Markas The Rigels tengah di isi para penghuninya, baru saja mereka pulang dari jalanan tempat balap liar berlangsung. Uang kas kembali bertambah, Galadrik kembali menang dan ia kembali membanggakan The Rigels.
"Kalau gini terus, bisa makin mantap nama The Rigels," celetuk Dilan yang tengah duduk di samping Faresta.
Faresta mengangguk. "Makin lama makin banyak juga yang mau join, walaupun cuma ada satu atau dua orang yang mau join, tapi itu udah lebih dari cukup, kan?"
"Ada yang punya pengalaman di seni bela diri?" tanya Galadrik tiba-tiba.
Para anggotanya mulai diam dan saling melirik, tidak ada yang menjawab selain Viktor.
"Gue sabuk hitam taekwondo, suka boxing dan ikut tinju bebas juga," cetus Viktor. "Papa gue pelatih tinju."
"Gue silat, tapi berhenti waktu SMP," ujar Valdy.
Galadrik tersenyum. "Ini sudah cukup," ujarnya. "Viktor, gue kasih tanggung jawab untuk latih anak-anak bela diri. Lo yang punya kuasa di bagian ini, gue percaya lo bisa."
"Lo serius?" tanya Viktor tidak yakin.
"Serius," jawab Galadrik. "Kita perlu bekal bela diri, gue cuma takut ada orang yang gak suka sama kita. Ya walaupun kita tau pasti ada, jadi gue mau seenggaknya kita semua punya basic. Ini juga bagus untuk olahraga, kan?"
Viktor mengangguk. "Gue bebas, tapi kalian harus ingat, kalau gue keras. Cara belajar gue berbeda, gue cuma mau kalian siapin mental untuk latihan sama gue."
Mereka menatap horor Viktor, jelas mereka tahu bagaimana Viktor. Di kelas saja ia sangat menakutkan, bagaimana nanti jika mereka mulai berlatih.
"Mulai besok, setelah pulang sekolah kalian mampir ke sini. Lebih baik izin sama orang tua untuk terlambat satu atau dua jam, setelah itu kalian bebas untuk istirahat. Gimana, setuju?" tanya Galadrik.
"SETUJU!!"
Galadrik mengangguk. "Kalau gitu, kita balik. Gak baik kalau kita lama-lama di luar. Apalagi kita belum legal semua," ujar Galadrik.
"SIAP BOS!!"
Kini mereka semua kembali ke rumah masing-masing, meninggalkan markas yang baru saja di kunci Galadrik. Setelah itu ia menuju motornya, ada Alvarios dan inti lainnya yang menunggu.
"Gue cabut ya," ujar Viktor lalu memasang helmnya.
"Hati-hati, kabari kalau sampai," ujar Galadrik membuat kelima temannya mengangguk.
Mereka mulai membubarkan diri, Viktor melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia ingin sampai di rumah dengan segera, namun sepertinya kesialan tengah mengikutinya.
Ckittt!!
Untung saja Viktor masih bisa menarik rem motornya hingga ia bisa selamat, matanya menatap tajam seorang gadis yang terduduk di tanah dengan ekspresi ketakutannya.
"PUNYA MATA GAK LO," maki Viktor pada gadis itu.
Tidak ada jawaban, gadis itu menangis dalam diam. Viktor yang tadinya ingin mengamuk mulai sedikit tenang karena merasa iba melihat kondisi gadis itu. Baju compang-camping, kaki yang tidak memakai alas sama sekali, dan yang pasti gadis itu terlihat sangat berantakan.
"Bangun, jangan duduk di tengah jalan," ujar Viktor berdiri di depan gadis itu.
"Woy!" sentak Viktor.
Merasa kesal, Viktor berjongkok di depan gadis yang menangis tanpa suara itu. Ia makin tidak tega melihat wajah gadis itu penuh lebam, gadis ini jauh dari kata baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Fiksi RemajaBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...