Rasanya ingin sekali menangis, semuanya terasa sangat menyakitkan. Dara marah pada Galadrik, ia kecewa karena merasa tidak di anggap. Galadrik pergi dan mengatakan jika ia akan berobat lalu kembali, namun ia malah menetap di sana tanpa pamit.
Mengapa Galadrik menyembunyikan semuanya? Mengapa Galadrik tidak mengatakan yang sejujurnya saja? Mungkin saja Dara tidak sehancur ini sekarang.
Pesan yang Galadrik kirim tidak di balas, Dara mengabaikan Galadrik dan hanya membaca pesannya saja.
Memilih untuk keluar, Dara ingin mencari udara segar dan menenangkan pikirannya. Entah kemana ia melangkah, yang pasti Dara ingin sendiri saja.
Ternyata ia sampai di taman, Dara duduk di kursi dalam keheningan. Suara kendaraan di jalan terdengar jelas, suara teriakan anak kecil yang juga ada di taman itu terdengar juga, namun Dara seperti terjebak di sebuah dimensi yang berbeda dan tak memperdulikan sekitar.
Apa salah jika Dara berharap Galadrik pulang dan pamit secara langsung dan mengatakan semuanya, Dara merasa di bohongi. Ia tidak menyangka Galadrik tega melakukan ini kepadanya.
***
"Ngapain?" tanya Yosita menatap kedatangan Alvarios.
"Ayo baikan, kita perbaiki semuanya. Gue berubah, lo juga harus berubah. Gue mohon, kita gak bisa berhenti gitu aja," ujar Alvarios.
"Kita udah selesai, gak ada yang perlu di perbaiki."
"Lo tega? Lo tinggalin gue gitu aja? Kita saling cinta, kenapa lo tunggalin gue gitu aja? Gue sayang sama lo, Ta."
"Semuanya udah jelas, ada alasan di balik semua ini. Lo dan gue tau kalau ini yang terbaik untuk kita," ujar Yosita berlalu meninggalkan Alvarios dan masuk ke dalam rumah.
***
"Gue ganggu ya?" tanya Faresta pada Aida.
"Enggak kok, Fares ngapain kesini?" tanya Aida. "Ayo masuk."
"Di sini aja, gue juga cuma sebentar," ujar Faresta tersenyum dan memandangi Aida.
"Ada apa?" tanya Aida merasa gugup tiba-tiba.
"Menurut lo gue ini apa, Aida?" tanya Faresta pelan.
"Sahabat," jawab Aida tersenyum tipis. "Faresta dan yang lainnya itu sahabat aku, kita udah temenan lama dan aku bahagia banget punya kalian."
Faresta tersenyum miris. "Apa gak ada kesempatan lebih untuk gue?" tanya Faresta. "Ternyata selama ini gue suka sama lo, Aida. Apa lo mau rubah status sahabat kita jadi pacar?"
Aida menatap Faresta lekat lalu menggeleng lemah. "Faresta, ini sulit. Kalau nanti kita pacaran, aku takut ada hari dimana kita berpisah. Itu akan buat kita sakit, setelah itu kita akan menjauh dan semua orang akan kena imbasnya. Menjadi sahabat jauh lebih baik, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Teen FictionBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...