Yang saling menatap belum tentu saling menetap. Yang tinggal belum tentu tidak akan tanggal.
Semua ada fasenya. Yang ada 'kan tiada.
Yang hilang akan tergantikan. Dan yang sudah di takdirkan dalam genggaman tidak akan lupa kemana harus pulang.
-Arinaya Shauka*********
Malam itu, hujan turun dengan derasnya. Aku menatap jendela kamarnya yang tengah di guyur air hujan dengan tatapan kosong.
Setiap kali hujan turun, aku kembali mengingat saat pertemuan pertamaku dengan Zean di halte bus waktu SMP dulu. Aku menahan diri agar air matanya tidak keluar tapi tidak bisa, cairan bening itu turun membasahi pipi Arin.
Arin mengusapnya secara perlahan, lalu ia duduk di meja belajar sambil membuka buku diary dan menuliskan sesuatu di sana.
Semesta, jika kamu mengizinkan aku pergi ke masa itu lagi. Masa di mana pertemuan aku dan dia yang menjadi awal perjalanan cinta. Seharusnya, aku menolak tawaran dia untuk pulang bersama. Mungkin, saat ini aku sedang bahagia tanpa merasakan apa itu cinta.
Andai, semesta tidak mempertemukan aku dan dia pasti kehidupanku baik-baik saja. Bukan menyesal, tapi lelah, lelah dengan sandiwara yang aku perbuat selama ini. Memperlihatkan senyum di semua orang dan menangis ketika sendirian. Semoga suatu saat nanti aku di pertemukan sama laki-laki yang tepat, Tuhan.
Lalu, membuka lembaran selanjutnya dan menulis kembali.
Seharusnya aku tidak mengenalnya lebih dalam, ataupun mengaguminya dalam diam.
Aku menutup buku diary-nya dan menyimpannya di lemari. Duduk di tepian ranjang dengan perasaan dejavu. Mau seribu tahun lamanya move on, kalau sedikit - sedikit saja langsung dejavu buat apa?
Tapi.....sampai kapan aku seperti ini terus?
*********
Alecia menangis di kesendirian malam. Dia baru mengetahui satu hal, jika Zean hanya menjadikannya pelampiasan, bukan cinta. Di tambah dengan hubungan orang tuanya yang setiap hari adu mulut karena masalah ekonomi, membuat Alecia semakin terpuruk.
Seminggu lalu, saham di perusahaan orangtua Alecia menurun drastis, dan bisa di katakan perusahaan itu bangkrut total. Tapi, Ibunya tidak bisa menerima hal itu, begitu pun dengan dirinya.
Kini Alecia tinggal di perumahan kumuh, kecil, dan sangat tidak nyaman. Alecia benar - benar tertekan, yang ia inginkan sekarang adalah Zean. Walau kenyataannya yang ia dengar kalau Zean masih mencintai Arin, Alecia tidak peduli. Apa yang ia inginkan, harus bisa di dapatkan.
Dia menelpon temannya yang bernama Tya.
"Gue minta bantuan lo, boleh gak?" tanya Alecia.
"Gue udah males temenan sama lo, lo udah jatuh miskin. Jadi mending kita gak usah kenal lagi," Tya menutup telponnya.
"Sialan, anjing!" umpat Alecia.
Gadis itu mengerang frustasi, ia benar - benar tidak mau kalau warga sekolah itu tau kalau perusahaan keluarganya bangkrut, kalau mereka tahu hancurlah reputasinya.
Ia tidak habis pikir dengan Tya, kenapa temannya itu hanya menemaninya di kala senang saja?
Alecia mencari cara untuk menjalankan apa yang ada di pikirannya. Dengan siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, Ex! [END]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DI PRIVATE, FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] JUDUL AWAL : Dear, Mantan! -Dari ku, untukmu- Maaf. Maaf untuk belum bisa melupakan perasaan ini. Maaf hingga kini aku masih mengharapkanmu kembali walau itu sangat mustahil terjadi...