Daisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi.
Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading🙆
***
Menginap satu malam di rumah Daisy, membuatnya berangkat ke sekolah bersama-sama dengan sepupunya itu. Hal yang dijanjikan oleh lelaki itu, sama sekali tidak terwujud. Seperti sebelum-sebelumnya dan yang sudah diprediksi oleh Daisy sendiri, Noah tidak dapat berdiam diri. Bergerak memporak-porandakan isi rumah.
Apalagi saat bagian makan malam, ia banyak menyantap makanan yang tersedia di meja makan. Masakan Laura, kelezatannya semakin menggugah selera. Terjadilah, semua makanan habis tanpa sisa. Tentunya, kali ini tidak semua dihabiskan oleh Noah seorang.
"Jika sudah satu langkah di rumahku, kau langsung lupa janji yang kau ucapkan kepadaku sebelumnya. Sungguh, sudah berkali-kali seperti ini, tetap saja. Keluargaku yang bodoh karena terus menerimamu di rumah," cetus Daisy. Langkahnya sedikit tertinggal beberapa langkah dari sang lawan bicara, lorong-lorong sekolah masih tampak begitu sepi.
Noah hanya menjulurkan lidahnya ke arah Daisy. Hal itu, membuatnya harus mendapatkan tendangan kuat dari sepupunya. Ia sama sekaki tidak menduga hal itu terjadi, langkahnya terhenti dengan meringis dan mengusap-usap bagian betisnya. Menatap sang pelaku melanjutkan langkah tanpa mengasihani sedikit pun.
Berdiri untuk mensejajarkan langkah, Noah berkata, "Kenapa kau menendangku?"
"Karena aku sedang ingin melakukannya saja."
"Atas dasar apa kau menyakitiku?"
Langkah Daisy terhenti untuk menatap Noah sejenak, lalu tiba-tiba ia menginjak kerasa kaki yang terbalut sepatu hitam milik lelaki di hadapannya. "Cerewet sekali! Tentu saja kau pantas mendapatkannya, bahkan yang kulakukan ini kurang. Itu sebagai salah satu dari ribuan peringatan yang sudah aku berikan kepadamu karena kau selalu saja ingkar janji. Lain kali, aku mutilasi saja tubuhmu," balasnya dengan penuh penekanan.
Noah hendak membalas, tetapi terhenti karena pandangannya tidak sengaja menangkap seorang yang dikenali. Tangannya mengudara seraya berkata, "Hai, bro! Lihat, gadismu sedang marah-marah seperti singa liar. Barangkali kau masih ingin berjuang menjinakkannya, sangat dipersilakan."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, ia langsung pergi meninggalkan dua orang penuh kebingungan. Daisy sadar, jika Noah telah membuatnya dalam masalah kembali. Dihadapkan dengan lelaki yang sama sekali tidak ingin ditemui, siapa lagi jika bukan Justin? Lelaki itu terlihat menawan meskipun hanya diam berdiri tanpa berniat untuk membuka suara terlebih dahulu.
Lebih baik pergi saja daripada berurusan dengan lelaki itu, itu yang dipikirkan Daisy. Satu langkah menjauh dari Justin, tetapi lelaki itu menghentikannya dengan cepat.