08 : TRAGEDI KACA PECAH X IPS 7

2.4K 359 31
                                    

Terkadang, ada saatnya kita merasa berada di bawah, namun juga kita sering merasa berada di atas. Dunia itu berputar, saat kita merasa kesulitan selalu datang, namun ternyata ada kebahagiaan yang menggantikan.

Seperti sekarang, Galadrik tidak menyangka jika The Rigels berhasil bertahan. Bahkan semakin banyak orang-orang yang bergabung, bukan hanya dari kelas mereka, namun dari kelas lain juga.

Nama Galadrik makin tersohor, banyak yang belum tahu jika ia adalah anak pemilik sekolah, namun namanya berhasil di kenal orang-orang lewat The Rigels juga lewat kemampuannya dalam belajar.

"Bos, nanti malam turun lagi, gak?" tanya Dilan setelah menyeruput kuah bakso di mangkuknya.

"Boleh," jawab Galadrik singkat.

"Gimana tawaran pak Leo, lo mau gabung tim basket sekolah?" tanya Faresta pada Galadrik.

"Ada Renaldi disana," jawab Galadrik yang langsung di mengerti teman-temannya.

Renaldi adalah kapten basket sekolah di semester ini, jika Galadrik ikut dan ada uji banding tentang kemampuan, bisa saja ia menang dan menggantikan posisi Renaldi. Hal yang paling di hindari Galadrik adalah berurusan dengan Renaldi lagi, sudah cukup ia mengetahui apa yang membuat Renaldi sangat membencinya.

"Kalian makan gak ngajak," cetus Dara yang baru datang bersama Yosita dan Aida.

"Kita kira lo mau makan berempat," jawab Faresta.

"Duduk," ujar Galadrik menatap Dara.

Dilan yang paham langsung berdiri dan memberikan kursinya pada Dara,  Faresta dan Viktor cukup peka untuk mencarikan Yosita dan Aida kursi agar mereka bisa ikut duduk.

"Mau makan apa, biar gue pesanin?" tanya Dilan yang sudah selesai makan.

"Samain kayak kalian aja," jawab Dara. "Tolong ya, Dilan."

Ketiga gadis itu menyodorkan uang mereka namun Dilan tidak mengambil satupun dari uang mereka. "Duit Galadrik yang tadi masih ada, pake ini aja." Dilan menarik Faresta untuk mengantarnya.

"Elina mana?" tanya Viktor yang menyadari mereka hanya datang bertiga.

"Elina makan sama pacarnya lah," jawab Dara menunjuk Elina yang duduk di salah satu kursi bersama seorang laki-laki.

Mereka semua menatap kearah Elina dan pacarnya, terlihat sangat romantis karena Elina sesekali menyuapi Elvano yang sibuk bermain game di handphonenya.

"Kalian makin jarang berempat," cetus Aksel.

Dara melirik Yosita dan Aida, ada pandangan yang sulit di tebak dari ekspresi mereka bertiga terutama Yosita yang seperti tidak peduli sama sekali.

"Elina punya pacar, ya kita gak bisa maksa dia untuk main sama kita terus," ujar Dara lagi.

Aida hanya mengangguk menyetujui, tipe gadis yang tidak banyak bicara karena selain pendiam, Aida juga terlalu takut untuk bicara dan mengekspresikan perasaannya.

"Nih, makan buruan," ujar Dilan yang meletakkan mangkuk bakso di hadapan para gadis.

"Makasih," ujar Aida.

Dara tersenyum. "Makasih ya," ujarnya lalu memasukkan segala bentuk bumbu tambahan di baksonya.

"Lo selalu nunggu makanan lo dingin baru mau lo makan?" tanya Viktor yang memperhatikan Yosita, karena gadis itu duduk tepat di sebelahnya sedangkan ada Alvarios di depannya.

"Gak juga," jawab Yosita langsung memakan bakso itu membuat mereka terkejut karena kuahnya jelas masih sangat panas.

"Itu panas, njir!" pekik Faresta menahan tangan Yosita.

GALADRIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang