Setelah pertengkaran besar di kelas itu, Vania tidak datang ke sekolah esok harinya. Dara dan Yosita di sidang pak Rudi selama dua jam pelajaran, suasana kelas jadi sangat tenang dan terkesan canggung.
Saat Dara dan Yosita baru kembali ke kelas, mereka jadi sedikit tidak berani untuk masuk. Apalagi saat kelas mereka tengah di ajar oleh guru perempuan bernama bu Dina.
Tok tok
"Permisi, bu," ujar Dara tersenyum canggung, keduanya masuk dan langsung berjalan ke kursi.
"Lain kali begitu lagi, ya," celetuk bu Dina tiba-tiba. "Keroyok temannya sampai masuk rumah sakit, pokoknya liatin ke orang-orang kalau kalian itu cewek-cewek kuat dan keren."
Dara dan Yosita hanya diam, teman-teman yang lain juga tidak berani membuka suara.
"Kalau bukan karena pak Rudi yang minta saya terima kalian masuk ke kelas, sudah saya usir kalian. Di sekolahkan benar-benar, di kasih pelajaran yang bagus, eh malah jadi preman. Biar apa sih? Biar di anggap kece sama cowok-cowok?"
"Maaf, bu," cicit Dara pelan.
"Ngapain minta maaf? Kan kalian gak salah. Saya dengar kalian keroyok Vania karena Vania suka ke Galadrik. Aduh, makin takut deh. Kasihan banget ya yang suka Galadrik, takutnya bernasib sama kayak Vania."
"Vania juga mukul Dara," cetus Yosita yang sudah muak mendengar ucapan bu Dina.
"Ya masa dia diam aja kalau di keroyok," ujar bu Dina lagi.
"Mana ada orang yang diam aja kalau dia mau di celakain," ketus Yosita.
Suasana kelas jadi panas, teman-teman mulai menatap ngeri Yosita.
"Kamu salah," sentak bu Dina. "Lihat cara kamu bicara sama saya, udah kelihatan kalau kamu itu memang seperti preman."
"Guru juga harus bijaksana, mana ada guru yang ngomong gak jelas dan nyalahin satu pihak sedangkan dia gak tau masalah sebenarnya," ujar Yosita semakin berani.
"Kamu berani bicara seperti itu sama saya?"
"Kenapa harus takut?"
Makin menjadi, kini Galadrik dan Alvarios mulai resah dan menatap Yosita seakan meminta gadis itu untuk berhenti.
"Yosita, udah," bisik Dara menahan Yosita. "Jangan buat masalah makin rumit."
"Tidak punya sopan santun," ketus bu Dina.
Tepat saat itu juga bel istirahat berbunyi, bu Dina keluar setelah mengeluarkan banyak sumpah serapah. Sedangkan Yosita sangat santai dan hanya menatap guru itu dengan sinis.
"Kita bisa buat masalah baru," ujar Dara gemas.
"Biar sekalian," jawab Yosita.
"Lo terlalu banyak omong," ketus Galadrik pada Yosita. "Harusnya lo lebih sabar, dia guru dan nama kalian bisa makin jelek."
"Sesuka dia aja lah, gue gak peduli."
"Bego," cetus Alvarios.
"Bacot," balas Yosita.
"Udah lah, mending kita ke kantin," ujar Dilan mencoba menghentikan pembicaraan yang bisa menimbulkan masalah baru.
"Ayo," ajak Faresta menarik Dara dan Galadrik.
Yang lain ikut menyusul, kini mereka kekurangan personil karena Aida tidak datang ke sekolah. Gadis itu tiba-tiba demam dan tidak di izinkan sekolah oleh ibunya.
Sepanjang jalan ke kantin, mereka bisa merasakan tatapan dari banyak orang. Berita tentang Dara dan Yosita yang mengeroyok Vania sudah menyebar, berita itu di bumbui dengan omong kosong yang menyatakan kalau kedua gadis itu menyerang Vania hanya karena menyukai Galadrik. Banyak yang menambah cerita dengan mengatakan jika Dara terlalu protektif dan bersikap layaknya ratu hingga membenci siapapun yang berani mendekati Galadrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Novela JuvenilBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...