29 : SATU PELUKAN UNTUK TIAP HARINYA

1.6K 255 22
                                    

Baru saja ingin beristirahat, Dara di kejutkan oleh Rendra yang mengatakan jika ada temannya di depan. Ia menebak siapa yang datang malam-malam begini, tidak mungkin Galadrik karena Rendra akan langsung meminta laki-laki itu masuk saja.

"Ringgo?"

"Hai!" sapa Ringgo tersenyum lebar.

Dara terkejut, ia menghampiri Ringgo yang tengah duduk di atas motornya. Laki-laki itu terlihat sangat berantakan, wajahnya lebam dan darah mengalir dari hidungnya.

"Lo kenapa?" tanya Dara heran, ia meringis pelan melihat wajah Ringgo.

"Habis di pukulin Abang ipar," jawab Ringgo tertawa kecil.

Kening Dara mengkerut, ia tidak paham dengan jawaban Ringgo.

"Abangnya cewek gue ngamuk terus mukulin gue," ujar Ringgo menjelaskan. "Adiknya hamil."

"Lo gila," pekik Dara menutup mulutnya.

"Iya," jawab Ringgo tersenyum. "Gila karena secinta itu sama cewek yang gak cinta sama gue."

"Gue gak paham," ujar Dara. "Duh, tunggu deh gue ambil tisu sama obat dulu, atau lo masuk aja."

Ringgo menahan tangan Dara. "Cukup dengarin gue aja, obat gak akan sembuhin sakitnya gue sekarang."

Dara terdiam, ia menatap Ringgo dengan pandangan rumit.

"Apa yang harus gue dengar?" tanya Dara lembut.

"Gue mau minta maaf, gue pernah bikin lo takut, bikin Galadrik marah ke lo atau apapun itu. Gue minta maaf," ujar Ringgo tulus. "Gue cuma lagi nyari pengalihan aja, sebenarnya gue gak bener-bener suka sama lo, Dar. Ya walaupun lo cantik, tapi cewek gue lebih cantik, hehe."

Dara mendengkus pelan.

"Waktu itu gue putus sama dia, dia yang putusin. Gue gak mau, gue cinta banget sama dia. Gue lakuin apapun untuk dia, Dar. Secinta itu gue sama dia. Tapi nyatanya dia gak cinta sama gue, dia punya cowok lain."

"Dia hamil anak cowok itu?" tanya Dara menebak.

"Hm," jawab Ringgo membenarkan. "Cowoknya gak mau tanggung jawab, tapi dia malah tetap mau sama cowok itu."

"Dara, kurang apa gue?" tanya Ringgo terdengar putus asa. "Gue mau tanggung jawab dan nikahin dia, tapi dia tetap nolak. Dia lebih milih ngejar cowok brengsek itu, dia malah nyalahin gue dan bilang kalau hidup dia hancur karena gue, karena gue gak pernah mau lepasin dia."

"Dia bukan yang terbaik untuk lo," ujar Dara.

"Tapi gue mau dia," jawab Ringgo tegas. "Dari SMP gue ngejar dia, dapatin dia gak gampang, banyak yang gue korbanin."

"Tapi dia gak mau sama lo," ujar Dara lembut sembari menghapus darah di hidung Ringgo.

Ringgo tersenyum, ia membuka layar ponselnya dan memperlihatkan pada Dara locksreen ponsel itu.

"Cantik, kan?" tanya Ringgo. "Cewek sialan yang berani nolak cowok ganteng kayak gue," sambung Ringgo tertawa.

"Banyak cewek selain dia, Ringgo. Lo bisa dapatin yang jauh lebih cantik dan baik dari dia," ujar Dara.

"Kalau lo gimana?" tanya Ringgo bercanda.

Dara menunjukkan kepalan tangannya pada Ringgo membuat laki-laki itu tertawa.

"Gimana kabar anak ayah?" tanya Ringgo membuat Dara kesal seketika.

"Kalau Gala dengar, bisa di buat makin bonyok muka lo," ketus Dara lagi-lagi membuat Ringgo tertawa.

GALADRIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang