Setelah kepergian Galadrik keluar negeri, Dara makin merasa bersedih. Beberapa kali temannya datang untuk menjenguknya namun ia menolak dan meminta maaf karena tidak berani berbicara pada orang lain.
Seperti sekarang, inti The Rigels bersama Aida dan Yosita tengah berdiam diri di pojok ruangan Dara karena mereka tidak mau Dara mengetahui jika mereka datang.
"Papa!"
Rendra langsung mendekati Dara, ia menggapai tangan Dara yang mencari keberadaannya.
"Dara mau apa?" tanya Rendra.
"Jangan tinggalin Dara," lirih Dara.
"Papa disini, papa gak tinggalin Dara," ujar Rendra mengelus rambut Dara.
"Dara, teman-teman Dara mau ketemu," ujar Rendra sambil melirik kearah Alvarios dan yang lainnya.
Dara menggeleng. "Jangan, pa. Dara takut."
"Takut kenapa?"
"Malu," cicit Dara membuat Aida langsung menutup mulutnya karena takut terdengar jika ia sedang menangis.
"Kenapa harus malu? Teman-teman Dara datang untuk temani Dara."
Dara menangis, jika bisa, ia ingin sekali bertemu banyak orang. Namun ia merasa tidak percaya diri, semakin ia mengingat keadaan dan semakin ia membiasakan diri dengan hidup gelapnya ini, semakin hancur pula hatinya.
"Dara," lirih Aida mendekat.
Dara langsung terdiam, ia meremas tangan Rendra dan merasa takut tiba-tiba.
"Dara, ini Aida."
"Hikss.., papa."
"Aku kangen kamu," ucap Aida menyentuh tangan Dara.
Dara terisak, ia menangis tersedu-sedu. Aida memeluk Dara dengan erat.
"Kenapa harus malu? Dara sahabat kita. Apapun kondisi kamu, kita akan tetap jadi sahabat kamu," ujar Aida.
Yosita mendekat, ia menghapus air mata Dara. "Gak ada yang perlu lo takutkan, kita selalu ada untuk lo," ujar Yosita membuat tangis Dara makin menjadi.
"Ak-aku gak bisa lihat, hikss. Aku takut."
"Jangan takut, kita ada untuk kamu," bisik Aida mengelus rambut Dara. "Jangan larang kita untuk datang, Dara. Karena kita akan tetap ada di dekat kamu."
Memang benar, tidak seharusnya Dara malu untuk bertemu orang-orang karena orang-orang yang ada di sekitarnya sangat peduli dan menyayanginya. Sangat bersyukur, di saat seperti ini Dara sangat membutuhkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
***
Sekarang, Dara mulai kembali menjadi Dara yang dulu. Meski masih ada yang berbeda, namun gadis itu mulai menerima dan mulai mau untuk tersenyum.
"Apel atau anggur?" tanya Dilan pada Dara.
"Mau anggur," jawab Dara.
Dilan langsung mengambil anggur yang sudah di bersihkan oleh Aida, gadis itu tengah sibuk mengupas Apel dan buah lain untuk Dara.
"Aaaaa," ujar Dilan.
Dara membuka mulutnya, ia tersenyum saat merasakan sebuah bulatan kecil masuk ke dalam mulutnya. Dilan ikut tersenyum melihat Dara yang sudah mau tersenyum.
"Kakinya masih sakit?" tanya Faresta.
"Udah gak terlalu, tapi belum bisa di pake jalan," jawab Dara.
Mereka hanya bisa menatap sendu Dara, gadis itu hanya menatap ke satu arah saja. Bahkan Dilan yang duduk di depannya merasa sedih saat wajah Dara malah menatap kearah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Roman pour AdolescentsBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...