Hari yang terbilang sangat cerah, semua murid sudah pulang kecuali anak-anak yang memilih tinggal untuk beberapa urusan termasuk Dara dan Galadrik. Kedua remaja itu tengah berada di lapangan dan bermain basket, hanya berdua.
"Capek ah, udahan aja," ujar Dara menyeka keringatnya.
"Lemah," cibir Galadrik tersenyum miring.
"Kamu tu jangan terlalu capek, Gal. Ayo istirahat, mainnya udahan aja ih," omel Dara menarik Galadrik ke pinggir lapangan.
Galadrik hanya pasrah di tarik Dara, ia mengikuti langkah kecil itu menuju kursi yang ada di samping lapangan.
Dara memberikan air minum untuk Galadrik, ia sudah menyiapkan air itu saat melihat Galadrik berkumpul bersama anggota basket yang lain.
Memutuskan untuk berhenti karena keadaannya yang tidak bisa melakukan hal berat, Galadrik sudah memikirkan semuanya. Ia keluar dari tim basket sekolah, ia juga semakin jarang berkumpul bersama teman lainnya karena sering check up.
"Gak enak banget," ucap Galadrik sembari menutup botolnya. "Hidup aku jadi terbatas, gak bisa main basket lagi, gak bisa bebas ngapain aja. Semuanya makin berat, pengen marah tapi gak bisa."
"Sabar, ya. Kita lalui ini sama-sama," ujar Dara mengelus lengan Galadrik.
Galadrik tersenyum. "Ayo pulang," ajak Galadrik.
Dara hanya mengangguk untuk mengikuti Galadrik, ia mengambil tasnya dan berjalan beriringan keluar lapangan.
Sampai di parkiran, Galadrik langsung memakai slayer hitamnya dan juga helm begitupun Dara. Mereka segera pulang karena hari juga semakin sore.
Galadrik pikir ia bisa pulang ke rumah dengan segera, nyatanya ia harus menghadapi orang-orang yang menghalangi jalannya.
"Anak buah Ringgo?" bisik Dara melepas helmnya.
"Kayaknya bukan," jawab Galadrik yang merasa tidak pernah melihat wajah-wajah di hadapannya ini.
Galadrik meletakkan helmnya dan melepas slayer hitamnya, ia menatap lekat orang-orang yang mencegatnya.
"Mau apa?" tanya Galadrik.
"Mau kenalan," jawab salah satu dari lima orang itu. "Hajar."
Galadrik menghindari serangan pertama yang di layangkan untuknya, ia mulai melepaskan pukulan yang bisa menjatuhkan lawan. Tentu saja Dara tidak tinggal diam, ia juga membantu Galadrik dan menghajar dua di antaranya.
Cukup sulit, Galadrik merasa sedikit lebih lemah karena ia lelah bermain basket tadi.
Brukk
"Gal!" pekik Dara melihat Galadrik terjatuh.
Dara berlari dan menendang orang yang memukul Galadrik.
"Cowok jelek gak boleh mukul cowok ganteng," ketus Dara memukul musuhnya.
Galadrik tersenyum mendengar ucapan Dara, ia kembali bangkit dan membantu Dara menyelesaikan perkelahian itu. Dengan kerja sama yang baik, keduanya bisa membuat lima musuh itu berlarian untuk melarikan diri.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Dara khawatir.
Galadrik menggeleng. "Kamu baik-baik aja?"
"Aku gak apa-apa, kamu beneran gak apa-apa? Ada yang sakit? Kita ke rumah sakit aja, ya?"
Kembali seperti ini, Galadrik kembali di landa rasa tak suka karena pertanyaan yang sering orang-orang berikan padanya termasuk Dara.
"Aku baik, ayo pulang," ajak Galadrik langsung meninggalkan Dara dan berjalan menuju motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Fiksi RemajaBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...