21

24 4 0
                                    

Happy reading🙆

Happy reading🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Masih berdiam diri di ruang musik, enggan untuk keluar hingga melewatkan dua kelas dalam satu hari. Padahal Sarah sudah meminta Noah untuk segera kembali dan masuk ke dalam kelas masing-masing, tetapi lelaki itu tidak mau mendengarkannya. Ia justru semakin menempel pada gadis yang selama ini diincar, sekarang sudah menjadi miliknya.

"Biarkan aku seperti ini lima menit lagi." Itu yang ducapkan Noah setiap kali Sarah memintanya untuk menyudahi aktivitas baru di antara mereka.

Lelaki itu sangat manja, bahkan sering kali menggosok-gosokkan rambutnya ke pundak, tangan, atau pun leher Sarah, membuat gadis itu merasa geli dan berlari menjauhi sang kekasih barunya. Mereka kejar-kejaran mengelilingi seluruh ruang musik, seolah mereka memiliki dunia sendiri.

"Stop it, Noah! Aku sudah lelah, mari kita kembali saja. Kali ini jangan meminta waktu lebih lagi, masih ada hari esok dan esok lagi, selagi kita masih memiliki rasa satu sama lain," pinta Sarah dengan napas yang terlihat masih terengah-engah karena lelah berlari.

Hal itu membuat timbulnya kerutan di dahi Noah, ia memicingkan mata dengan memiringkan kepala ke arah gadis di hadapannya. "Oh, so sweet! Sekarang kau sudah mulai berani berbicara–-maksudku mengutarakan isi pikiran atau hatimu secara spontan, ya?" tanyanya.

"Memangnya kenapa? Apakah itu salah? Baiklah, jika kau berpikir demikian, aku akan diam saja," balas Sarah. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menampakkan wajah masam seolah kesal atau merasa sakit hati dengan ucapan Noah.

Dengan cepat, lelaki itu menggelengkan kepalanya. Ia berkata, "Hei, aku tidak bermaksud seperti itu. Sebelumnya, saat kita pertama kali berkenalan, kau terlihat seperti malu-malu untuk berbicara, bahkan untuk menatap lawan bicaramu saja hanya beberapa detik, lalu menunduk lagi.

"Aku hanya senang saja saat kau mengutarakan apa yang kau pikirikan atau rasakan secara langsung kepadaku, itu artinya kau nyaman jika bersamaku. Bolehkah aku meminta sesuatu kepadamu sebelum kembali ke kelas?"

Sarah tersenyum mendengar penjelasan dari Noah, menganggukkan kepala pertanda setuju dengan lelaki itu. Ia memang merasa nyaman jika bersama Noah, seperti tidak memiliki beban apa pun dan bebas mengekspresikan apa yan ada di pikiran maupun hatinya. Ia sudah dicintai oleh seolah laki-laki yang memiliki hati tulus dan memiliki pemikiran dewasa. Akan tetapi, Noah memiliki sifat manja yang lebih seperti anak kecil.

Mereka memang masih belum bisa mengenal satu sama lain terlalu dalam karena baru memulai hubungan dalam beberapa hari saja. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan semesta mengizinkan mereka untuk terus bersatu, hubungan mereka akan semakin kuat.

"Apa?" tanya Sarah, wajahnya terlihat begitu penasaran.

Noah menarik napas panjang, menegakkan posisi duduknya dan lebih mendekat kepada gadis di hadapannya yang terlihat sangat sempurna di matanya, seperti bidadari kedua setelah Daisy yang dikirimkan Tuhan untuk menghiasi kehidupan tanpa warna miliknya.

Shade of The Villains (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang