12

43 9 28
                                    

Happy reading🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🙆

***

"Hei, maafkan aku. Seharusnya aku bercerita setelah pulang sekolah kemarin."

Kembali ke kamar setelah perut yang sudah terisi penuh dengan kelezatan Jambalaya buatan sang ibu yang tidak tertandingi. Daisy teringat untuk menghubungi Noah, berniat untuk menceritakan tentang bagaimana sikap Karen dan Laura terhadap hubungan sosialnya. Akan tetapi, Noah menghentikan Daisy bercerita, meminta untuk menemuinya saja sekalian mencari udara segar di hari libur. Daisy pun menyetujuinya, lebih nyaman jika bercerita secara langsung.

Gadis itu sudah tidak kesal atau pun marah lagi kepada kedua orang tuanya berkat Laura yang telah memasakkan makanan favoritnya yang sudah lama tidak ditemui, yaitu Jambalaya. Hanya saja, kekecewaan terhadap mereka masih tersisa, bahkan akan selalu diingatnya.

Setelah meminta izin kepada Laura untuk keluar bersama Noah yang sudah datang beberapa menit lalu, mereka berdua mendapatkan tawaran untuk diantar ke tempat tujuan oleh Laura. Lebih tepatnya bukan penawaran, tetapi keharusan.

Sebenarnya, mereka berdua tidak tahu harus ke mana. Akan tetapi, sudah diputuskan jika akan berhenti di taman pusat kota terlebih dahulu. Selebihnya, mereka nanti akan berjalan di sekitar dan mengunjungi beberapa tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu bersama. Meskipun sudah berkali-kali berkunjung ke taman, Daisy dan Noah sama sekali tidak bosan dengan tempat maupun suasananya. Justru, mereka merasa bahwa taman merupakan tempat terbaik untuk melarikan diri dari masalah. Setidaknya untuk sekadar melupakan sejenak.

"Jadi ... laki-laki kemarin itu yang membuat wajahmu murung?" Noah bertanya untuk memastikan sekali lagi. Sudut pandangannya kepada Justin pada saat pertama kali bertemu memang sudah memiliki nilai buruk, lebih tepatnya meremehkan.

Daisy mengangguk menjawab pertanyaan lelaki di hadapannya. Melihat hal itu, Noah menarik sudut bibirnya ke samping seraya berkata, "Sebaiknya kau jauhi dia, menjaga jarak. Jangan sampai kau membalas perasaannya."

Mendengar hal itu, Daisy menelan mentah-mentah ludahnya. Pikirannya merasa setuju dengan apa yang diucapkan Noah dan yakin jika ia tidak akan memiliki perasaan yang sama terhadap Justin. Akan tetapi, hatinya berkata lain. Sebenarnya, gadis itu masih bingung dengan perasaannya. Namun, hal itu sudah terlihat nyata dan tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. Ia mulai mengagumi lelaki itu dengan diam-diam, dan akan berkomitmen untuk selalu seperti itu hingga waktu yang tidak dapat ditentukan.

"Tentu saja aku tidak akan menyukainya, tipe laki-laki idamanku sangat jauh darinya." Akhirnya, setelah pertengkaran antara pikiran dan hati selesai, Daisy hanya dapat mengucapkan kebohongan kepada Noah. Kali ini, kata hatinya menang.

Mereka terdiam sejenak, menatap ke depan. Seperti biasa, berhenti di depan sungai yang melintang luas di sekitar taman. Airnya jernih terlihat segar, dengan beberapa hiasan di pinggirannya. Sungguh, membuat Daisy ingin berenang di dalamnya. Tentunya, itu tidak diperbolehkan.

Shade of The Villains (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang