61. Takdir (END)

383 49 68
                                    

happy reading!

vote dulu sebelum membaca, okey?

***

Arin berpikir dalam diam. Apa keputusannya kali ini sudah tepat untuk menetap di sini adalah keputusan terbaik?

Gadis itu membakar diary-diary yang berisi tentang Lingga dan Zean. Membiarkan si jago merah melahapnya tanpa sisa. Namun, setelah beberapa menit dia merasa tidak rela. Arin menatap tong pembakaran tadi. Buku diary-diary nya sudah menjadi abu.

"Lo harus bersikap bodo amat, Rin." sindirnya pada diri sendiri.

Arin sudah memasuki tahun kedua tinggal di Jogja, kuliahnya kini sudah semester empat di bidang psikologi. Di kampusnya, Arin bertemu orang-orang baru, teman baru, lingkungan baru, yang membuatnya nyaman.

Arin juga berkenalan dengan satu cowok keturunan China, Lee Haru namanya. Cowok bertubuh jangkung, putih, bermata sipit, idaman anak kampus. Seharusnya, Arin beruntung bisa berteman dengan Haru.

"Lo jangan gini, please..lupain Zean."

"Arin lo ngapain ngelamun?" tanya Radit--sepupu Arin yang umurnya lebih muda dari Arin setahun.

"Oh enggak kok, cuma lagi mikir aja."

Radit memicingkan matanya."Mikir apa? Tugas kuliah?"

"Iya."

"Mau jalan-jalan nggak? Gue bosen nih di rumah."

"Boleh."

Kadang kala mereka menghabiskan waktunya berdua layaknya sepasang kekasih. Tapi hubungan mereka berdua hanya lah sekedar kakak-adik sepupu saja.

Di perjalanan juga tetap sama, Arin masih melamun membuat Radit menatapnya penuh curiga.

"Lagi mikirin cowok ya? Siapa? Haru?" rentetan pertanyaan konyol dari Radit direspon dengan decakkan sebal oleh Arin.

"Bukan, gue sama Haru cuma teman doang."

Radit tersenyum menggoda."Prenjon kali. Mana ada temen yang selalu video call tiap hari."

"Beneran cuma temen, Radit. Lagian kita video call juga bahas tugas kuliah bukan yang lain." kesal Arin.

"Terus siapa? Arsya tetangga lo?" tanyanya lagi.

"Diem deh,"

Radit memicingkan matanya."Apa mantan nih?" ledeknya.

"Radit!" sejujurnya Arin benar-benar kesal dengan sepupunya itu.

"Apa? Gue bercanda!"

"Lo nggak ada niatan cari pacar gitu? Gue bosen jalan berdua mulu sama lo!" gerutu Arin.

Radit mengusap dadanya sabar."Sialan lo Arin!"

***

"Arin, gue kangen banget sama lo. Aaaaa." Flara memeluk erat-erat tubuh sahabatnya.

Arin menarik napasnya dalam-dalam."Gue juga kangen banget."

"Kapan ke Bandung lagi?" tanya Flara bergeser duduk di sebuah kafe ternama di Jogja.

Arin menggeleng pelan."Gak tau, Fla. Ayah dan Ibu gue juga kalo kangen ke sini, jadi mau apa dong gue ke Bandung?"

Flara meringis pelan."Yakin nggak kangen di Bandung? Ada banyak perubahan lho di sana."

"Gak ada yang menarik."

"Ah elah. Banyak tau yang menarik buat di bahas, contohnya Arvan. Dia udah nikah sama temen SMP-nya dulu. Sumpah cakep banget, body-nya juga bikin gue insecure sebagai cewek." ungkap Flara menjelaskan.

For You, Ex! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang