Suasana duka masih menyelimuti penghuni kelas XI IPS 7, kini mereka tengah berdiam diri di dalam kelas dan mengerjakan tugas dari wali kelasnya.
Pak Rudi menatap murid-muridnya dengan pandangan sendu, ia jelas mengetahui bagaimana tingkah anak kelasnya. Meski mereka sering bertingkah dan membuatnya pusing tapi pak Rudi tidak berbohong untuk mengakui jika ia senang menjadi wali murid mereka.
Elvano dan Amelia di keluarkan dari sekolah, mereka juga masih menunggu hasil persidangan. Karena usia mereka yang sudah tujuh belas tahun, keduanya di tahan polisi hingga menunggu persidangan.
Sangat banyak orang yang mencemooh mereka, bahkan hampir seluruh murid di SMA ORION memberikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Elina. Mereka menyebar ucapan turut berdukacita di media sosial mereka, bahkan mereka dengan kompak menuntut pelaku.
"Sudah, pak," ujar Julian memecah keheningan.
Pak Rudi yang tadinya melamun langsung tersentak dan tersenyum ada Julian, ia menatap murid lain yang ternyata sudah menyelesaikan tugas mereka masing-masing.
"Valdy tolong nanti kumpulkan tugasnya dan bawa ke meja bapak di kantor," ujar pak Rudi yang di balas anggukan Valdy.
Jika biasanya akan ada sahutan dari murid lain seperti Bani atau Beni, kini kelas benar-benar sepi. Mereka jadi lebih pendiam dan merasa sangat canggung untuk berbicara.
"Ya sudah, kalian bisa istirahat. Bukunya kumpulkan, ya."
Mereka mulai mengumpulkan buku tugasnya di meja guru, pak Rudi keluar dan Valdy mulai menghitung jumlah buku.
"Dua lima," gumam Valdy miris, seharusnya buku itu ada dua puluh enam, tapi sekarang hanya ada dua puluh lima.
Dara menoleh pada Aida, gadis itu menjadi semakin diam. Lalu ia menatap Yosita yang bahkan belum pernah bersuara sedikitpun sedari pagi, rasanya sangat berbeda dan ada yang hilang.
"Mau ke kantin?" tanya Galadrik berjongkok di samping Dara.
Dara menggeleng pelan. "Kamu ke kantin aja, tadi katanya gak sarapan. Aku, Aida sama Yosita disini dulu."
Galadrik melirik Yosita, ia mengangguk dan berdiri. "Aku beliin roti sama susu untuk kalian, kamu disini aja," ujar Galadrik mengelus rambut Dara sebelum keluar bersama teman-temannya.
Cukup lama mereka berdiam diri, Dara mulai bosan dan hendak mengajak mereka pergi.
"Ke rooftop, yuk," ajak Dara. "Kita cari udara segar."
Tidak menunggu jawaban, Dara langsung menarik Aida dan Yosita untuk keluar kelas. Mereka berjalan beriringan, dan selama di perjalanan mereka di perhatikan oleh murid yang ada. Lebih tepatnya mereka menatap sendu Yosita.
Semenjak kejadian itu, banyak yang mulai membicarakan kelas XI IPS 7, ada yang memuji bagaimana kompaknya mereka, ada pujian tentang rasa persaudaraan mereka, dan ada yang mengatakan untuk jangan cari masalah pada kelas itu karena ternyata penghuninya sangat luar biasa berbahaya.
Saat sampai di atas, ternyata ada Valdy yang tengah berdiri di pinggir pagar pembatas.
"Valdy," panggil Dara pelan.
Valdy berbalik dan tersenyum, ia menunduk dan memainkan kakinya.
"Gak ke kantin?" tanya Aida.
"Gak lapar," jawab Valdy menatap ketiga gadis itu dengan pandangan rumit.
Suasana hening sampai Dara terkejut menyadari Valdy tengah menangis.
"Valdy lo nangis?" pekik Dara mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Teen FictionBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...