"JANGAN BERISIK BISA GAK SIH? INI RUMAH SAKIT."
Baiklah, baru saja Galadrik hendak tidur namun teriakan dari Viktor membuatnya terkejut.
Plak
"Lo juga berisik," ketus Valdy menepuk tengkuk Viktor dengan wajah galaknya.
Lihat, ruang VVIP yang di tempati Galadrik hampir penuh karena teman-teman kelasnya berdatangan. Galadrik melihat Aida yang membawa sekeranjang buah begitu juga dengan Yosita, sedangkan anak laki-laki lainnya hanya membawa badan saja termasuk Vania dan Nesya. Karena sebenarnya buah yang mereka bawa juga atas nama kelas dan di beli dengan uang kas.
"Tolong cari tempat yang rapih dan jangan ribut," ujar Valdy membuat pasukannya mulai mencari posisi.
Meski harus duduk di lantai, mereka tidak masalah karena lantainya saja terlihat sangat bersih. Inti The Rigels mendekati Galadrik dan mengecek kondisinya.
"Gimana ceritanya?" tanya Dilan tak habis pikir.
"Lo beneran di bawa sama Ringgo ke sini?" tanya Faresta masih menolak percaya dengan cerita Dara.
Galadrik mengangguk untuk menjawab pertanyaan Faresta.
"Tuh kan, gak percaya banget," ketus Dara yang sudah duduk tenang di samping Galadrik. Ia kesal karena saat bercerita di kelas tadi, Dilan sangat tidak percaya jika Ringgo yang membawa Galadrik ke rumah sakit.
"Terus gimana ceritanya?" tanya Dilan lagi dan ia merasa kesal karena di abaikan.
"Intinya gue berantem dan sesak tiba-tiba, dia bawa gue kesini dan udah," jawab Galadrik singkat padat dan jelas.
"Terus keadaan lo sekarang gimana?" tanya Valdy penuh perhatian. Ia terlihat seperti kakak tertua di perkumpulan itu, memperhatikan adik-adiknya dengan seksama dengan penuh perhatian.
"Udah mendingan, cuma tunggu izin dokter untuk pulang," jawab Galadrik membuat mereka mengangguk. "Dar, buahnya di buka aja kasih ke mereka."
Dara mengangguk, ia membuka plastik yang membungkus keranjang buah itu bersama Aida, lalu mereka meletakkan di depan teman-temannya yang duduk di lantai.
"Kita kan bawa buat lo, Gal," cetus Kalandra yang tengah bermain game online bersama Kenzo, Haikal, Julian, dan Sa'id.
"Iya, harusnya simpan aja. Kita ke sini untuk jenguk lo," tambah Hanan.
"Gak apa-apa, Galadrik kan kaya. Biar nanti dia beli lagi," ujar Bani tersenyum lebar.
"Ho'oh, bener." Beni ikut menyahut sembari membuka kulit jeruk. "Ngomong-ngomong gue baru pertama kali lihat kamar VVIP, mantap banget gila."
"Sama," tambah Ikbal tertawa.
"Katrok banget ya kita?" tanya Zidan cekikikan.
Mereka semua tertawa kecil mendengar ucapan ketiga laki-laki yang sibuk memperhatikan betapa besar, bersih dan lengkapnya ruangan ini.
"Ngomong-ngomong cepat sembuh, Gal. Kita cuma datang buat liat lo doang, gak bawa apa-apa," ujar Rendi yang tengah duduk santai bersama Zidan, Ikbal, Fariq dan Fatih.
Galadrik mengangguk. "Kalian disini udah cukup buat gue, makasih," ujarnya tulus.
Kembali bersyukur, Galadrik benar-benar bersyukur punya teman kelas yang baik dan pengertian.
Dulu saat ia cidera dan tidak sekolah dalam waktu yang lama, hanya ada guru yang datang ke rumah untuk menjenguk. Tidak ada teman-teman yang datang membuatnya semakin yakin untuk jangan berharap pada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
JugendliteraturBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...