Galadrik menepati janjinya untuk mengantar Dara mencari buku, lagi pula ia juga butuh buku itu. Mereka juga jarang pergi bersama akhir-akhir ini, Galadrik hanya tidak mau Dara kembali merajuk meski gadis itu akan kembali seperti semula tiba-tiba.
"Bukunya tebal-tebal banget," lirih Dara menatap buku di pelukannya. "Perasaan guru tadi cuma suruh beli satu buku untuk bantu kita belajar di rumah."
"Selagi disini kenapa gak beli sekalian, itu semua buku pelajaran," ujar Galadrik yang juga membawa buku di tangannya.
"Kalau lo yang beli gue gak masalah, kalau gue? Ya buat apa, Galadrik?" Dara terlihat sangat tertekan, ia merutuki kebodohannya yang mengajak Galadrik untuk ke toko buku.
"Untuk belajar."
Terserah, lagi pula mau bagaimanapun Dara tidak bisa menolak semua ini. Galadrik yang akan membayar dan Galadrik akan memaksa Dara membawa buku itu pulang. Setelah di rumah, itu terserah Dara mau membaca atau tidak, iya kan?
"Udah lah, Gal. Gue udah pegal, ini berat," keluh Dara menyandarkan jidadnya di punggung Galadrik.
Galadrik mendengkus, dia berbalik hingga Dara berhadapan dengannya, buku yang ada di tangan Dara berpindah ke tangan Galadrik. Laki-laki itu membawa semua buku-bukunya ke meja kasir, Dara menggenggam ujung hoodie Galadrik seperti anak kecil yang takut di tinggal. Setelah semua proses pembayaran selesai, mereka keluar.
"Mau es krim," ujar Dara bersemangat kembali.
Galadrik mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat jual es krim, setelah ia menemukan sebuah toko di pinggir jalan, ia menarik Dara untuk menyimpan buku di mobil terlebih dahulu.
Keduanya berjalan beriringan menuju toko, Galadrik membeli dua es krim dan menghampiri Dara yang menunggu di kursi depan salah satu toko yang tutup.
"Teman-teman kelas kita asik ya, Gal," gumam Dara memperhatikan Galadrik yang membuka bungkus es krim lalu menyerahkan ke Dara. "Makasih," ujar Dara.
Galadrik mengangguk. "Gue punya teman selain lo akhirnya," ujarnya.
Dara mengangguk dengan senyum lebarnya. "Di hari pertama, gue sengaja gak mau dekat-dekat lo dulu. Gue mau lo berinteraksi sama yang lain biar dapat teman baru."
"Makasih."
"Untuk?"
Galadrik menoleh. "Untuk lo yang selalu mengerti gue."
Dara tersenyum. "Sama-sama, cinta," ujar Dara membuat Galadrik terkikik.
"Jangan berubah ya, Dar. Gue selalu butuh lo di hidup gue," ujar Galadrik bersungguh-sungguh.
"Jangan berubah juga ya, Gal. Gue selalu butuh lo di hidup gue," balas Dara lalu mengecup pipi Galadrik. "Ih, kangen deh peluk Gala," sambungnya memeluk leher Galadrik.
"Es krimnya tumpah, Dar," tegur Galadrik, Dara tertawa dan melepaskan Galadrik.
***
"Gal!"
Langkah Galadrik terhenti, dia berbalik dan menatap Dilan yang baru memarkirkan motornya dan berlari menghampiri Galadrik.
"Tumben yang lain belum datang," cetus Dilan menyadari belum ada motor teman-temannya di parkiran.
"Ini emang masih pagi banget," jawab Galadrik.
Mereka berjalan menuju kelas, di kelas saja baru ada Aida, Sa'id, Fatih, dan Rendi.
"Gal, maaf nih kalau gue ikut campur, tapi gue penasaran banget sama kertas yang pernah gue baca di kamar lo," ujar Dilan. "The Rigels itu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GALADRIK [SELESAI]
Novela JuvenilBukan hanya kisah tentang remaja bernama Galadrik Wastu Khe Jiwanta, ini adalah kisah tentang manusia-manusia baik yang ada di sekitarnya, dari keluarga, The Rigels hingga manusia-manusia luar biasa yang menempati kelas IPS 7. Bukan hanya tentang p...