19

21 4 11
                                    

Happy reading🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🙆

***

Kurang lebih sudah lima belas menit mereka melakukan panggilan video. Noah yang selalu memberikan lelucon, kadang berbuat hal konyol. Sedangkan Daisy, gadis itu terkadang tertawa dan lebih sering menampakkan wajah kesal karena tingkah atau perkataan dari sepupunya itu.

Pada akhirnya, Daisy memilih menyudahi percakapan tidak berguna mereka secara sepihak tanpa mengatakannya terlebih dahulu kepada Noah. Setelahnya, ia mengembuskan napas panjang dengan meregangkan otot-otot tubuhnya hingga timbul suara yang menimbulkan kenikmatan tersendiri.

Daisy menatap ke arah luar jendela kamarnya, dapat ia lihat langit sudah menunjukkan warna jingga. Pikirannya melayang kepada orang tuanya yang tidak kunjung pulang, merasakan sesuatu yang mengganjal karena tidak biasanya Karen dan Laura pulang larut malam tanpa memberi tahu sang putri terlebih dahulu. Akan tetapi, kali ini Daisy tidak mendapatkan pesan apa pun.

Suasana hati yang semula baik, kini berubah menjadi buruk, antara takut dan khawatir. Hal-hal negatif mulai menyerang pikirannya hingga tanpa sadar ia menggigit ujung bibir dan menekan kuku ke telapak dsn punggung tangannya sendiri dengan kuat.

Tangannya tergerak untuk menyambar ponsel di sebelah laptopnya, menggulir layar untuk mencari nomor yang ingin dihubunginya. Kemudian, ia mendekatkan ponsel itu ke telinga dengan suara berdering yang tak kunjung berhenti. Pada akhirnya, setelah beberapa kali mencoba menghubungi, hanya terdengar suara operator yang menyatakan bahwa nomor yang dituju tidak dapat dihubungi kembali.

"Ponsel ibu tiba-tiba mati saat aku mencoba meneleponnya? Apa-apaan ini," gumam Daisy.

Gadis itu kembali menggulir layar, menekan nomor lain. Namun, hasilnya sama saja. Bahkan saat pertama kali menghubungi nomor itu, sudah terdengar pemberitahuan bahwa ponsel pemilik nomor tersebut tidak aktif.  "Ayah juga tidak bisa dihubungi. Mengapa ponsel mereka mati?" gumamnya. Kecemasan Daisy semakin bertambah, ia langsung loncat dari duduknya dan melangkah menuju ruang tamu.

Langkahnya terlihat maju dan mundur, satu tangan terus memegang ponsel, sedangkan satunya lagi diletakkan di atas kepala, pertanda bahwa gadis itu sedang merasakan pusing memikirkan keadaan orang tuanya. Mulutnya terus berkomat-kamit mengharapkan orang tuanya dapat menjawab panggilannya atau kembali ke rumah dengan cepat.

Embusan napas terdengar kembali, lebih panjang. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas sofa merah memanjang dengan salah satu tangan yang diletakkan di atas dahi. Matanya mulai terpejam, berusaha menghilangkan hal-hal negatif di pikirannya.

Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Ia dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka dari arah depan rumah, Daisy langsung berdiri dan menghampiri pintu utama.

"Astaga! Ayah, Ibu kalian kenapa? Apa yang terjadi? Ya ampun, lukanya ...," panik Daisy. Anak mana yang tidak merasa khawatir dan sedih, bahkan hingga meneteskan air mata ketika melihat kedua orang tuanya memiliki luka di beberapa bagian tubuhnya.

Shade of The Villains (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang