Suara knalpot motor memasuki kawasan sekolah menarik perhatian banyak murid yang ada di sekitar sana, enam laki-laki menggunakan jaket kulit hitam bertuliskan The Rigels di punggungnya tentu sangat menarik perhatian, bahkan para gadis memilih untuk menghentikan langkah mereka dan memperhatikan para lelaki di sana.
Setelah memarkirkan motornya dengan sempurna, satu persatu mulai melepaskan helm mereka. Aura ketampanan langsung menyapa di pagi hari itu, Galadrik masih setia dengan slayer hitamnya. Mata elang Galadrik menelusuri sekitar, ia tengah mencari keberadaan seseorang.
"Pagi!" sapa Dara tersenyum lebar. Galadrik langsung membuka slayer hitamnya dan tersenyum pada Dara.
"Pagi," sapa Aida ikut bergabung.
"Pagi Aida," jawab Faresta tersenyum.
"Dua lagi kemana?" tanya Dilan melirik sekitar.
"Selamat pagi!" sapa Elina datang bersama Yosita.
"Pagi," jawab Dara dan Aida.
"Ayo masuk," ajak Galadrik.
Dara langsung menarik Aida untuk berjalan bersama Elina dan Yosita, keempat gadis itu berjalan di depan sedangkan keenam laki-laki mengikuti di belakang.
Sepanjang koridor, mereka menjadi pusat perhatian.
"Enak banget jadi mereka, bisa jalan sama cowok-cowok ganteng."
"Yang cewek pada cantik-cantik, cocok sih sama yang cowok."
"Berasa jadi ratu gak sih? Gemes banget."
"Galadrik ganteng banget!"
"Pada ganteng semua."
"Jadi pengen gabung The Rigels gue, lumayan lah, gue juga suka motor."
"Harus gabung sih kita, entar kita samperin mereka."
Bisikan-bisikan yang terdengar hanya di anggap angin lalu, meski mereka cukup senang karena mulai berkurang hujatan yang pernah mereka terima.
Saat memasuki kelas, ternyata sudah banyak yang datang. Galadrik mengantar Dara ke kursinya, ia tidak pergi ke kursinya, Galadrik malah duduk di kursi Aida sedangkan Aida duduk di kursi Bani.
"Papa bilang om Galaksi nyari pengawal pribadi untuk kamu," ujar Dara.
Galadrik mengangguk untuk responnya, ia sibuk menatap wajah Dara membuat gadis itu mendelik.
"Ngeliatinnya jangan gitu," ketus Dara.
"Salah?" tanya Galadrik tertawa kecil.
"Salah," ketus Dara merotasikan matanya malas.
"Tahun ini harus dapat peringkat tiga," ujar Galadrik membuat Dara melotot.
"Gila, ya?" ketus Dara. "Dapat peringkat lima aja udah hampir gila, apalagi tiga."
"Syarat biar bisa nikah," ujar Galadrik tersenyum miring.
Dara mencubit lengan Galadrik membuat laki-laki itu meringis kecil. "Jahat banget, tega lihat aku pusing, hah? Kalau rambut aku rontok gimana?"
Dengan gemas Galadrik menangkup pipi Dara hingga bibirnya mengerucut. "Belajarnya pelan-pelan, sayang."
Dara mencebik kesal. "Jangan sok sweet, kamu tu nyebelin. Pergi sana, udah bel."
Galadrik mengacak rambut Dara gemas, ia bangkit dan berjalan menuju kursinya. Saat melewati kursi Vania dan Nesya, tangan Vania dengan cepat menggapai tangan Galadrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Fiksi RemajaBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...