerita sedangkan Galadrik, Alvarios dan Aksel hanya dia dan sesekali menanggapi.
"Oh iya, kemarin kita udah kenalan sama Dara. Asik banget orangnya, dia bilang lo sama ia udah kenal dari lahir," cetus Beni pada Galadrik.
"Padahal gue kira kalian pacaran, soalnya tiba-tiba ia meluk lo gitu," timpal Dilan.
"Dia emang begitu," balas Galadrik seadanya.
"GALAAAA!!!"
Mereka yang ada di kelas langsung menoleh ke arah Dara, sedangkan gadis itu berlari dan menggenggam tangan Galadrik.
"Pulang sama lo, ya? Mau ke rumah," ujar Dara berdiri di tengah-tengah para lelaki.
"Gak ada helm, sama sopir aja," tolak Galadrik.
Dara mengerucutkan bibirnya. "Ih pengen sama lo, lagian ngapain pake motor, sih? Jahat banget. Sengaja pasti biar gak balik sama gue."
"Rumah kita beda arah, Dar. Biasanya juga pake sopir."
"Jahat," ketus Dara lalu berjalan ke tempat duduknya, ia membanting tasnya membuat Aida terkejut.
Galadrik menghela napas berat, ia langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri Dara. Galadrik berjongkok di sisi kiri Dara karena di kanannya ada Aida.
"Pulang ke rumah gue tapi sama sopir, oke?" Galadrik mencoba membujuk.
"Maunya sama lo," ketus Dara.
"Gak ada helm, susah juga lo pake rok, Dar."
Tentu saja perlakuan Galadrik membuat teman-temannya cengo, ternyata Galadrik sangat lembut jika bersama Dara.
"Udah kayak ngebujuk pacar yang ngambek," bisik Bani pada Dilan.
"Sweet banget, ih." Beni bergumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Novela JuvenilBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...