Happy reading🙆
***
Seharusnya ia tutup mulut saja, menyesal setelah kejadian berlalu. Daisy menghampiri gadis berambut hitam dengan sedikit bergelombang di bagian bawah. Dengan spontan, Noah menutup wajahnya dengan kedua tangan dan memajukan topinya hingga menutupi hampir keseluruhan. Ia tidak ingin terlibat dalam pembicaraan yang sedang dibangun oleh sepupunya itu, tetapi rasa penasaran juga mulai menghantuinya.
"Jangan sampai bocah itu berbicara mengenai diriku," gumam Noah. Ekor matanya menatap tajam ke arah dua gadis yang sudah mulai berbincang diawali dengan tawa.
Tanpa disadari, ada pelayan yang datang ke mejanya untuk mengantarkan pesanan. Noah yang terlalu fokus mengawasi, cukup terkejut karena suara yang tiba-tiba terdengar di sampingnya. Ia mempersilakan sang pelayan untuk meletakkan beberapa piring yang terisi penuh dengan makanan.
Tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain, Noah melahap burger yang sudah ada di hadapannya. Berharap rasa sakit yang dirasakan mereda menjadi lebih baik dan dapat menyeret Daisy pergi dari restoran saat itu juga. Namun, apalah daya. Tampaknya sepupunya itu sudah akrab dengan gadis yang baru-baru saja menjadi gebetan baru.
"Oh, ya? Kau juga penggemar Bruno Mars?" Daisy sangat antusias ketika menemukan seseorang yang memiliki selera musik sama dengannya.
Gadis di hadapannya mengangguk malu-malu, menyelipkan rambut yang menghalangi pandangannya ke belakang telinga. Sedari tadi, senyumannya tidak luntur dari bibir manisnya. "Apakah kau juga penggemarnya?" tanyanya dengan suara yang sedikit pelan, mengharuskan Daisy untuk lebih berdekatan dengannya.
"Yeah, dia itu penyanyi favoritku saat aku kecil, bahkan hingga sekarang," jawab Daisy.
Entah mengapa, ia mulai mengenang masa lalu dalam lautan memori. Cukup aneh, menyalurkan kenangan indah bersama orang yang baru saja dikenalnya hanya karena memiliki kesamaan terhadap sesuatu. Itu adalah ciri khas Daisy, dapat akrab dengan siapa pun yang baru dikenal dengan berusaha membuat orang lain yang berbicara dengannya merasa nyaman.
Namun, kurang lebih mulai dari tiga tahun yang lalu. Daisy mendapatkan perintah dari orang tuanya untuk tidak terlalu akrab dengan orang lain, sampai saat ini pun gadis itu masih belum puas dengan alasan yang diberikan oleh mereka. Berpikir bahwa harus berhati-hati dalam bergaul dengan membatasi hubungan pertemanan, karena Daisy merupakan anak satu-satunya dari keluarga Wieder. Tentu saja, mereka harus menjaga dengan baik keturunannya itu.
"Apa kau baik-baik saja?"
Suara nyaring nan merdu itu dapat menyadarkan Daisy dari lamunannya. Mengerjapkan mata beberapa kali hingga mengukir kembali senyuman di wajahnya mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Yang diucapkan Noah benar, gadis yang menjadi incaran laki-laki itu memang memiliki suara merdu, bahkan saat berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shade of The Villains (End)
Teen FictionDaisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi. Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...