Hal yang paling di senangi Dara adalah keluar dari rumah sakit, ia menjadi sangat bersemangat.
Hari ini ia sudah bisa pulang, entah kenapa hatinya seperti berbunga-bunga. Dara merasa sangat senang dan bersyukur.
"Senang banget kayaknya," ujar Rendra melirik Dara sembari mengemudi.
"Bosan di rumah sakit, jadi senang banget bisa pulang," ujar Dara tersenyum.
"Kita makan dulu ya, mau?"
"Boleh, Dara juga lapar. Makanan di rumah sakit gak enak, pa."
Rendra tersenyum, ia mencari restoran terdekat. Mereka langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam, Dara memesan banyak makanan yang sangat ingin ia makan.
Sembari menunggu makanan datang, Dara memperhatikan isi restoran. Beberapa pengunjung memenuhi tempat duduk, yang menjadi pusat perhatian Dara adalah satu keluarga dengan satu anak perempuan berusia sekitar 10 tahun.
Dara tersenyum, ia jadi ingat masa dimana ia sering makan di luar bersama kedua orang tuanya. Mengingat bagaimana cerewetnya Hana yang mengomentari setiap makanan dan bercerita pada Dara tentang banyak hal.
Selain ingin mendengar kabar Galadrik, selama sakitnya Dara ingin sekali mendengar kabar Hana. Ia berharap ibunya akan datang untuk menjenguk, tapi ternyata tidak ada kabar tentang Hana sama sekali.
"Dara!" panggil Rendra. "Kenapa, ada yang sakit?"
"Enggak," jawab Dara tersenyum tipis.
Memandangi wajah Rendra, ayahnya ini sangat tampan. Semakin bertambah usia, Dara semakin jatuh cinta pada ayahnya. Memang benar, cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya sendiri.
Dara merasa jika Rendra jauh lebih berharga dari apapun, kini Dara semakin berpikir jika takdir yang memberikannya waktu lebih lama dengan Rendra itu memiliki tujuan. Membahagiakan Rendra adalah impian terbesar Dara.
"Silahkan dinikmati," ucap pelayan membawa pesanan.
"Terimakasih."
Tanpa basa-basi Dara dan Rendra langsung menikmati makanan mereka. Tidak ada percakapan hingga mereka selesai, Rendra langsung membayar sedangkan Dara menunggu di luar.
"Ayo pulang," ajak Rendra.
Keduanya kembali masuk ke dalam mobil, sepanjang jalan pulang, Dara kembali diam namun tidak ada senyuman manis di bibirnya. Gadis itu tengah memikirkan beberapa hal yang cukup membuatnya sedih tiba-tiba.
Saat sampai, Rendra mengambil tas Dara di mobil dan membawanya masuk. Dara hanya mengikuti dan memperhatikan ayahnya dengan perasaan sendu.
"Kamu istirahat," ujar Rendra.
"Papa!" panggil Dara menghentikan langkah Rendra yang hendak keluar dari kamar Dara.
"Iya?" tanya Rendra berbalik.
"Makasih banyak," ucap Dara tersenyum tipis dengan mata berkaca-kaca.
"Dara kenapa?" tanya Rendra menyadari jika Dara menangis.
"Cuma mau bilang makasih ke papa," cicit Dara menghapus air matanya.
"Untuk apa? Kenapa nangis?" tanya Rendra menghampiri Dara kembali.
"Untuk semuanya, untuk seluruh hidup Dara. Papa udah berjuang untuk Dara. Dara minta maaf, selama sakit Dara selalu tanya kabar Galadrik. Tapi Dara gak pernah tanya kabar papa, hikss. Papa pasti capek, maaf."
Rendra tersenyum, ia memeluk Dara dan mengelus rambut anaknya dengan sayang.
"Karena Dara anak papa makanya papa lakukan yang terbaik untuk Dara. Papa gak marah, Dara. Papa gak pernah capek kalau untuk Dara."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Teen FictionBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...