Sore yang cerah, namun Galadrik tidak berniat melakukan apapun begitu juga Galaksi. Karena sedari pulang sekolah Galadrik tidak keluar kamar, Galaksi jadi sedikit tidak tenang. Ia takut jika ternyata Galadrik kembali pingsan tanpa ia tahu.
Ceklek
Galaksi masuk, ia menatap Galadrik yang tengah duduk di kursi belajarnya sembari membaca buku. Sedikit heran mengapa setiap Galaksi memergoki Galadrik, anak itu selalu terlihat panik dan langsung menyembunyikan buku yang akhir-akhir ini sering ia baca.
"Lagi apa?" tanya Galaksi. "Kamu gak keluar dari tadi, ayah kira kamu kenapa."
"Gak apa-apa kok, cuma baca-baca aja," jawab Galadrik langsung menjauh dari meja belajarnya.
"Ayah mau ngobrol, kita keluar yuk," ajak Galaksi yang langsung di angguki Galadrik.
Keduanya keluar dan duduk di ruang tamu.
"Soal perkataan dokter kemarin, ternyata jantung kamu sudah parah, Gal. Ayah yakin kamu juga rasain sakitnya," ujar Galaksi. "Ayah dapat info dari rekan ayah di Amerika, mereka dapat donor jantung yang mungkin aja cocok sama kamu."
Galadrik hanya diam, ia mengerti kondisinya tapi ada rasa tak ingin yang ia rasakan.
"Kita stay di Amerika dan kamu berobat di sana, gimana?" tanya Galaksi.
"Stay?" beo Galadrik. "Tinggal di sana?"
Galaksi mengangguk. "Perusahaan yang kakek kembangkan di sana mulai berjalan lancar, ayah juga mengajukan perjanjian kerjasama dan kakek usulkan untuk tinggal di sana aja."
"Ayah," ujar Galadrik frustrasi. "Dara? Teman-teman Gala? Sekolah? The Rigels?"
"Gal--"
"Kalau sekedar berobat, Gala bisa pikirkan untuk setuju. Tapi kalau tinggal di sana, Gala gak bisa," ujar Galadrik menolak.
"Perusahaan yang di sini akan di urus papa Dara, kita akan mulai mengurus perusahaan di Amerika. Dan ayah juga sudah memikirkan masa depan pendidikan kamu. Setelah siap, kamu akan kuliah di Harvard university."
"Kita akan mulai hidup baru kita di sana," ujar Galaksi membujuk.
"Ayah gak mikirin Dara?" tanya Galadrik berang. "Dara pasti gak mau Gala pergi."
"Setelah lulus Dara bisa menyusul," ujar Galaksi. "Ayah paham perasaan kalian, ayah sama papanya udah mikirin ini semua, Gal."
"Gak ada pernikahan dini, kamu dan Dara bisa menikah kalau kalian sudah selesai kuliah," final Galaksi tegas.
"Ayah pasti tau gimana Gala selama ini. Bukan cuma Dara, Gala juga gak siap pisah sama teman-teman. Dilan, Alva, Aksel, Viktor, Faresta apalagi. Ayah tega?" tanya Galadrik sedih.
"Gala, mau tidak mau kalian juga akan berpisah. Setelah kalian lulus SMA, kalian semua akan menempuh pendidikan selanjutnya. Apa kamu yakin kalian semua bisa masuk universitas yang sama, hm?"
"Kamu udah gak bisa atur dosen kayak kamu atur guru di sekolah untuk satuin teman-teman kamu di kelas yang sama, kamu udah gak bisa," tegas Galaksi.
"Tapi Gala masih kelas 11, yah. Masih ada satu tahun lebih untuk Gala habisin waktu sama mereka," ujar Galadrik masih tidak terima.
"Ayah paham," ujar Galaksi pelan. "Ayah tau, Gal. Tapi kita lihat kondisi kamu, nak. Kalau kamu sehat dan gak butuh operasi, mungkin kamu bisa bebas disini. Tapi kamu sakit, nak. Ayah cuma mau kamu sembuh dan teman-teman kamu pasti juga mau kamu sembuh."
"Kasih Gala waktu untuk mikir," ujar Galadrik bangkit dan kembali ke kamarnya.
"Satu Minggu, Gal," ujar Galaksi menghentikan langkah Galadrik. "Minggu depan kita berangkat ke Amerika untuk cek kecocokan jantung itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Novela JuvenilBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...