36 : KETAKUTAN TERBESAR [TANGISAN DARA]

1.6K 274 102
                                    

"Dara!"

"Iya, pa?"

Rendra mendekati Dara, ia tersenyum tipis. Menatap anaknya yang tengah duduk di kasurnya tanpa melakukan apapun.

"Kamu dapat pendonor mata," ujar Rendra pelan.

Dara tersenyum. "Serius? Papa gak bohong?"

"Enggak, sayang. Kamu mau kan operasi?"

"Mau, pa. Dara jelas mau, tapi siapa yang mau donorin matanya untuk Dara?" tanya Dara membuat Rendra bungkam.

"Pa?"

"Papa belum tau, kita ke rumah sakit ya. Dokter minta papa bawa kamu ke rumah sakit, kita akan periksa kesehatan kamu dan menentukan jadwal operasinya."

"Sekarang?"

"Iya, sayang."

Rendra membantu Dara untuk berdiri, ia menuntun anaknya untuk turun ke bawah dan segera pergi ke rumah sakit.

Semuanya sangat tiba-tiba, namun Rendra tidak masalah. Untuk kesembuhan Dara, jelas ia akan menerima pendonor itu.

Malam ini, Dara dan Rendra sudah berada di rumah sakit. Dara sudah bersama dokter sedangkan Rendra menunggu di luar.

Dokter mengatakan jika Dara bisa di operasi malam itu juga, kondisi tubuhnya stabil dan akan lebih baik jika segera di operasi.

"Om!"

Inti The Rigels datang bersama Aida dan Yosita, mereka menghampiri Rendra.

"Dara dapat pendonor, om?" tanya Dilan.

Rendra mengangguk. "Dia sudah di dalam, operasi akan di lakukan malam ini. Tolong doakan Dara agar operasinya lancar."

Mereka tersenyum dan mengangguk, namun tidak dengan Alvarios. Meski hanya sekilas, ia bisa mengetahui jika Rendra baru saja menangis.

"Siapa pendonornya, om?" tanya Aida.

"Bisa om minta kalian tetap disini, om harus mengurus sesuatu," ujar Rendra sebelum pergi entah kemana.

"Padahal gue penasaran siapa yang donorin matanya untuk Dara," cetus Faresta memilih duduk di kursi tunggu.

"Yang pasti kita harus berterimakasih, berdoa untuk kelancaran operasi malam ini dan semoga Dara bisa lihat lagi," ujar Dilan.

"Om Rendra habis nangis," celetuk Viktor membuka suara.

"Masa?" tanya Faresta.

"Matanya merah terus agak sembab," ujar Viktor mengangguk.

"Mungkin om Rendra bahagia karena akhirnya Dara dapat pendonor," ujar Aida tersenyum tipis.

Lama mereka menunggu, bahkan sudah hampir jam sebelas. Rendra kembali menemui anak-anak itu.

"Lebih baik kalian pulang, nanti om kabari hasilnya. Besok kalian kesini lagi," ujar Rendra.

"Kayaknya om Rendra bener, kita pulang aja. Kasihan yang cewek," ujar Viktor.

"Kita pulang, om," pamit Dilan.

"Tolong kabari ya om," ujar Aida.

Rendra mengangguk, ia menatap kepergian mereka. Tatapan sendu yang sedari tadi terpancar membuat Rendra merasa sedih.

Di perjalanan menuju parkiran, tiba-tiba Aida menghentikan langkahnya.

"Om Galaksi?" ujar Aida membuat mereka semua menoleh.

Sangat terkejut saat melihat Galaksi tengah duduk di taman rumah sakit yang gelap, mereka tidak salah, itu memang Galaksi.

"Om!" Dilan memanggil.

GALADRIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang