41. Bersama Zean

292 55 3
                                    


********

Arin kini berada di teras rumah bersama keluarganya. Ayahnya kini sedang menikmati kopi sambil membaca koran, Kakaknya kini sedang merajut sweater untuk kekasihnya, sedangkan sang Ibu sedang menyiram tanaman sore ini.

Kepalanya ia senderkan ke dinding, Arin merasa bosan. Tangannya menutup novel yang tadinya ia baca.

"Lo kenapa sih? Kaya nggak punya semangat hidup," celetuk Adya.

Arin mendengus."Bosen banget, jalan-jalan yuk." ajaknya pada Adya.

"Gue lagi sibuk ngerajut sweater ini, buat pacar gue."

"Dasar." cibir Arin.

"Kenapa nggak ajak pacar kamu aja, Rin?" tanya Ibu tiba-tiba.

"Lagi basket dia."

"Sama Zean aja sana, biasanya pas kamu bosen main sepedaan sama dia dari Smp." ujar Ibu.

Arin terdiam lama.

"Kalian masih temenan 'kan?" tanya Ibu memastikan.

"Masih."

"Ajak Zean kesini, Ayah nggak ada partner buat main catur." sahut Ayah.

Ponselnya bergetar.

Zean is calling.

"Ada apa, Ze?"

"Lo lagi di rumah nggak? Gue bosen pengen ke rumah lo." ucap Zean dari sebrang sana.

Ini kebetulan atau sebuah garis takdir?

"Kesini aja, naik sepeda tapi."

"Baru juga gue mau ngomong gitu eh udah keduluan, sebentar lagi gue kesana. Mau di bawain apa?"

"Gak usah, Zean." tolak Arin.

"Gapapa, nanti gue bawain sesuatu, bye!"

Panggilan berakhir. Arin menatap sang Ibu yang kini tengah tersenyum ke arahnya.

"Kok bisa pas gitu?"

"Jodoh mungkin."

"Apa sih, kalian."

*********

Pukul 15.11, Zean tiba di rumah Arin dengan membawa paperbag berisi donat dan bakpau yang ia beli saat di perjalanan menuju ke sini.

"Sore, Om, Tante, Kak." sapa Zean.

"Sore,"

Zean melirik Arin sekilas."Sore, Rin."

"Hm."

"Saya bawain bakpau kesukaan om," Zean meletakkan paperbag itu di atas meja.

"Repot-repot sekali nak, Terima kasih." kata Ayah.

"Mau minum apa, nak Zean?" tawar Ibu Arin.

For You, Ex! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang