Happy reading🙆
***
Tersenyum di pagi hari dengan sarapan bersama di ruang makan, bahkan aroma sudah dapat tercium dari jarak belasan meter. Beberapa piring telah dipenuhi masakan yang menggugah selera, membuat siapa pun yang melihat atau pun mencium bau sedap dari masakan tersebut akan memiliki hasrat untuk menghabiskan semuanya sendirian.
Istri dari seorang Karen Wieder memang tidak ada tandingannya, selain memiliki tubuh yang bisa dibilang mendekati sempurna, sehingga menjadi model yang sangat profesional. Tidak membuatnya lemah dalam mengenyangkan perut keluarga kecilnya.
"Kau selalu memasak menu yang berbeda setiap harinya, selalu lezat." Pujian dari sang suami mampu membuatnya tersipu malu, menutup wajah dan memukul sedikit keras bahu Karen merupakan perwujudan dari salah tingkahnya.
Karen dan Daisy tertawa dengan tingkah Laura. Akan tetapi, mereka bersyukur dalam hati karena tidak ada yang berubah setelah bertahun-tahun. "Apakah tidak ada ide lain selain menutup wajah, lalu memukul ayah seperti itu saat tersipu malu, Bu?" tanya Daisy dengan nada menyindir.
Laura meletakkan kedua tangannya di pinggang, seolah marah dengan ucapan sang putri barusan. "Kau itu masih kecil, tidak tahu apa-apa. Jadi untuk kebaikanmu, lebih baik diam dan mulai menghabiskan sarapanmu," balasnya dengan mengangkat-angkat spatula yang masih tergenggam.
"Tahun ini aku sudah enam belas tahun, sedikit lebih dekat dengan umur kedewasaan." Daisy mengecurutkan bibirnya kesal, mengundang tawa dari sang ayah yang sudah menghabiskan separuh dari sarapannya dan berucap, "Cepat habiskan, Sweety. Kau tidak mau terlambat berangkat sekolah, bukan?"
"Daisy akan berangkat ke sekolah bersamaku saja, Sayang. Kau bisa pergi terlebih dahulu," Laura berteriak dari arah dapur.
"Baiklah," balas Karen. Ia melahap suapan terakhirnya, lalu meneguk air putih sampai tandas. Bangkit dari duduk menghampiri Daisy, memegang kepalanya dengan lembut. Ia berbisik, "Ayah harap, kau akan selalu mengingat permintaan orang tuamu dengan baik. Semangat sekolah untuk hari ini, semoga harimu menyenangkan."
Daisy mengangguk kepalanya pelan dan tersenyum. Melihat hal itu, Karen ikut menampakkan senyuman lebar dan mengecup singkat dahi sang putri dengan penuh kasih sayang. "Ayah akan berangkat terlebih dahulu, jaga dirimu baik-baik," pamitnya.
Disusul oleh Daisy yang sudah menghabiskan seluruh sarapannya, menunggu sang ibu untuk bersiap mengantarkannya ke sekolah di hari ketiga minggu itu. Mengecek kembali tampilannya, mulai dari atas hingga bawah, memastikan tidak ada yang kurang.
Sikap kerapiannya terhadap style sehari-hari menurun dari Laura. Dari kecil hingga tumbuh remaja, ia selalu memastikan sang putri berpakaian nyaman, tetapi tetap mengikuti fashion zaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shade of The Villains (End)
Roman pour AdolescentsDaisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi. Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...